in-between

By vianitammy

54K 6.3K 1.4K

(Canon) growing up. growing apart. and coming back together. ___ Ditengah-tengah pertarungan, intrik, persel... More

0
1
2
3
4
5
6
8
9
10
11
12
13
14
15

7

3K 411 122
By vianitammy

Sasuke mendorong langkahnya saat dia berjalan melalui jalan-jalan Konoha. Saat Sasuke melewati Ichiraku dia mendengar suara keras Naruto datang dari balik tirai kedai ramen tersebut diikuti dengan tawa malu-malu milik Sakura. Warna hitam dari celana Naruto mengintip melalui bagian bawah tirai, dan Sasuke meliriknya sesaat sebelum melanjutkan langkahnya.

Orang-orang yang melihatnya memberinya berbagai macam tatapan. Mereka selalu melakukannya. Dia sudah terbiasa sekarang, terbiasa dengan pandangan merendahkan, bisikan sembunyi-sembunyi dan ketakutan. Dia tidak peduli.

Saat Sasuke berbelok dari sudut demi sudut, berputar-putar di sekitar desa selama berjam-jam. Hanya ketika dia melihat matahari hampir menyapu cakrawala, dia melihat ke depan dan menemukan dirinya berdiri di depan batu besar dengan lambang Uchiha.

Dia berjalan perlahan-lahan, setiap otot di tubuhnya tegang, dia tidak ingin berada di sini bahkan untuk satu milidetik pun. Tapi Sasuke tetap berjalan, dan saat dia mencapai tempat dimana terakhir kali Itachi mengembuskan napas terakhirnya, dia merasa sulit untuk mengambil napas berikutnya.

Uchiha Itachi, seorang kakak, anak, dan pahlawan. Seorang shinobi yang pengorbanannya tidak akan pernah dilupakan. Setidaknya, oleh Sasuke.

"Kamu tidak perlu memaafkanku," kata Itachi, dan tangannya melingkar di belakang kepala Sasuke, menarik wajah mereka bersama-sama sampai dahi mereka bersentuhan dan Sasuke menemukan dirinya menatap ke dalam mata saudaranya — terlihat sangat hidup dan penuh kelembutan. Terlepas dari kenyataan bahwa Itachi telah mati, hanya mayat yang dihidupkan kembali.

"Tidak peduli apapun jalan yang kau pilih," lanjut Itachi, suaranya hangat, senyumnya lebar, dan Sasuke merasa dirinya semakin hancur saat melihat Itachi perlahan-lahan mulai memudar, "...aku akan tetap mencintaimu."

Dan pada saat itu Sasuke tahu bahwa saudaranya mencintainya lebih dari apapun di dunia dan selalu begitu, dan sudah terlambat, sial, Itachi, tolong jangan pergi—

Tapi dia sudah pergi.

Entah bagaimana melepaskan diri dari kesedihan yang berdenyut di tulang-tulangnya. Karena tergesa-gesa untuk segera pergi dari sana, Sasuke hampir menginjak buket kecil bunga yang terletak di sisi makam Itachi.

Syok dan kebingungan membuatnya tidak bergeming di tempatnya berdiri. Dia memutar kepalanya, matanya menyipit, mencari siapa yang meninggalkannya. Darahnya mendidih, karena jika ini semacam lelucon memuakkan, dia tidak akan ragu untuk membunuh siapa pun yang ada di baliknya.

Bunyi retakan daun di belakangnya membuatnya berbalik, bersiap untuk beraksi—

"Wah," suara yang hampir tiga hari ini tidak dia dengar menyapa pendengarannya.

Pemilik suara itu adalah seorang bocah kecil dengan kulit pucat, dan rambut putih kebiruan khasnya.

Bocah itu memegang buket bunga di tangannya, menatapnya dengan heran. Tangan Sasuke berhenti dari tempatnya bertumpu pada gagang katana. Dia tidak merasakan niat buruk yang datang dari bocah itu, tetapi Sasuke tetap tidak dapat menemukan dirinya untuk merilekskan tubuh. Pusaran Sharingan, lavender dan mata merah yang tidak serasi menyipit ke arah bocah kecil di hadapannya.

"Seperti déjà vu," gumamnya, menarik seekor anak kucing lebih erat kedalam pelukannya dengan satu tangan dan memegang buket bunga erat-erat dengan tangan lainnya. "Kenapa kau terlihat sangat marah, Tou-san?"

Angin bertiup di sekitar mereka tanpa henti, menyebabkan daun-daun yang berguguran berputar-putar di udara dengan warna merah dan jingga.

"Sepertinya orang tua masa depanmu sangat kesusahan melawan otsutsuki sampai kau harus menunggunya setiap saat disini."

Shinsuke mengangkat bahunya acuh. Mata pucat khas Hyuuga nya menatap pada makam itachi. "Aku meninggalkan bunga itu untuknya. Aku tidak tahu bunga seperti apa yang Paman Itachi sukai. Tapi saat dia mengunjungi paman Itachi, dia selalu membawa bunga itu." Shinsuke sekali lagi mengangkat bahu acuh.

Sasuke mengerutkan kening, curiga. "Siapa kau?" Dia bertanya dengan tajam.

"Tidak perlu terlalu keras, Tou-san," desahnya, kemudian senyum lebar dia berikan. "Tentu saja aku adalah anakmu, anak masa depanmu. Uchiha Shinsuke." Matanya bertambah senang saat dia mengucapkan kata itu.

Sasuke mendengus, sedikit dia membenarkan. Tapi ada yang aneh dari Shinsuke hari ini.

"Dia sangat hebat." Senyumnya menghilang saat matanya kembali melihat pada makam Itachi. Sorot mata yang beberapa detik lalu memancarkan sinar, kini menjadi meredup.

"Dimana adik-adikmu? Apa kau memberitahu Ibu dan Kakekmu jika kau berada disini? Jangan membuat mereka cemas, Shinsuke."

Shinsuke terkekeh pelan. Tau sekali jika ayahnya berusaha untuk menganti topik obrolan. "Kau terdegar sangat peduli dengan para Hyuuga," Pandangannya beralih untuk melihat langsung pada mata onyx Sasuke. "Katakan, kenapa kau menolak tinggal bersama kami di kediaman Hyuuga?"

Sasuke mendengus. Bukankah sudah jelas jika dia tidak ada hubungan apa-apa dengan Hyuuga? Lalu mengapa dia harus tinggal disana. "Aku tidak ada kepentingan dengan mereka."

Shinsuke menatapnya intens sebelum akhirnya mengangguk. Lalu dia menurunkan anak kucing yang berada dipelukannya. Membiarkan anak kucing tersebut bergabung dengan Ibunya. "Saat di kantor Hokage, kau berkata jika ada non Uchiha yang memiliki sharingan. Apa yang kau maksud itu Paman Daisuke?"

Sebelum Sasuke sempat menjawab. Sapaan seseorang dari belakang berhasil menghentikannya.

"Yo! Sasuke!" Salah satu dari keempatnya menyapa. Kemudian matanya menyipit saat melihat lawan bicara Sasuke. "Mengapa seorang Hyuuga ada disini?" Tanya Suigetsu. Situasi ini membuatnya bingung.

Aneh. Sasuke adalah orang yang anti-sosial. Suigetsu sangsi jika Sasuke menjalin pertemanan dengan orang lain selain Naruto. Pertemanan diantara Naruto dan Sasuke pun agak aneh. Lalu sekarang, saat melihat Uchiha terakhir dengan seorang anak yang berasal dari klan Hyuuga, itu terlihat.. salah.

Suigetsu tidak pernah membayangkan untuk melihat seorang mantan buronan kelas S sedang mengobrol santai dengan seorang anak tingkat genin. Suigetsu memiliki asumsi, mungkin karena perjalanan penebusan dosanya membuat Sasuke agak sedikit lembut terhadap makhluk hidup berlabel manusia.

"Jadi dia yang kau bicarakan?"

"Oi Dai, kau mengenal bocah itu?"

Noctis atau yang sekarang bernama Daisuke menganggukan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Suigetsu. "Aku tidak mengenal anak itu secara pribadi. Tapi Sasuke telah memberitahuku inti dari semuanya."

"Heh," Suigetsu menatap tidak percaya pada Daisuke. "Kau bahkan tidak memberitahuku?"

"Bodoh."

"Aku mendengarmu, Kanda!"

"Daisuke jelas sudah memberitahumu jika Sasuke mengiriminya surat. Kau saja yang terlalu sibuk dengan pedang bodohmu itu."

Yuu Kanda,

Adalah seorang pemuda yang sangat ditakuti di dojo Sakata karena kebengisan, mulut tajam dan tempramennya yang buruk.

Kanda memiliki rambut hitam panjang dan bermata biru gelap.

Kepribadian Kanda terlihat dingin, tak tersentuh dan sombong.

Dalam pertempuran dia akan melakukan apapun untuk menang, terkadang dengan resiko rekan satu timnya. Dia tidak pernah menganggap orang lain penting. Karena tujuan hidupnya hanya bertarung, mengalahkan dan menghancurkan para serangga yang menghalangi jalannya.

Kanda Yuu merupakan salah satu hasil dari sebuah eksperimen yang dilakukan oleh ilmuan gila yang terobsesi dengan sesuatu yang bernama 'hidup abadi'. Ilmuan tersebut memindahkan otak seseorang yang telah mati kedalam tubuh baru.

Karena suatu kejadian, Kanda berhasil mengingat masalalunya. Pada masanya dia adalah seorang pahlawan yang telah gugur dimedan perang. Potongan-potongan masalalu yang sukses menamparnya membuatnya sangat frustasi. Dia sangat marah saat mengetahui dirinya yang telah mati di hidupkan kembali sebagai alat uji coba.

Sangat ironis. Dia berharap dia bisa tenang di kehidupan barunya. Namun yang dia dapati malah sebaliknya. Menjadi objek obsesi dari ilmuan bodoh yang takut mati. Dan yang lebih membuatnya frustasi, dia tidak tahu bagaimana caranya untuk mati. Apapun yang dia lakukan untuk membunuh dirinya sendiri akan berujung dengan kegagalan. Karena pada akhirnya dia akan kembali beregenerasi.

Karena tidak ingin terus berada ditempat terkutuk itu dan membuatnya semakin tidak waras, Kanda memutuskan untuk melarikan diri dari ilmuan gila tersebut. Dia membunuh semua orang yang terlibat. Kemudian dia bertemu dengan seorang mantan Samurai yang bernama Gintoki Sakata dan dia dibawa ke dojo Sakata. Disanalah Kanda akhirnya menemukan seseorang yang memiliki nasib yang sama sepertinya.

"Benar kan, Dai?"

"..."

Noctis lucis caelum, atau yang saat ini dikenal dengan nama Uchiha Daisuke.

Dia adalah klon nyata dari Uchiha Sasuke. Eksperimen Orochimaru. Sedikit yang membedakan keduanya adalah, Daisuke memiliki warna mata biru gelap dibanding Sasuke yang memiliki warna mata hitam pekat.

Sasuke sudah mengetahui tentang Noctis saat dia mengunjungi tempat persembunyian lain milik Orochimaru. Saat itu dia sangat penasaran dengan sesuatu yang memiliki chakra seperti miliknya. Namun chakra tersebut lebih gelap dari miliknya.

Saat akhirnya dia menemukan jika ada seorang pemuda seperti dirinya didalam tabung eksperimen milik Orochimaru, dia benar-benar mengutuk Orochimaru karena sennin ular itu benar-benar terobsesi dengan Uchiha. Dan Sasuke sangat yakin jika omong kosong yang selama ini Orochimaru dan Kabuto katakan tentang pemeriksaan medis adalah untuk semua ini. Untuk klon Sasuke -Daisuke-

Dan saat Sasuke berhasil membunuh Orochimaru. Dia lebih dulu membebaskan Daisuke -nama yang diberikan Sasuke- dan saat itu dia baru tahu jika pemuda itu memiliki nama, Noctis.

Setelah bebas, Noctis dan Sasuke berpisah. Sasuke tetap berjalan dijalannya yang sudah lama dia pilih dan Noctis yang tanpa tujuan.

Noctis masih mencoba mencari tahu siapa dia, dan berjuang untuk mengungkapkan perasaannya. Noctis menyimpan banyak hal, terutama menghadapi bagaimana perasaannya tentang induk tubuh aslinya, Uchiha Sasuke. Ketika Noctis berjuang mengatasi berbagai hal, dia cenderung menghindari masalah dan menjadi lebih pendiam.

Ketika dia mengakui situasinya buruk, naluri pertamanya adalah fokus pada dirinya sendiri daripada orang yang seharusnya dia pimpin, atau bahkan teman terdekatnya. Dia tidak berbagi beban kesedihannya atas kehadirannya yang tidak masuk akal, dan malah mencoba menghadapinya sendirian, semakin mengisolasi dirinya dan mendorong orang lain menjauh.

Sampai akhirnya dia bertemu dengan Kanda Yuu di dojo Sakata. Keduanya berbagi cerita menyedihkan tentang betapa bodohnya mereka tidak mengenal siapa itu Ibu. Mereka hanya tahu jika manusia lahir dari sebuah tabung bukan dari rahim seorang wanita yang disebut Ibu.

"Cukup, Kanda, Suigetsu. Bisakah kalian diam seperti Giyu? Kita bisa membahas soal anak itu nanti."

Tomioka Giyuu,

Mungkin dari keduanya, Giyu lah yang paling normal sebagai manusia utuh. Setidaknya, Giyu mengenal sosok Ibu yang melahirkannya. Namun bukan berarti Giyu menjadi satu-satunya ahli pedang dari dojo Sakata yang memiliki keluarga utuh. Giyu pun memiliki kisah tragis sebelum Gintoki membawanya ke dojo.

Giyu memiliki seorang kakak perempuan, Tsutako Tomioka, yang meninggal karena melindunginya dari bandit pada hari sebelum pernikahannya. Setelah kejadian itu, Giyu ditinggalkan di hutan dan ditemukan oleh Gintoki dan dibawa ke Dojo untuk dilatih menjadi seorang ahli pedang dengan teknik air.

Giyu adalah seorang pemuda dengan kulit pucat, dia hampir selalu terlihat mengenakan ekspresi tidak terkesan atau tanpa emosi. Dia memiliki rambut hitam panjang tidak rata yang menjuntai di sekitar kepalanya yang dia diikat ke belakang dengan kuncir kuda rendah yang berantakan di pangkal lehernya. Poninya menutupi matanya dengan pinggiran yang tidak rata. Matanya tajam, dia memiliki warna mata hitam kebiruan dan dibingkai oleh alis tipis.

Giyu selalu memasang ekspresi serius di wajahnya. Dia adalah orang yang sangat sedikit berbicara dan kesulitan berinteraksi dengan orang lain, dia memiliki kepribadian yang pendiam dan rasa keadilan yang kuat tanpa toleransi terhadap mereka yang tidak tahu batasan mereka sendiri.

Giyu memakai haori yang terbagi menjadi dua pola berbeda: yang kanan berwarna merah tua dan yang kiri berpola geometris dengan kotak hijau, oranye, dan kuning. Haorinya diketahui milik mendiang kakak perempuannya, Tsutako Tomioka, dan temannya Sabito. Karena dia ingin terus bertarung bersama keduanya walaupun keduanya telah tiada.

Kemudian ketiganya bertemu dengan Suigetsu saat Sasuke dan tim Taka membantu menghentikan penyerangan yang terjadi di Dojo Sakata yang membuat Gintoki dan beberapa murid Dojo Sakata harus menghembuskan napas terakhirnya dan menyisakan Daisuke, Kanda dan Giyu.

Kemudian Suigetsu memilih untuk bergabung dengan ketiganya dari pada menemani Orochimaru di dalam gua yang minim udara. Apa lagi, ketiganya adalah ahli pedang, murid dari mantan samurai terkenal pada masanya. Suigetsu jelas tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Mungkin jika bergabung dengan ketiganya dia bisa menambah ilmu berpedangnya.

Saat ketiganya menyetujui Suigetsu untuk bergabung. Pada saat itulah dia memulai perjalanannya dengan ketiga murid dari Gintoki Sakata.

"Sebaiknya kau segera kembali sebelum para Hyuuga mencarimu."

Shinsuke mengabaikan perintah ayahnya dan pandangan penuh tanya dari Suigetsu.

Dia menatap intens mata onyx yang sedang menatapnya tanpa emosi. "Bertarunglah denganku, Tou-san."

"Shinsukeㅡ"

"Sharingan!" Suigetsu berseru saat melihat perubahan pada mata pucat Shinsuke. Bahkan Giyu yang jarang menunjukan emosinya, saat ini menunjukan keterkejutan diwajahnya, dia tidak percaya pada pemandangan langka didepannya dan bocah yang berani menantang Uchiha Sasuke.

"Shinsuke! Janganㅡ"

"Tenang saja, Tou-san. Aku tidak selemah itu." Shinsuke menyeringai. Buket bunga yang sedari tadi dia pegang terjatuh, digantikan dengan suara nyaring dari jutsu yang sangat Sasuke kenali. Chidori ditangan kanannya.

Sasuke menatap Shinsuke dalam diam sembari menghitung hingga hitungan ke enam puluh. Menunggu Shinsuke untuk terjatuh tidak sadarkan diri. Namun itu tidak pernah datang.

Bocah yang seharusnya hanya bisa bertahan dengan lima detik setelah mengaktifkan Sharingan, sekarang bocah itu berdiri kokoh seperti tidak akan terjadi sesuatu pada tubuhnya.

Shinsuke.

Sasuke harus memperhatikan bocah itu lebih dari apapun.

"Shinsuke!"

Aliran Chidori di tangannya memudar bersamaan dengan kembalinya mata pucat khas Hyuuga.

Sasuke yakin jika dia baru saja mendengar suara decakan kesal dari Shinsuke. Dia tidak ingin percaya. Tapi dia mendengar dan melihatnya. Shinsuke berdecak karena Ibunya mengintrupsinya.

Itu sisi lain dari Shinsuke yang Sasuke tidak ingin percaya. Shinsuke tidak pernah kasar. Tidak pernah mengeluh terhadap ibunya. Yang Sasuke tahu, bocah itu selalu memiliki tatapan lembut untuk Ibunya. Bukan senyum paksaan yang saat ini dia berikan untuk Hinata.

"Kaa-san sangat mengkhawatirkanmu."

"K-kaa-san.." sebelum Shinsuke jatuh terduduk. Hinata sudah lebih dulu menempatkan Shinsuke dalam dekapannya.

"Hyuuga,"

Hinata mengangkat kepalanya. Memperlihatkan matanya yang berembun kepada Uchiha tertua. "U-uchiha-san?" Hinata meminta maaf pada Sasuke dan beberapa orang yang berada disana.

Saat iris amethyst nya bersibobok dengan netra biru gelap milik Daisuke. Tanpa sadar Hinata menutup mulutnya yang sedikit menganga dengan tangan.

Apa sasuke memiliki saudara kembar?

Apa ini adalah genjutsu? Tapi ini terlalu nyata untuk disebut ilusi.

Pertanyaan-pertanyaan itu terlintas begitu saja dibenaknya.

Mengerti dengan kebingungan yang terlihat jelas diwajah Hinata. Sasuke akhirnya buka suara. "Mereka adalah teman-temanku," selanjutnya dia memperkenalkan satu persatu dari keempatnya.

Walaupun pertanyaannya belum terjawab sepenuhnya. Hinata pada akhirnya memilih untuk menganggukan kepalanya. Tidak ingin menanyakan terlalu jauh saat Sasuke tidak ingin memberitahunya. "Aku Hyuuga Hinata, salam kenal." Hinata mengangguk pada keempat pemuda yang hanya memandangnya acuh.

Hinata meringis saat melihat ekspresi dingin dari ketiga pemuda yang berdiri didepannya. Sedikitnya dia agak bersyukur karena Suigetsu sepertinya agak ramah walaupun hanya anggukan singkat sebagai balasannya.

"Okaa-san?"

Hinata menunduk untuk melihat Shinsuke yang entah sejak kapan sudah terduduk ditanah.

"Kau baik-baik saja, Shin-kun?"

Shinsuke mengangguk sembari menerima uluran tangan dari Sasuke. Dari tatapannya, Sasuke dapat melihat jika bocah itu sedang kebingungan. Shinsuke terlihat.. linglung.

"Paman Daisuke? Tomioka-san? Kanda-san? Hozuki-san? Kalian ada disini?"

"Apa anakmu sudah mengalami penuaan dini?" Kanda menaikan sabelah alisnya. Menatap pada Sasuke yang tidak berniat menanggapi komentar Kanda.

"Kau tidak mengingat apapun?" Sasuke akhirnya bertanya. Dia melirik sekilas untuk melihat air wajah Hinata yang kembali khawatir.

"Tidak."

Sesuatu ada yg salah disini.

______

Diruang waktu yang berbeda,

Sasuke terbatuk darah saat kaki Isshiki menginjak perutnya tanpa belas kasih. "Cepat katakan dimana Shinsuke?!" Isshiki bertanya dengan tidak sabar.

Isshiki semakin menekan kakinya yang berada diatas perut Sasuke saat melihat seringaian dari Uchiha tertua. Dia benar-benar muak melihat Sasuke yang tetap sombong disaat-saat sekaratnya.

Sasuke kembali terbatuk saat merasakan kaki Isshiki yang semakin menekan perutnya. Menyebabkan rasa mual ditenggorokannya. "Uhukㅡ A-aku tidak akan memberitahumu."

"Jangan bermain-main denganku Uchiha! Apa kau tidak sadar karena keras kepalamu kau sudah menghancurkan dunia ini? Karena keras kepalamu yang mencoba untuk melindungi Shinㅡ"

"Jangan pernah menyebut nama anakku dengan mulut busukmu itu sialan!"  Sasuke memperingatkan. Dia ingin meninju wajah menjijikan Isshiki namun dia tidak memiliki tenaga untuk sekedar menggerakan tubuhnya. Dia merasa jika kesadarannya sedikit demi sedikit mulai berkurang.

"Kau benar-benar keras kepala, Uchiha. Aku tidak mengerti mengapa kau akhirnya memilih untuk kembali menghancurkan dunia ini demi satu orang anak. Oh, bukankah kau memang terlahir dari klan terkutuk?" Isshiki semakin memprovokasi. Dia sangat senang saat melihat lawannya tidak berdaya di bawahnya. Dia benar-benar menyukai sensasi seperti ini.

Isshiki membungkukkan badannya guna mengambil katana milik Sasuke yang tergeletak disampingnya. Dia menyerigai saat melihat Sasuke yang terlihat sangat putus asa. "Bergabunglah dengan Hokage dan keluarga mu dineraka, Sasuke." Isshiki mengangkat katana Sasuke. Bersiap untuk mengayunkan pedang itu tepat di dada sang Uchiha.

"Aku akan menunggumu di Neraka, Isshiki. Aku akan membunuhmuㅡ"

Crash!

Isshiki agak menjauh dari tubuh tak berdaya Sasuke. Dia menyeringai saat pakaian putihnya ternodai oleh darah milik Uchiha Sasuke. Dia menyeka darah Uchiha tertua yang mengenai wajahnya. Dia menatap puas pada Sasuke yang kembali terbatuk darah. Dia benar-benar menyukai pemandangan ini.

"TIDAKKKK! SASUKE!"

Onxy yang selalu memiliki tatapan tajam itu seketika berubah menjadi sayu saat melihat seseorang yang sangat dicintainya sedang berlari ke arahnya. "Hi-na-ta.. ma-maafkan aku.." Sasuke berbisik pada Hinata yang saat ini sedang berlutut dihadapannya dengan isak tangis yang memilukan.

Sasuke memejamkan matanya. Menghirup dengan rakus aroma lavender yang akan selalu dia rindukan. Dia membiarkan Hinata memeluknya bersama dengan calon anaknya.

Calon anak, ya?

Sasuke kembali membuka matanya, netra kelamnya melirik pada perut Hinata yang sedikit menonjol akibat kehamilannya. Dia tersenyum getir. Dia tidak akan sempat melihat anaknya lahir. Dan begitupun dengan calon anaknya yang tidak akan pernah melihat atau merasakan kehadiran sosok ayah di hidupnya.

Sasuke mencoba untuk meraih perut Hinata dengan tangannya, namun gagal. Tubuhnya benar-benar sudah mati rasa. Pada akhirnya dia menyerah.

'Tou-san mencintaimu,

Tolong jaga Kaa-san untuk Tou-san,

Hikari,'

Ini konyol. Sasuke bahkan tidak tahu jenis kelamin calon anaknya. Namun dia sudah memberi nama untuk calon anaknya. Sasuke berharap jika Hikari dapat menjadi cahaya baru untuk Uchiha. Menerangi sejarah Uchiha yang kelam. Membangun revolusi yang lebih baik untuk klan Uchiha, tujuan yang sampai saat ini belum diraih Sasuke. Dia sangat yakin jika anak-anaknya kelak akan menjadi cahaya baru untuk Uchiha dengan si Bungsu Hikari didalamnya.

'Tou-san mencintaimu, nak.'

"Sasuke! Jangan tutup matamu! Kumohon!"

"Hi-na-ta.." Sasuke menatap sendu istrinya yang masih terisak untuknya. Sampai saat ini dia tidak percaya jika dia menikahi seorang manusia. Mungkin itu terdengar sangat puitis. Tapi sungguh, Hinata lebih dari seorang manusia. Hinata seperti malaikat untuknya. Jika dia adalah sang malam, maka Hinata adalah sang rembulan yang menerangi gelapnya malam. Dan anak-anaknya bagaikan bintang yang menghiasi gelapnya malam.

"Jangan bicara Sasuke-kun, kau harus menghemat tenagamuㅡ"

Sasuke menggeleng lemah. Dia bahkan bisa merasakan jika kehidupannya ditarik secara perlahan dari kepalanya. "A-aku me-melihat Kaa-san, Tou-san dan A-aniki, Hinata.. mereka me-menungguku.."

"Sasuke..."

"Be-berjanjilah untuk tetap hidup demi anak-anak kita, Hinata.."

"Bagaimana aku bisa hidup jika kau tidak ada disini! Apa yang harus aku katakan pada anak-anak kita nanti Sasuke.." Tangis Hinata pecah. Tetesan demi tetesan air mata Hinata jatuh tepat diwajah pucat Sasuke.

Sasuke tersenyum. "A-aku akan selalu bersama kalian," netranya bergulir untuk melihat kesuatu tempat, kemudian dia tersenyum. "A-aniki berjalan kearah kita, sayang.."

Hinata semakin terisak. Dia menundukan wajahnya untuk mencapai wajah Sasuke. Dengan gemetar dia mencium Sasuke tepat dibibir yang sudah memucat dan kering. Hinata melumat lembut bibir suaminya untuk yang terakhir kali. Dia bisa merasakan jika Sasuke tersenyum disela-sela ciumannya.

Saat Hinata melepaskan ciumannya, dia dengan jelas dapat melihat senyuman suaminya.

"A-aku mencintaimu Uchiha Hinata.. Istriku.."

Hinata mengusap wajah pucat suaminya dengan hati-hati. "Aku pun mencintaimu Uchiha Sasuke, Suamiku." Saat kedua mata Sasuke akhirnya tertutup Hinata mendaratkan ciuman singkat pada kelopak mata yang tertutup. Lalu hidungnya. Kemudian Bibirnya. Dan terakhir dia mencium sedikit lebih lama pada kening Sasuke.

Hinata terus membisikan kata-kata cinta pada seseorang yang saat ini tidak akan mendengarnya. Membisikian kata-kata sayang pada seseorang yang tidak akan membuka kedua matanya. Dan membisikan harapan-harapan pada seseorang yang sudah tidak bernyawa.

Sasuke,

Tunggu aku.

.
.

To be continue...
.
.

Noctis Lucis Caelum / Uchiha Daisuke

kanda Yuu

Tomioka Giyu

Hozuki Suigetsu

Gintoki Sakata

Bonus pict

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 102K 47
[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] "GUE BUKAN MAINAN YANG BISA DI KENDALIIN SEENAK JIDAT KALIAN!" "Yang bilang kamu mainan siapa sayang, you are our queen...
530K 1.6K 12
Area 21+++, yang bocah dilarang baca. Dosa tanggung sendiri yap. Jangan direport, kalau gasuka skip.
1.7M 69.8K 44
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...
194K 15.9K 19
🐇🐇🐇