MaKo Rhythm

By motskee

2.8K 152 29

6 tahun pacaran bukan waktu yang sebentar.. 6 tahun pacaran juga tidak lantas membuat segalanya menjadi mudah... More

Rhythm 1: I Miss You
Rhythm 2: Run To You
Rhythm 3: Ruined Date
Rhythm 4: A Friend
Insertion: WA Talk
Rhythm 6: The Concert
Rhythm 7: Lunch Scene
Rhythm 8: No Good In Goodbye
Rhythm 9: New Life
Rhythm 10: Unplanned Trip
Rhythm 11: Love Celebration

Rhythm 5: Gift

208 11 4
By motskee

Aku memarkirkan mobilku di gedung parkir Four Winds Corporation dengan sempurna. Mematut diri sejenak untuk memastikan penampilanku sudah keren. Merapikan beberapa barang bawaanku yang sempat tercecer di sudut-sudut mobil karena kumasukkan dengan tergesa tadi pagi.

Hatiku riang. Terima kasih Tuhan, setelah beberapa lama aku selalu sedih dan murung, hari ini aku senang sekali. Kalau kalian pikir aku sudah dapat pengganti Nikko, kalian salah! Aku hanya luar biasa gembira karena event-ku sukses besar. Press conference yang kurancang di salah satu hotel bintang 5 itu sukses dibicarakan semua orang. Harus ramai diperbincangkan! Tentu saja itu tujuan semua pegawai Marketing Communication macam aku kan? Ya, kalau tidak apa gunanya membuat event.

"Mara, ngapain lo disini?" Oke, bagus, jadi begitu sapaan bosku untuk menyambut anak buahnya yang sudah jungkir balik membuat event demi kesuksesannya? Huh, bos macam apa dia!

"Kok lo gitu banget sih nanyanya?" kataku sebal.

"Maksud gue, kenapa lo malah ke kantor. Ini udah jam 7 malam. Kenapa gak langsung pulang aja? Lo kan pasti capek seharian nyiapin press conference hari ini." katanya sambil menoyor kepalaku. Eh, apa tadi katanya? Jam 7 malam ya? Iya, ya, rajin juga aku malam-malam begini masih direlakan datang ke kantor..

"Gue harus mengembalikan standing banner yang tadi dipakai. Besok mau dipakai untuk event lain di luar kota. Tadi orang GA telepon gue," jawabku.

Dan jawabanku itu cuma dibalas dengan sahutan singkat Ryo, "Oh, ok." sungguh menyakitkan. Memangnya dia tidak bisa memberikan tanggapan lebih positif lagi. Lho, kenapa aku daritadi menggerutu sih? Apa ini waktunya PMS ya? Aku berusaha mengingat-ingat.

Salahnya, bukan mengingat kalender bulananku, aku malah mengingat Nikko. Duh, Tuhan, aku kangen. Biasanya kalau aku habis mengadakan event seperti ini, dia akan meneleponku dan memberi selamat padaku, bahkan kadang merayakannya. Semangatnya itu selalu sukses bikin semua lelahku hilang seketika. Nikko, i miss you.

Aku masih melamun ketika Ryo menyolek lenganku, "Mar, lo bengong ya?"

"Hah? Apa..?" kataku tergeragap.

"Ck..ck..jangan kebanyakan bengong ah. Kemarin ayam tetangga gue ketahuan bengong terus mati." katanya mengolokku.

"Heh! Enak aja lo nyamain gue sama ayam. Btw, itu kiasan basi Ryo. Gak ada yang lebih modern lagi?" aku mencibir, "Lo ngomong apa tadi?"

"I said... Thank you so much, Mara! Makasih udah bikin event yang keren. Makasih udah bikin event yang ramai dibicarakan. Dan makasih karena elo udah bikin gue bangga dengan tim ini. Gak salah gue minta lo masuk ke tim gue." Ryo tersenyum lebar. Tulus. Ah, hatiku menghangat. Terima kasih Ya Allah, sudah Kau lancarkan segala kerjaku hari ini. Terima kasih juga Ya Allah, aku punya bos dan sahabat sebaik Ryo.

Aku tidak bisa tidak tersenyum, "Your welcome, Yo. Makasih juga udah kasih kesempatan biar gue bisa lebih berkembang disini.

"Ya udah sana, selesaikan urusan sama GA dulu. Eh, tapi habis itu jangan langsung pulang ya, balik sini. Gue ada perlu sama lo." katanya kemudian.

Aku termenung sejenak lalu membelalak, "Ryo, lo gak akan kasih kerjaan mendadak dan nyuruh gue lembur kan? Gue capek! Awas aja lo kalo ngasih kerjaan sama gue sekarang!" Aku mengancamnya.

Agak jarang sih ada anak buah yang berani melawan bosnya. But, hey, aku berhak dong untuk protes. Kalau nanti aku terlalu capek sampai jatuh sakit, siapa yang tanggung? Well, tentu saja perusahaan yang menanggung biayanya karena setiap karyawan punya jatah fasilitas health. Tanpa sadar aku terkikik sendiri menertawakan kebodohanku.

Ryo memasang muka tak mau dibantahnya, "Gue itu baik hati, Mara. Gue tahu lo capek. Gue gak akan ngasih kerjaan buat elo. Tapi gue ada perlu urgent sama lo. Jadi, sekarang mendingan lo cepet balikin standing banner ke GA terus balik kesini. Ok!" Lalu dia berlalu begitu saja dan meninggalkanku terbengong-bengong lagi.

10 menit kemudian..

Aku melenggang santai menuju ruangan Ryo. Kulihat dia masih asyik berkutat dengan laptopnya. Aku? Aku putuskan untuk juga asyik berkutat membongkar persediaan cemilan di meja tamunya. Ini sudah saatnya makan malam, jadi wajar kalau perutku sudah mulai bernyanyi lagu keroncong.

Bertambah 5 menit dari waktu terakhir..

Ryo masih tidak berkomentar apa-apa. Hanya memandangiku sekilas yang sedang ketahuan sedang mengobrak-abrik kue-kuenya tanpa ampun. Aku lapar, jadi ya begitu adanya. Dan percayalah, lapar bisa membuat orang menjadi blank tidak bisa berpikir jernih. Bahkan sampai tidak jernihnya justru bisa menyebabkan tersulutnya emosi. Uhm..itu hanya teoriku yang belum dan tidak ada niat untuk kubuktikan sih, membuat judgement kan memang paling mudah.

Aku yang mulai gemas akhirnya mulai mengeluarkan jurus andalan, "Ryo, kerjanya udah dulu dong. Kasih tahu dulu ada hal urgent apa. Gue pengen pulang nih. Atau besok pagi aja ya?" kataku dengan mula memelas.

Ryo hanya melirikku, menimbang-nimbang sebelum mengambil amplop dari laci meja kerjanya. Dia meletakkan amplop itu di depanku.

"Apa nih?" aku masih tak mau menyentuh amplop itu.

"Gue kebetulan dapat 2 tiket VIP nonton Jakarta Dekade buat besok malam di Balai Sarbini. Dan karena gue tahu 2 minggu ini elo sibuk nyiapin press conference, tebakan gue sih elo lupa ada acara ini, padahal biasanya elo selalu nomor satu kalau urusan nonton konser kan, Mar?" akhirnya dia menjelaskan panjang lebar.

Aku meraih amplop dengan kecepatan kilat dan mengintip isinya. "Ryo, lo perhatian banget sih sama gue. Thank you banget!" kataku dengan mata berbinar.

"Eh, tapi, gue nonton sama siapa ya, Yo?" tanyaku dengan murung.

"Ya sama Nikko-lah. Masa sama gue? Males ah nemenin lo yang bawel begitu." katanya sambil berbalik kembali berkutat dengan laptopnya.

"Nikko ya? Yo, tapi gue sama Nikko itu.." aku membiarkan kalimatku menggantung sambil menggigit bibir. Duh, aku kangen setengah mati padanya. Sedang apa ya dia?

"Elo sama Nikko kenapa?" tanya Ryo. Pertanyaan menjebak. Aku tahu dia sedang berusaha mengorek informasi dariku. Cerita sebenarnya yang tak pernah kuberitahu pada siapa pun. Oh, kecuali Vari tentu saja. Aku terdiam. Apakah ini saatnya aku bercerita tentang Nikko? Mungkin memang iya, siapa tahu dia bisa memberi solusi. Ryo laki-laki dan dia pintar, siapa tahu solusinya bisa bermanfaat.

Aku masih diam saat Ryo tiba-tiba saja sudah berdiri menjulang di depanku, "Lo mau cerita atau nggak? Kerjaan gue udah slese dan gue mau balik."

Aku menggeleng pelan. Menghela napas keras saat kusadari ternyata aku tidak siap membagi cerita itu. Bukan karena aku tidak percaya padanya. Tapi karena aku tidak akan sanggup mengingat Nikko tanpa membuat diriku tampak menyedihkan.

Nikko mendengusSebal pasti.

"Sorry, Yo," cuma kata itu yang bisa keluar dari mulutku saat ini.

"Terserah elo deh, Mar. Gue cuma gak pengen lihat lo murung terus-terusan. Walaupun untungnya apa pun masalah pribadi lo gak berefek sama hasil kerja lo yang tetap profesional, gue tahu itu cuma pelarian. Gue gak suka liat lo yang gak happy." ujar Ryo.

"I know you are a really good friend. Thank you. Dan makasih juga tiketnya," sahutku lirih. "Eh, tapi kalo gue ga punya partner nonton, elo mau kan nemenin gue?" tanyaku lagi penuh harap.

"Sejak kapan gue suka nonton begituan. Itu artis-artis jadul lagi. Gak mau! Lagipula gue udah ada janji nonton besok." katanya menolak.

"Ya ampun, Ryo. Cewek mana lagi sih yang lo PHP-in. Gue tahu elo tuh gak pernah ada rasa sama mereka," aku mendengus.

"Biarin aja sih. Cewek-cewek juga baru diajak jalan sama gue aja udah girang setengah mati. At least kalau gue mau nonton gak harus sendiri." katanya lagi.

Tidak lama kudengar ponsel Ryo berdering. Dia menjawab cepat sambil berlalu membawa tas laptopnya keluar ruangan. Lho, kok malah dia duluan yang ngeloyor pulang. Ini gimana sih? Kenapa jadi aku yang ditinggalkan sendiri di ruangannya? Bos kurang ajar.

===

Continue Reading

You'll Also Like

953K 43.3K 49
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
9.7M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
5.9M 473K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...