Rhythm 10: Unplanned Trip

155 12 5
                                    

"Mar, ikut ke ruangan gue sebentar yuk!" Ryo tiba-tiba muncul di pembatas kubikelku.

Aku yang sedang serius memeriksa event rundown melonjak kaget. Aku berseru kesal, "Duh! Bisa gak sih manggilnya gak pake ngagetin. Elo niat ya bikin gue mati muda karena serangan jantung?"

Sayang, obyek kekesalanku sama sekali tidak peduli hingga makin membuatku meradang. Walaupun tetap saja aku mengikutinya ke ruangannya sambil menghentak-hentakkan kaki. Tanpa menunggu dipersilakan aku langsung duduk di depannya.

"Tolong gantiin gue presentasi di Singapura ya. Gue ada acara nikahan sepupu weekend ini," kata Ryo sambil menyodorkan sebuah undangan pembicara pada sebuah seminar.

Aku membaca undangan itu sambil mengerutkan kening, "Ini ... besok? Beneran besok tanggal 13 Februari?"

"Iya. Sebenarnya undangannya udah ada sejak 2 minggu lalu. Rencananya memang gue yang akan hadir, tapi gue baru ingat kalau ada nikahan sepupu weekend ini dan gue didaulat jadi panitia."

"Lo lagi kumat ya, Yo? Terus gue nyiapin bahan presentasinya kapan? Lagipula besok gue mau nonton konser Tulus kali. Valentine kok disuruh business trip. Gak mau ah!" kusorongkan kembali undangan itu ke hadapan Ryo.

"Bahannya udah gue siapin kok, tinggal lo baca aja. Lo kan cerdas, urusan beginian aja gampanglah ..."

"Walaupun gampang dan gue bisa, gue tetap menolak! Gue udah punya acara. Salah lo ngasih tahu kok mendadak," kataku sengit.

"Please Mar! Ini saatnya lo membalas kebaikan gue. Kalau bukan karena gue ..." Ryo mendadak diam. Raut wajahnya berubah. Aku yakin pasti ada sesuatu yang tidak beres.

"Kalau bukan karena lo ... Kenapa? " tanyaku dengan tatapan menyelidik.

"Gak ada. Lupakan. Pokoknya gue minta tolong sama lo." katanya memaksa tetapi matanya menghindar dari tatapanku. Bahasa tubuhnya gelisah, persis seperti maling ayam yang baru tertangkap tapi masih juga tidak mau mengaku. Oops..ini kayaknya keterlaluan, masa bos sendiri kusamakan dengan maling ayam. Sorry, Sir.

"No! Gue gak akan nolongin lo, kalau lo gak mau bilang ada apa. Gue tahu ada yang lo rahasiakan." Aku bersikukuh dengan pendapatku.

"Gue tetap atasan lo, Mar. Gue punya hak untuk nyuruh lo business trip." Ryo menatapku tajam. Aku tahu dia bukan tipe atasan yang tidak bisa berkompromi dengan bawahannya. Tapi kalau sampai dia menjadi pemaksa seperti ini, mungkin memang situasinya sedang genting.

Aku mendengus keras, "Oh, jadi sekarang mau pake alasan atasan-bawahan?"

Ryo menatapku lama dan tajam, berusaha memohon hanya melalui tatapannya. Aku sebenarnya ingin tertawa. Ini persis seperti salah satu adegan dalam film-film vampir dimana biasanya sang vampir akan menatap mata korbannya, lalu si korban akan terhipnotis dan akhirnya mau melakukan apa saja yang diperintahkan oleh sang vampir. Hemm..setelah tadi aku menyamakan Ryo dengan maling ayam, sekarang aku menyamakan dia dengan vampir. Duh, mungkin otakku memang sedang korslet. Maafkan aku, Yo.

"Mar, please, gue butuh banget bantuan lo. Lo tahu kalau gue jarang memaksa. Kali ini saja, gue benar-benar gak bisa berada di dua tempat sekaligus, kecuali lo bisa beliin pintu kemana saja kayak punya Doraemon buat gue."

Aku tertawa. Tidak tega melihat tatapannya yang super memohon dan gurauannya barusan.

"Fine! Gue mau gantiin lo. Tapi gue akan catat ini sebagai hutang dan akan gue tagih suatu saat nanti."

Ryo hanya tersenyum manis. "No, Mar, sebenarnya gue justru sedang menagih pembayaran hutang budi gue ke elo. Kita impas."

"Gue jadi curiga. Lo lagi merahasiakan apa sih? Ada sesuatu yang gak lo ceritain ke gue ya?" mataku menyipit curiga.

"Suatu saat elo juga pasti tahu. By the way, urusan tiket seharusnya sudah tidak ada masalah. Tadi gue sudah telepon Dina untuk mengurus akomodasi dan transportasi selama lo disana. Acaranya sih Jum'at tapi gue jadwalin lo balik Minggu sore aja, supaya Sabtu lo bebas jalan-jalan disana."

Aku terperangah. "Awwww...Ryo, lo sweet banget sih, sampai kepikiran untuk memanjangkan waktu gue di Singapura. Masalahnya gue jalan-jalan disana sama siapa? Lo tahu sendiri gue tukang nyasar." Mataku berkedip-kedip menggoda dan sebuah jitakan sukses mendarat ke kepalaku.

"Sesungguhnya gue heran gimana dulu pas jaman SMA lo bisa lulus ujian Geografi. Navigasi lo jelek banget gitu."

"Sekali lagi lo ngeledek gue, jangan harap gue mau bantuin."

"Yee..gitu aja ngambek. Pokoknya lo tinggal berangkat aja. Semua udah gue siapin, mulai dari tiket, hotel bahkan sampai teman jalan lo selama disana, jadi lo gak bakalan nyasar."

"Hah? Serius? Kenapa lo tiba-tiba jadi baik begini?"Dari dulu juga gue baik kali, Mar. Lo-nya aja yang gak peka punya sahabat sebaik gue."

"Huh! Dasar tukang GR. Okelah, Pak Bos. Nanti materinya kirim aja ke email gue ya." Kataku menyudahi diskusi plus bercandaan versi kami.

Aku sudah sampai di depan pintu ruangan ketika kudengar Ryo berseru dengan nada serius, "Mara, have fun ya disana. Semoga balik dari sana, gue langsung dengar berita baik dari lo."

Aku mengerutkan dahi tak mengerti tapi memilih diam saja karena masih ada pekerjaan yang lebih membutuhkan perhatianku saat ini.


TBC.

20150428.

Multimedia: Untuk Sahabat by Audy & Nindy

Note: Maaf part ini pendek, tapi daripada gak update kan ya? ^^v

MaKo RhythmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang