SHEETS AND STREETS

By labiangla

238K 29.2K 4.2K

Brian is the band member everyone warns you about. He gets into relationship faster than anyone else, never l... More

notice
A ; he's flying back home
B ; what she is capable of
A ; nosy jay
B ; tadaima
A ; okaeri
notice
B ; tea cups
A ; having fun
D ; his girls
B ; read chat
A ; his chats
B ; hiccups
A ; close to dawn
B ; morning craps
B ; jay say nay
D ; her date?
A ; someone to rely on
B ; see-through
A ; whatta man
D ; ex girls
A ; beef bowl and a sinner
B ; watchu doin
A ; who believes those shits
J ; things they talk about
A ; long explanations
B ; first things first
A ; accidental
S ; chaos
J ; lil sister
A ; sleepover
B ; get dressed
SU ; a place to call it home
A ; breakfast talk
D ; messed up
B ; somebody else
A ; lets end it today
D ; investigate
J ; weird days
A ; the way you talk about it
A ; be present
B ; confess conference
N ; congratulation
B ; moonbeam, moonlight, moonrise
A ; bliss and bless
SU ; thats okay
D ; pay later
N ; instagram
As ; seeking for a comfort
A ; good morning
B ; smells like heaven
A ; come thru
B ; i wish you knew how lovely you are
A ; maybe it's the butterflies
J ; pinkish colored
B ; knock knock who's there? it's me your lover
A ; if the wall could talk
B ; talking to a broken line
A ; the king's diner
B ; it's three a.m.
A ; they kissed
D/J; warnings
A ; boy who cries wolf
B ; blame it on me
A ; redden cheeks
B ; warm night
SU; him.
A ; kiss me like you mean it
A ; undeserving

D ; peeking the past through the eyes of men

2.3K 344 51
By labiangla


SEWAKTU aku masuk ke mobil Donny, hal kedua yang kusadari dengan cepat—yang pertama adalah keberadaan Kak Wiscaka di jok belakang bersama Kak Saga—yaitu aroma parfum yang asing. Aku mengendus barang sesaat.

Donny keheranan. "Kenapa sih, sayang?"

Aku menggelengkan kepala. "Bau harum."

"Parfum gue?" Kak Wiscaka berseloroh asal. Aku mendengus, "Bukan. Mas Caka mah bau essential oil khas Bali yang biasa dibawain Ketut kalau pulang sowan neneknya di Ubud."

Kak Wiscaka mencibir.

"Bau harum gimana, Ndra?"

Aku menoleh dan melotot pada Kak Saga. Ini sudah sering terjadi dan aku cukup sebal dibuatnya. "Dyandra, Kak. Motongnya jadi Dy, bukan Ndra."

"Hehe sori sori."

"Parfum kamu baru?" kali ini aku mencondongkan badanku ke Donny, mengendusnya. Disambut seruan Kak Wiscaka, "Yeu, Dyandra lama-lama kayak abangnya. Bisaan aja bilang gitu. Ngomong kek kalau mau nyipok Donny. Ntar gue sama Bang Saga merem deh pura-pura nggak liat."

"Ih apaan sih, nggak tuh!" aku mengelak cepat. Sebab aku memang hanya ingin memastikan aroma parfum ini.

Donny menimpali, "Dyandra mana pernah Bang nyium pas banyak orang gini. Kalau sepi, iya, baru tuh."

"Donny! Kok malah ikut ngeledekin!?" aku meluncurkan kepalan tanganku ke pundak laki-laki yang sedang mengemudi itu dengan lembut.

"Ya lo aneh-aneh aja. Perasaan nggak ada bau-bauan.." komentar Kak Saga, aku menoleh reflektif. "Idung aku bau tapinya.."

"Ya udah sekarang lo duduk yang anteng. Kita perjalanan ke studio, lo sambil inget-inget tuh bau apa yang lo maksud.." Kak Saga memberikan solusi yang sebenarnya nggak solutif namun hanya berusaha memintaku untuk diam duduk nggak banyak ribut di jok depan.

Tapi aku menurut.

Kak Wiscaka menyolek pundakku menggunakan sebotol minuman dingin rasa markisa, kuterima dengan senang hati dan berterima kasih.

"Mas Gi berangkat sendiri? Sama Ko Jayden?" tanyaku sambil berusaha membuka tutup botol minuman dingin tersebut.

"Bang Bang tolong bukain botolnya pacar gue Bang tangannya kecil ntar lecet," kata Donny mengayun tangan memberi kode pada Kak Wiscaka.

Yang diberi kode langsung tanggap dan aku nyengir malu sebagai ucapan terima kasih.

"Jayden berangkat dari rumah, katanya ada perlu nganterin Mamanya dulu ke optik atau apotek gitu. Gue nggak denger jelas," jawab Kak Saga sambil menggerayangi jok belakang mencari bantal atau sesuatu yang bisa ia gunakan sebagai alas kepalanya.

"Terus Mas Gi?"

"Sama ceweknya lah.." cerocos Kak Wiscaka. "Masih anget anget tahi kucing."

"Jangan gitu dong!" protesku. "Udah bener Mas Gi sama Mba Nat. Coba bandingin sama Mas Gi yang dulu? Pacaran dah kayak ganti baterai iPhone. Nggak ada yang awet. Jadinya colok sana colok sini."

Kak Saga melotot, "Colok apaan, Ndraaaaa.."

"IH!! Kak Saga! Khusus Kak Saga kalau manggil aku harus lengkap Dyandra!! Nggak noleh dipotong-potong!" semprotku yang berujung tawa Donny.

"Maap, maap. Kebablasan," ungkap Kak Saga penuh sesal.

Aku kembali mengarahkan pandanganku ke jalanan. Ketika Kak Wiscaka melontarkan pertanyaan yang membuatku harus melirik lewat spion dalam.

"Lo kenapa sih, Dy, segitunya sama Anata? Emangnya lo udah kenal banget ya sama orangnya? Gue tuh—yah, yang lainnya gue rasa.. nggak tahu apa-apa soal Anata. Misterius banget. Brian nggak pernah cerita, muncul di studio J bareng Bang Jayden juga bisa diitung jari. Kalau datang pun, dia cuma diam aja. Bang Jayden nggak banyak ngejelasin soal adeknya itu."

Aku angkat bahu. "Gue nggak tahu juga ya."

"Lah?" Kak Saga ikut bingung. "Gimana sih, Nd—Dyandra? Jadi lo ngasih support sama keduanya itu tanpa latar belakang?"

"Udah kayak skripsi aja pake latar belakang. Lagian... yang paling penting tuh, persoalan Mas Gi. Asal Mas Gi nggak bobrok kayak dulu, asal dia seneng aja, sih. Gue juga udah seneng."

Kak Wiscaka manggut-manggut. "Tapi emang dulu Brian ancur banget abis putus dari Em—"

"—Cak." Potong Kak Saga.

Aku tersenyum tipis. "Nggak papa. Sebut aja namanya. Toh nggak ada Mas. Atau Mba Nat."

"Gue nggak habis pikir.. kok bisa Emily ninggalin Brian segitunya padahal Brian waktu itu tergila-gila banget sama dia. Kayak... kok bisa Emily malah pergi sama cowok lain.." komentar Kak Wiscaka melanjutkan.

Kak Saga menghela napas. "Gue bukan mau belain Emily ya, ini murni pendapat gue aja. Cuma gue nggak pernah ngomongin ini pas ada Brian."

"Kenapa emangnya, Bang?" tanya Donny.

Kukira ia nggak mendengarkan karena fokus menyetir. Namun rupanya ia juga ikut menyimak.

"Kalian tau kan, alasan utama kenapa Emily minta putus?" Kak Saga justru balik melempar pertanyaan.

Donny menggumam. "Gara-gara waktu Bang Brian tersita sama kita? Karena kita waktu itu lagi getol-getolnya ikut lomba?"

Kak Saga menggeleng. "Bukan."

"LOH BUKAN?" aku menimpali kaget. Pasalnya yang kudengar dari Mas Gi adalah demikian; bahwa Emily nggak bisa terima dengan kenyataan bahwa Mas Gi harus membagi fokusnya antara band, kuliah dan dia.

Kak Saga menggeleng lagi. Kak Wiscaka mengerutkan kening.

"Yah, bukan sepenuhnya salah sih. Emang Emily keluhannya paling sering ya soal waktu Brian yang habis di Sunday Borns. Weekdays kuliah, balik kuliah langsung ngeband, Sabtu Minggu kalau nggak ngeband lagi ya sering udah ada janji sama orang rumah. Waktu buat Emily kayaknya hampir nggak ada," Kak Saga membuka percakapan.

Aku memiringkan badan, menghadap belakang supaya bisa saksama saat mendengarkan.

Donny menyolek pundakku, "Sayang, duduknya hadap depan aja. Nanti pusing."

Aku nyengir. "Hehehe, siap bosku."

"Terus, terus?" tagih Kak Wiscaka.

Saga angkat bahu, "Siapa sih, Cak, yang bakal ngira kalau Sunday Borns bakal sesukses ini? Nggak ada. Kita dulu gambling banget ikut festival ini itu, manggung sana sini, ngisi kondangan, ngisi event kampus, live music di kafe-kafe. Terus tiba-tiba ketemu produser, dan Sunday Borns berkembang segede ini. Siapa sih yang nyangka?"

"Emang sih. Gue sempet ditentang juga kan, sama bokap."

"Tuh," Saga sepakat. "Jadi sebenernya gue paham aja kalau Emily dulu sempat ngerasa kalau masa depan kita-kita ini masih gambling dan nggak jelas. Ditambah lagi, Brian yang makin hari makin nggak jadiin dia prioritas."

Kak Wiscaka manggut-manggut.

"Gue nggak tahu ya kalau kalian, tapi Emily emang dulu sempet cerita banyak ke gue. Curhat, ngeluhin Brian. Masa iya, enam bulan terakhir itu Brian nggak punya waktu pribadi buat kencan berdua sama Emily. Selalu di tempat ngeband. Itu pun, Emily cuma duduk aja. Brian tetep sibuk sama kita..." lanjut Kak Saga.

Aku melirik Donny. "Emang iya? Kok aku nggak pernah dengar yang versi ini?"

"Mungkin memang iya. Aku nggak begitu memperhatikan, sibuk skripsian, sibuk ngedeketin kamu, sibuk banyak hal. Nggak ada waktu buat perempuan lain," Donny nyengir dan langsung dibenarkan oleh Kak Wiscaka.

Aku jadi tersipu malu.

Kak Saga menghela napas. "Tapi memang kadang Emily emosinya kelewatan."

"Iya, gue inget banget kan dia pernah dan sering banget marah-marah di tempat ngeband. Yang paling parah tuh pas Emily ngebanting bass Bang Brian, gila sih," timpal Donny, lalu mencolekku. "Sayang aku haus."

Kusodorkan botol berisi air mineral yang memang selalu ada di dalam ranselku. "Pelan-pelan minumnya."

Setelah Donny minum, aku kembali fokus pada Kak Saga. "Bentar. Sumpah Emily pernah banting bass punya Mas Gi?"

"Iya. Bang Brian marah banget. Itu pertama kalinya gue lihat Bang Brian ngebentak cewek," komentar Kak Wiscaka.

Kak Saga setuju. "Sebenarnya, sebelum kejadian itu, Emily udah minta break tapi Brian nggak kasih respon. Jadi waktu di tempat ngeband, tindakan dia banting bass Brian itu upaya protes Emily supaya Brian ngasih sedikit aja prioritas ke hubungan mereka."

"Tapi ya nggak perlu banting-banting bass lah, itu Mas Gi beli pakai duit sendiri, harus ngerjain pekerjaan rumah, kerjaannya Mbok Atun maceman ngepel lantai, cuci piring, cuci baju, setrika biar dapet duit tambahan dari Papa. Seenaknya aja dia main banting," aku nggak terima.

Meskipun penjelasan yang diberikan oleh Kak Saga, dari sisi Emily, tapi aku nggak simpatik sama sekali. Aku tahu mungkin Mas Gi juga ada porsi salah pada saat itu, tapi nggak menghalalkan tindakannya.

"Terus..." Kak Saga melanjutkan. "Puncaknya, Brian mergokin Emily sama cowok lain. Padahal Brian nggak pernah mengiakan permintaan Emily buat break. Dan lagi, itu cowoknya masih temen deketnya Brian di kampus. Nomer induk mahasiswa mereka aja sebelahan, bimbingan skripsi juga bareng.."

Aku menyeru spontan. "Hih, gila."

"Pas Brian nyamperin Emily buat klarifikasi semuanya, Emily bilang masa depan anak band nggak jelas. Brian dibilang nggak akan bisa jadiin Emily sebagai prioritasnya selama Sunday Borns masih ada. Gue juga agak tersinggung pas denger ini. Tapi despite that, gue bisa paham kenapa dia bisa beralasan demikian," Kak Saga menghela napas panjang.

Kak Wiscaka geleng-geleng kepala. "Rumit."

"Tapi menurut gue, porsi salah Emily tetap lebih gede. Lagian, apa salahnya sih, being passionate about your passion? Toh kalau pun Sunday Borns seandainya nggak segede sekarang, gue yakin kok, Mas Gi pasti bisa punya kerjaan bagus. Dan yang paling parah, she cheated on him. Period."

Donny tersenyum. "Kamu mah, emang pada dasarnya udah benci sama Teh Emily.."

"Ya iyalah."

"Kalau Mba Nata, Dy? Gimana?" pancing Kak Wiscaka.

Aku angkat bahu. "Kalian bisa nilai sendirilah ya. Justru gue malah mau tanya, menurut kalian, sekarang Mas Gi kayak apa?"

Yang kudengar kemudian adalah gumaman.

Kak Wiscaka yang pertama mengeluarkan opininya. "Kalau kata gue pribadi, Bang Brian sekarang mendingan sih. Dulu emang kayaknya tiap minggu ganti cewek. Gue sampai lost count. Dan, tiap weekend dia check-in dong. Gue nggak akan pernah ngerti cara pikir Bang Brian."

"Menurut gue, Brian yang sekarang lebih ceria sih. Anata bener-bener berbanding terbalik sama cewek-cewek yang selama ini dipacarin dia. Terutama Emily. Terutama dia. Emily itu kan anaknya ngalem, apa-apa Brian, dikit-dikit Brian, semuanya bergantung sama Brian. Sekalinya dapet ganti Emily, malah kayak Anata."

"Tapi kalau diliat dari profesi Mas Gi yang sekarang kan malah bagus kalau punya pacar yang mandiri dan nggak obsesif posesif? Mas bisa tetep focus sama passion-nya, nggak perlu takut bakal ada kejadian kayak Emily lagi yang mencak-mencak perkara prioritas," aku menimpali.

Kak Saga sepakat.

"Eh, tapi kalian masih inget Rianti nggak sih?" tanya Donny tiba-tiba sambil mengurangi kecepatan mobil karena mendekati lampu merah.

"Inget!" serbu Kak Wiscaka. "Yang cakep terus bodinya semlohay itu kan?"

"Yoi."

Aku mengerutkan kening. "Rianti juga sering ke tempat ngeband? Kok kalian kayaknya kenal banget?"

Kak Saga menggeleng. "Nggak, tapi pernah sekali nyamperin. Nggak pakai basa-basi, Brian langsung cabut. Situasinya kayak tegang banget. Kayaknya waktu itu mereka putus sih. Entah siapa yang mutusin. Paling juga Brian."

"Atau emang sejak awal nggak pernah pacaran," sela Donny.

Aku diam, nggak berkomentar.

"Tapi suer deh, gue suka Bang Brian yang sekarang. Balik kayak awal dulu, pas Sunday Borns awal-awal. Bersemangat, kayak lebih bergairah buat hidup gitu. Nggak yang dikit-dikit minum, dikit-dikit ngehotel. Sekarang juga makin doyan makan. Liat deh, Bang Brian makin gembul, kan?" Kak Wiscaka terkekeh.

"Bener juga." Pernyataan itu dibenarkan oleh Donny dan olehku diam-diam.

"The things we would do for someone we love are beyond amazing," seloroh Kak Saga dengan suara lirih. "Gue paling salut pas Brian ngomong ke media tentang Anata. Gue yakin itu tentang Anata. He is always that serious if it's about her."





Continue Reading

You'll Also Like

84.2K 426 10
Yang orang tau Kiara Falisha adalah gadis lugu, imut, lucu, menggemaskan juga lemot. Tapi di depan seorang Faidhan Doni Advik tidak seperti itu. Pun...
599K 56.6K 45
Demi menghindari sebuah aib, Gus Afkar terpaksa dinikahkan dengan ustadzah Fiza, perempuan yang lebih dewasa darinya. Gus Afkar tidak menyukai Fiza...
80.6K 6.5K 77
Ini hanya sebuah fiksi dan jangan sangkut pautkan kepada real life. Selamat membaca. Jangan lupa untuk votenya.
My sekretaris (21+) By L

General Fiction

56.7K 545 10
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra