My Sweatheart Justin

By BrielleBieber

3.3K 221 13

Aku seorang gadis dengan pekerjaan paruh waktu. Kisahku menyedihkan dan hanya tinggal dengan seorang ayah. S... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32

Chapter 21

109 5 3
By BrielleBieber

Malam ini Jules dan Selena pulang bersama. Mereka sangat merindukan hal ini. Pulang bersama sehabis kerja adalah suatu hal yang jarang dilakukan oleh mereka. Jules selalu dijemput Rooney. Selena tak enak hati jika ikut pulang bersama mereka berdua, lebih baik ia  pulang sendiri. Dan hari ini Selena bisa pulang dengan Jules karena Rooney sedang sibuk dan tak sempat menjemput Jules.

"Sampai jumpa Jules!" Teriaknya sembari melambaikan tangannya pada Jules. Gadis itu sudah sampai di gang arah rumahnya.

"Hati-hati di jalan!" Balas Jules sedikit cemas terhadap Selena. Lalu Selena itu mengangguk dan tersenyum lebar. Jules berharap agar sahabatnya pulang dalam keadaan selamat.

Selena bersenandung kecil sembari membayangkan ketampanan wajah Justin tadi yang hampir membuatnya mabuk kepayang.

"Uhh Justin.." gumamnya tersenyum gemas sambil mengeratkan Hoodie cokelatnya.

Sesuatu menjaga difikiran gadis latin itu.
Dia merasa ada seseorang dibelakangnya. Jantungnya berdebar kencang saat ada bayangan yang mengikuti nya dari belakang. Dia takut jika ternyata bayangan itu adalah Chris.

"Oh tuhan lindungi aku" Ucao Selena berdoa, berharap agar dirinya baik-baik saja. Dia semakin mempercepat langkahnya. Gang kecil arah rumahnya sudah mulai terlihat dimatanya, tinggal melewati beberapa gang kecil lagi ia akan sampai.

Tapi bayangan itu semakin dekat dan mengimbangi langkah Selena yang tak kalah cepatnya. Gadis itu berhenti dan memejamkan matanya karena kakinya tak sanggup lagi berjalan. Untuk laripun sudah tidak bisa.

Jantungnya masih berdetak hebat. Tinggal menunggu saja apa yang akan dilakukan oleh bayangan itu. Selena mendengar langkah kaki dari belakang yang terdengar semakin dekat dan suara langkahnya seperti orang berjalan mendahului dirinya.

Tak lama, tangan gadis itu ditarik kencang  oleh seseorang dari sisi kirinya dan membawanya masuk ke gang kecil lain dan sangat gelap. Sontak saja Selena terkejut lalu membuka matanya cepat dan langsung mendapati sosok pria memakai  masker tepat di hadapannya.

"Tolong jangan ganggu aku" ucap Selena sambil memejamkan matanya kembali karena ketakutan.

Pria itu membuka maskernya. "Buka matamu, Aku Justin." 

Mendengar kata  Justin. Gadis itu cepat-cepat membuka matanya. "Justin kenapa kau--"

"Ssst, pelankan suaramu, mereka bisa mendengarmu." potongnya sembari membuka tudung hoodienya.

Selena terpaku melihat kehadiran Justin. Padahal beberapa jam lalu ia sudah bertemu dengan si pria dingin.

"Siapa mereka?" Tanya Selena kebingungan.

"Sebentar, jadi bayangan tadi adalah bayanganmu ya?"  tanyanya kembali dengan wajah polosnya.

Justin menggeleng, lalu pria itu mengintip sesuatu dari balik dinding perumahan di gang kecil gelap, seperti mengintai seseorang.

"Lihatlah" perintahnya lalu Selena menurut. Akhirnya mereka mengintip bersama.

Tak jauh dari mereka, tepatnya di bawah pohon terlihat seorang pria dengan pakaian serba hitam dan memakai cadar berdiri tepat di depan gang kecil arah rumah Selena. "Siapa dia?" Tanya gadis itu berbisik pada Justin.

"Kau ingat bayangan tadi?" Justin balik bertanya dan Selena mengangguk cepat.

"Itu bayangan dia?" Tanya Selena berusaha tenang dan Justin menggeleng.

"Dia teman si bayangan itu" Ujar Justin menatap Selena yang terlihat bingung.

"Lihatlah ke arah sana" Sambungnya lagi lalu menunjuk kearah barat tak jauh dari pria yang berdiri di bawah pohon tadi.

Ada seseorang juga di sana. Ia juga seorang pria, memakai pakaian yang sama, serba hitam dan bercadar. Bedanya ia memakai tudung kepala. Pria itu bersembunyi di balik dinding perumahan di dekat gang kecil arah rumah Selena juga. Pria tersebut kelihatan frustasi.

"Dia yang mengikutimu tadi. Sekarang ia marah karena kau menghilang" Ucap Justin. Selena pun terkejut. Bagaimana Justin bisa tahu?

"Apa yang mereka inginkan dariku?" Tanya Selena melemas.

"Mereka mengincarmu" Balas Justin sambil memandangi Selena. Suasana gelap, hanya ada sedikit pencahayaan dari lampu jalanan. Meskipun demikian, Justin masih bisa melihat sedikitwajah cantik Selena.

Raut wajah gadis itu seketika tersenyum kecut. "Oh ayolah. Aku tak cantik, aku juga tak menarik. Harta? Aku hanya punya cincin emas yang mom berikan saat aku ulang tahun" Ucap Selena tertawa kecil.

"Diam. Kau istimewa bagi seseorang" Balas pria Hoodie itu dengan dingin. Selenapun mengernyit. Istimewa? Istimewa bagi siapa?

"Kurasa aku istimewa hanya di mata ayahku" Balasku singkat.

"Aku tak tahu" ketus Justin.

"Kau tahu siapa mereka? Bagaimana kau tahu kalau dia mengincarku?" Tanya Selena curiga.

"Bagaimana aku tahu siapa mereka. Kau tak tahu atau memang polos? Di kota ini banyak orang jahat. Aku tahu karena dari gerak-geriknya. Sudahlah itu tak penting" Jawab Justin sangat ketus.

Selena mencoba bersabar menghadapi pria dingin macam Justin. Sebenarnya ia sangat kesal dengan sikapnga

"Apa mereka sedang menungguku?" Tanya Selena berusaha tenang namun nadanya mulai meninggi.

"Ya" ujar Justin dan berbalik membelakangi Selena.

"Ikut aku" ajak Justin lalu menarik tangan Selena dengan cepat.

Gadis itu menolak untuk berjalan. Seketika Justin berbalik cepat. "Kau ingin tertangkap mereka atau bagaimana?"

Selena menggeleng lalu menghela berat. "Aku harus pulang" ujar Selena dengan tubuh melemas. Hal ini membuat Justin ingin memarahinya.

"Kau tahu mereka akan terus menunggumu di gang itu. Jika kau pulang silahkan, paling tidak kau akan berakhir di hotel tanpa busana." ujar Justin sakartis.

Selena tampak terkesiap mendengar ucapan Justin. Lalu dengan cepat  dan tanpa persetujuan dari Selena, Justin langsung membawa Selena pergi dari gang kecil gelap itu. Tentunya tidak melewati jalan yang dilalui Selena tadi. Takut jika kedua pria tadi melihat mereka berdua. Maka Justin memutuskan mengambil jalan rahasia, rupanya ia tahu betul seluk beluk daerah ini.


Justin's POV

Tidak ada pilihan lagi. Aku harus membawanya pergi. Tak mungkin jika Selena pulang kerumahnya, bagaimanapun juga dirinya sedang tak aman. Aku yakin mereka adalah orang suruhan Chris. Memang brengsek. Aku tak akan membiarkannya.

Flashback on

Awalnya setelah aku bertemu Selena aku akan menemui Chris. Lalu ku urungkan niatku  karena aku ingin menunggu Selena pulang kerja terlebih dahulu baru aku akan menemui Chris. Aku memantau Selena dari dalam Cafe yang terletak di depan restauran. Aku memesan Macchiato panas karena udara semakin dingin dan aku butuh penghangat untuk tubuhku.

Tak sengaja pandanganku jatuh pada seorang pria yang sedang berjalan lalu berhenti di bawah pohon tak jauh dari cafe dan restauran. Pria itu nampak sedang memandangi seseorang.

Lalu aku mengikuti arah pandangannya dan ternyata ia sedang menatap kedua gadis yang sedang berpelukan didalam restauran. Terlihat jelas bahwa itu adalah Selena dan gadis aneh yang menghampiriku tadi. Aku pun terkesiap setelah pria itu membuka cadar hitamnya dan menampilkan wajahnya dan itu tak asing bagiku. Dia Chris.

Bukankah sekarang dia sedang berada di markas dan sedang menunggu kedatanganku? Mengapa dia disini dan terlihat sedang mengawasi Selena.
Aku mencoba menelfonnya untuk memastikan lagi bahwa itu Chris.

Drttt..

Dugaanku benar. Pria itu terlihat sedang merogoh saku celananya lalu mengambil ponselnya dan..

"Ada apa Justin" terdengar suara dari sebrang sana.

"Kau dimana, aku sudah sampai" dustaku sambil menatap gerak gerik Chris.

"Pulanglah, besok saja kau temui aku lagi. Sekarang aku ada urusan" balasnya lalu aku tersenyum puas karena benar pria itu adalah Chris. Aku tak menjawabnya dan langsung mematikan saluran telefon.

Beribu-ribu pertanyaan memenuhi otakku. Aku penasaran apa yang akan dilakukan oleh pria licik sepertinya. Apa dia akan berbuat sesuatu kepada Selena. Bukanya tadi pagi dia sudah mengatakan padaku bahwa ia sudah tak menyukai Selena. Akh.. bagaimanapun juga Chris tetaplah pria licik yang kukenal. Aku tak percaya jika dia sudah melupakan Selena. Pasti dia terus mengincar gadis itu.

Tak lama setelah itu aku melihat dirinya menyeringai seperti habis mengatakan sesuatu sambil menatap Selena tajam. Lalu ia membuang puntung rokok kesembarang tempat dan pergi. Aku bisa melihat gerak geriknya dari dalam Cafe.

Tapi pandanganku tak lepas begitu saja, aku terus memperhatikan dirinya hingga dia berhenti lagi di depan kedai tak jauh dari Cafe dan restauran juga. Kini dia terlihat sedang berbincang-bincang dengan dua orang pria yang memakai pakaian serba hitam dan mereka semua bercadar. Mereka tampak serius dan salah satu dari mereka mengangguk seperti paham dengan ucapan Chris.

Beberapa menit kemudian Chris meninggalkan kedua pria itu dan pergi menuju kearah timur. Sementara, kedua pria itu tetap berdiri didepan kedai dan menatap kearah restauran.

Ini semakin membuatku penasaran. Perasaanku tak enak. Kurasa benar, mereka memang memiliki rencana licik dan tentunya Selena terlibat dalam hal tersebut. Aku terus memerhatikan mereka tanpa berpaling. Sesekali aku menyeruput macchiatoku untuk menghilangkan rasa penat.

Satu jam berlalu, kulihat Selena dan temannya keluar dari restauran. Sepertinya mereka akan pulang. Lalu aku mengalihkan pandanganku lagi kepada dua orang pria mencurigakan itu. Mereka tampak terkejut melihat Selena keluar dari restauran dan buru-buru berlalu dari depan kedai dan berlari kearah barat. Selena dan temanya sedang asyik bergurau dengan kedua scurity. Saat itu juga aku segera menghabiskan macchiatoku lalu keluar dari Cafe dan berlari mengikuti kedua pria tadi.

Aku mengikutinya dari belakang secara diam-diam. Kedua pria itu berpencar, yang satu berlari ke arah pohon dekat gang kecil arah rumah Selena. Sedangkan satunya lagi bersembunyi dibalik batu besar.

Aku sangat menyukai permainanmu Chris. Umpatku dalam batin.

Aku menyaksikan mereka dari balik tumpukan salju yang sangat tinggi. Lalu aku keluar dan berlari ke salah satu gang kecil tak jauh dari persembunyian mereka berdua. Dari sini aku bisa melihat mereka yang sepertinya menunggu Selena. Dari sini aku bisa menyimpulkan bahwa Chris menyuruh mereka untuk menculik Selena. Mereka melakukannya di sini karena daerah perumahan disini sangat sepi dan jarang sekali di jamah orang.

"Benar-benar licik" umpatku.

Tak lama kemudian aku melihat Selena muncul dan berjalan sambil tersenyum manis. "Oh tuhan.. siapa orang yang tak menyukai senyuman Selena, dia begitu manis."

"Uhh Justin"

Aku mendengar dirinya menggumam menyebut namaku. Lalu aku melihat pipinya memerah. Akh.. apa benar dia menyukaiku? Cukup Justin! Ini bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. Tunggu..  pria yang bersembunyi dibalik batu itu keluar dari persembunyiannya dan mengikuti Selena dari belakang.

Aku ingin keluar dari persembunyianku tapi ku urungkan niatku dan memilih bersembunyi lagi dan melihat apa yang akan dilakukan oleh pria itu. Kulihat Selena merasa terganggu dan terlihat ketakutan, merasa bahwa ada orang yang mengikutinya. Lalu dia berhenti dan memejamkan matanya karena takut.

Pria itu semakin mempercepat langkahnya dan.. melewati Selena begitu saja. Mengapa dia tidak menangkap gadis itu. Pria itu malah bersembunyi di balik dinding perumahan dekat gang kecil arah rumah Selena juga.

Aneh, tapi bagus ia tak menyakiti Selena. Kini aku tak punya waktu lagi. Aku harus menyelamatkan Selena. Sepertinya Dewi Fortuna berpihak padaku, kedua pria yang bersembunyi itu tiba-tiba dikejutkan oleh suara dentuman besar yang entah berasal dari mana. Mereka berdua menoleh kearah sumber suara tersebut.

"Bagus.. kesempatan emas!"

Aku berlari secepat mungkin mendekati Selena yang masih menutup matanya rapat-rapat. Dengan gerakan cepat aku menarik lengannya dan memasuki gang kecil yang sangat gelap. Aku tidak peduli bagaimana reaksi mereka setelah tahu bahwa Selena tidak ada ditempat.

Flashback off

"Justin, kau akan membawaku kemana?" Tanyanya dan ku hiraukan begitu saja.

Aku terus berjalan membawanya pergi menjauh dari perumahan yang sepi ini.

Tak membutuhkan waktu lama aku tiba dirumah Kendal. Tentunya bersama gadis latin yang sedari tadi bersamaku ini.

Selena mengernyit bingung. "Apartemen. Kau membawaku ke apartemen?"  Tanyanya sedikit takut.

"Ya."

"Kau tinggal di apartmen?"  Tanyanya lagi gugup.

Aku menggeleng cepat.

"Lalu mengapa kau mengajakku kemari?"
Aku tak menjawab karena aku fokus berjalan menuju ke lift.

"Sementara kau akan menginap di sini" Balasku dan setelahnya Selena terkejut.

"Justin aku tidak mungk--"

"Tidak mungkin apa? Tidak mungkin menginap disini?" Tanyaku menyela ucapannya dan dia menatapku kesal.

"Tentu saja kau harus mau. Kalau tidak.." Aku sengaja menggantungkan ucapanku.

"Apa!" Ucapnya bersungut-sungut. Saat itu juga pintu lift terbuka. Aku masuk dan dia masih ragu-ragu.

"Pulanglah sana, pasti kedua pria tadi akan senang melihat kehadiranmu" Balasku tak berekspresi dan menarik paksa masuk ke dalam lift.

Selena menghela berat. "Jika kau tak tinggal di apartemen. Lalu siapa yang tinggal?" Tanyanya dengan ketus.

"Kendal" Jawabku. Aku sengaja membawanya ke apartemen Kendal. Tak ada pilihan lain dan malam semakin dingin aku tak punya waktu.

Selena terlihat berfikir.

"Kendal sahabatku. Aku tinggal bersamanya" Jawabku menghilangkan rasa penasarannya. Ya, kurasa dia penasaran setelah aku menyebut nama Kendal.

Setelah lift terbuka kami keluar dan aku menuntun Selena menuju ke ruangan Kendal. Setelah sampai aku membuka dengan pasword yang sudah ku hafal di luar kepalaku. Akhirnya pintu terbuka dan aku mengajak Selena masuk. Ia terlihat ragu lalu aku menariknya paksa.

"Duduklah" suruhku tanpa menjawab pertanyaan nya sembari menunjuk kearah sofa diruang tamu. Ia tak menjawab melainkan langsung membawa dirinya menuju ke sofa.

Aku mencari Kendal di kamarnya. Namun setelah membuka pintu kamarnya, aku hanya melihat kedua adikku yang sudah tertidur pulas dan tak mendapati gadis itu. Kemana dia.

Aku terus mencarinya ke seluruh ruangan, namun tak kunjung kutemukan. Dering ponsel mengejutkanku tanda ada pesan masuk.

From: Kendal Jenner.

"Hei Justin, aku pergi kerumah bibiku dan sepertinya menginap. Bibi Sunny sedang sakit dan aku harus merawatnya. Besok pagi aku pulang. Maaf aku tak membawa anak-anak karena aku takut nanti mereka tertular penyakit di rumahsakit."

Oh baguslah. Jadi aku tak perlu repot-repot menjawab pertanyaan dari Kendal yang tentunya terkejut saat aku membawa seorang gadis pulang kerumahnya. Aku kembali keruang tamu dan sebelumnya aku membuatkan Selena satu gelas air teh hangat terlebih dahulu.

"Minumlah, untuk menghangatkan tubuhmu" ucapku setelah menghampirinya dan meletakan minuman itu di meja lalu duduk di hadapannya.

Selena melepas Hoodie cokelatnya, mungkin penghangat ruangan sudah membuat tubuhnya menghangat. "Terimakasih" ujarnya dan aku mengangguk.

"Kendal sedang pergi jadi ia tak pulang"
Ucapku disela-sela keheningan. Selena mengangguk.

"Lalu bagaimana dengan Dadku. Dia pasti akan mengkhawatirkanku Justin" ucapnya cemas.

"Kau bisa menghubunginya dan mengatakan pada ayahmu bahwa kau menginap dirumah teman" ujarku lalu dia merogoh tas nya untuk mengambil benda pipih. Dengan gesit jari-jari mungil Selena mengetikkan sesuatu dilayar ponselnya.

"Aku tidak pulang. Aku menginap dirumah Swift" ucapnya pada seseorang ditelefon. Aku menduga bahwa orang tersebut adalah ayahnya.

"......"

"Satu malam saja Dad. Ada seseorang mengikutiku saat aku berjalan menuju ke rumah dan aku sangat takut. Lalu aku memutuskan untuk menginap dirumah Swift. Bolehkah? Kumohon"

"....."

"Baiklah, tak usah mencemaskan ku Dad, aku baik-baik saja."

"..."

"Bye, love you  Dad "

Gadis itu mengakhiri percakapannya. Lalu ia menatapku. "Baiklah, aku akan pulang besok pagi. Aku lelah, ingin istirahat" ujarnya dengan matanya yang sayup. Aku bangkit dari kursi menuju ke kamar mengambil bantal dan selimut untuk Selena.

"Ini untukmu" ujarku lalu menyodorkan bantal dan selimut padanya. Bukanya menerima gadis itu malah menatapku tajam. Apa aku salah?

Selena's POV

"Oh tuhan.. aku pikir pria ini akan menawarkan satu kamarnya untuk kutiduri malam ini. Bahkan ia menyetujui permintaanku yang meminta untuk tidur di sofa. Benar-benar kejam. Well.. aku kira setelah kejadian kemarin ia benar-benar berubah. Tapi ternyata... Sama saja!!"

"Terimakasih" balasku datar dan menerima bantal dan selimut pemberian darinya. Setelah itu ia pergi dan menghiraukan ucapan ku begitu saja.

"Benar-benar menyebalkan" umpatku. Apakah dia tidak diajarkan bagaimana cara menghormati seseorang. Bagaimanapun juga aku ini adalah tamunya. Jujur saja aku tak bisa jika harus tidur di sofa. Tapi bagaimana lagi, Justin si pria es itu memang tidak peka dan membiarkanku tidur disofa begitu saja.

"Dengan terpaksa kau harus tidur disini Mrs.Gomez!" Gerutuku kesal lalu berusaha memejamkan mataku.

----

Sinar matahari pagi menyilaukan mataku. Aku mengerjapkan mataku berkali-kali. Tunggu.. aku ada dimana? Aku menyipitkan mataku dan memastikan ruangan apa ini. Oh tidak ini sebuah kamar dan kau tidur disini Mrs.Gomez. Bukankah diriku semalam tidur di sofa? Mengapa jadi berpindah di kamar ini yang entah milik siapa.

"Bersihkan tubuhmu. Bukankah kau harus berangkat kerja" sebuah suara mengejutkanku. Akupun terkesiap melihat keberadaan Justin yang berdiri diambang pintu. Sejak kapan ia disini? Oh wajahnya terlihat sangat menyebalkan. Apa tadi malam ia macam-macam padaku.

Dengan cepat aku membuang selimut yang menutupi tubuhku. "Apa kau yang membawaku ke kamar ini?" Tanyaku dengan nada tak bersahabat.

"Jangan bilang bahwa tadi malam kau tidur bersamaku Justin" tambahku lagi dengan nada emosi. Lalu ia mendekati diriku yang duduk di bibir kasur. Akupun berdiri dan memundurkan langkahku saat Justin mendekatiku.

Sampai akhirnya tubuhku sudah membentur dinding yang ada dibelakangku. "J-j-justin? " cicitku saat jarak kami begitu dekat. Justin menatapku lekat tanpa berekspresi.

"Aku memang membawamu ke kamar ini. Karena kau tadi malam mengigau tak jelas dan mengusik tidurku. Kau juga terlihat kelelahan. Jadi apa salahku jika aku memindahkanmu ke kamar ini." Jelasnya menatap lekat mataku.

Tatapan Justin sangatlah datar. Tapi jujur saja, aku selalu merasakan kehangatan saat menatap mata Hazel miliknya dan membuatku merasa nyaman.

"Semalam aku tidak tidur disini. Jadi jangan khawatir, aku juga tidak akan berbuat hal itu kepadamu" tambahnya lagi lalu ia menjauhkan tubuhnya dariku. Seketika aku menegang ditempat. Sebelumnya aku tak pernah melihat sikap Justin yang seperti ini.

"Bersihkanlah tubuhmu yang bau itu." Ucapnya lalu pergi dari kamar ini.

"Apa, Bau? Sejak kapan ia menjadi menyebalkan seperti ini. Ah memang dari dulu ia menyebalkan!" Aku pergi menuju kamar mandi dan tak butuh waktu lama aku menyelesaikannya.

Aku membukan pintu kamar perlahan dan mencari keberadaan Justin. Suara dentingan sendok dan piring terdengar nyaring ditelingaku. Aku menghampiri arah suara itu dan..

"Kemarilah, aku menyiapkan sarapan untukmu" ajak Justin tanpa menatap diriku yang berdiri ditengah pintu.

Sedangkan aku masih diam mematung melihat dua anak kecil yang juga menatapku tanpa berkedip. Apakah justin sudah berkeluarga dan itu adalah kedua anaknya? Ahh buanglah pikiran bodohmu itu Selena.

"Justyyy, siapa gadis itu.." bisik anak kecil laki-laki pada Justin dan samar-samar terdengar olehku.

"Dia cantik" tambah anak kecil perempuan yang ada disisi kanan Justin. Jujur saja aku tersipu, tapi aku berusaha untuk bersikap biasa saja.

Justin tidak menjawab kedua anak kecil itu. Ia menoleh menatapku yang masih berdiri seperti orang bodoh. Memang bodoh kau Mrs.Gomez. "Mengapa tak duduk, apa kau bisulan?" Tanyanya dan aku segera menghampiri mereka dan menarik kursi lalu duduk di hadapan si pria es ini.

"Justinnn kau tidak menjawabku! Siapa gadis itu" anak kecil itu mengguncang kencang lengan Justin  yang masih mengolesi roti dengan selai kacang.

"Tanya saja sendiri padanya" balas Justin kesal. Oh itu terlihat bahwa dua anak kecil itu bukanlah anak Justin. Terlihat dari nada bicaranya yang memanggil pria itu "Justin" yang kesannya seperti berbicara dengan saudaranya sendiri.

Dengan kesal anak kecil laki-laki itu menggembungkan pipinya dan menatapku yang dari tadi hanya diam. "Hei namamu siapa" ucapnya dengan berani. Lalu anak kecil perempuan yang ada disebelahnya menyikut lengannya. "Kau tak sopan Jaxon" ujarnya lalu beralih menatapku.

"Kakak cantik siapa namamu?" Tanya anak kecil perempuan itu dengan senyuman manisnya. Justin menatapku dan menunggu jawaban dariku.

"Aku Selena, kau?" Balasku dengan senyuman lebarku.

"Aku Jazmyn Bieber" ucapnya dan aku tercengang. Bieber? Nama itu juga ada di nama Justin, berarti dugaanku benar dia adalah saudaraJustin.

"Lalu yang ini" ucapku lagi dan tersenyum kearah anak laki-laki tadi.

"Jaxon Bieber" balasnya ceria. Justin masih menatapku. Aku tak tau apa yang ada difikirannya sekarang. Apa aku salah mengenalkan diriku pada kedua adiknya.

"Baiklah anak-anak, aku harus pergi. Mungkin lain kali kita akan bertemu lagi" ucapku dan terlihat raut kecewa dari kedua anak kecil itu.

"Baru saja kau mengenalkan dirimu pada kami, lalu sekarang kau akan pergi meninggalkan kami begitu saja." Gerutu anak kecil yang bernama Jaxon itu.

"Kau bisa disini lebih lama lagi kan" pinta Jazmyn memelas dan aku tertawa kecil. Mereka sangat menggemaskan, Bagaimana Justin bisa memiliki kedua adik yang lucu seperti mereka.

"Aku baru mengenal kalian. Tapi kalian sangat membuatku nyaman, tapi aku tak punya banyak waktu. Aku harus bekerja hari ini" Balasku dan mereka masih mengerucutkan bibirnya.

"Setidaknya kau menghargai usahaku untuk membuatkan sarapan untukmu" ucap Justin tiba-tiba yang dari tadi hanya diam.

Dia menatapku tajam sekali. "Uhmm... Baiklah aku akan makan terlebih dahulu" balasku lalu Jaxon dan Jazmyn bersorak riang. Begitu cepatkah ia beradaptasi dengan orang yang baru dikenalnya. Mereka berdua berbeda dengan Justin.

Continue Reading

You'll Also Like

3M 115K 32
"Stop trying to act like my fiancΓ©e because I don't give a damn about you!" His words echoed through the room breaking my remaining hopes - Alizeh (...
1.6M 139K 46
✫ 𝐁𝐨𝐨𝐀 𝐎𝐧𝐞 𝐈𝐧 π‘πšπ­π‘π¨π«πž π†πžπ§'𝐬 π‹π¨π―πž π’πšπ πš π’πžπ«π’πžπ¬ ⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎ She is shy He is outspoken She is clumsy He is graceful...
712K 43.6K 38
She was going to marry with her love but just right before getting married(very end moment)she had no other choice and had to marry his childhood acq...
4.8M 301K 108
What will happen when an innocent girl gets trapped in the clutches of a devil mafia? This is the story of Rishabh and Anokhi. Anokhi's life is as...