Manajemen Rumah Tangga βœ”

By bintkariim

254K 17.3K 1.1K

π€π«πšπ›π’πœ || 𝐄𝐧𝐠π₯𝐒𝐬𝐑 (Follow dulu yuk!) β€’ πŸ‘‰Buat kamu yang masih muda tapi kebelet nikah, disarank... More

Testimoni
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
21
22
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Notes Penulis
Happy 200K Reads
TERBIT
VOTE COVER
OPEN ORDER MRT

23

4.8K 404 7
By bintkariim

"Kamu serius nggak mau balikan sama Ari? ntar nyesel baru tahu rasa,"  Kasyful mulai mencuci otak adiknya.

Setelah Ari pulang beberapa hari yang lalu, kini barulah Aira mau berbicara dengan orang-orang rumahnya.

"Abang dengar, Ari mau ngambil S2 ke luar negeri. Dia udah putus asa. Kamu udah bikin dia patah hati berkali-kali," sambung Kasyful yang membuat Aira terhenyak. Aira langsung bangun dari tempat tidurnya lalu menghadap lelaki itu yang sedari tadi ia belakangi.

"Abang gak usah bohongin aku, ya!"

"Ngapain Abang bohongin kamu, buang-buang waktu aja.

Coba kamu bayangin ya, makin lama perut kamu ini makin besar. Kamu mau melahirkan bayi ini sendirian tanpa pendamping? gimana kalau Ari malah kecantol dengan perempuan Turkey sana yang nggak ada bandingannya sama kamu,"

Tak berhenti disitu, Kasyful terus-terusan membuat adiknya ketakutan.

"Aku juga nggak bisa menjamin kalau bayinya cuma satu. Aku yakin banget kalau bayinya kembar, karena Ari pernah mempraktekkan triknya, katanya," timpalnya seserius mungkin.

Aira membelalakkan matanya, sementara Kasyful hampir saja tertawa dengan reaksi adiknya. Pasti kebohongannya kali ini akan berhasil.

"Terus nih ya, bayangin kalau anak kamu lahir, kamu mau hidupin mereka pake apa, lulus kuliah juga belum. Kakak kita harus ikut suaminya, aku juga sebentar lagi akan menikah, kamu mau minta tolong ayah dan ibu buat biayain kebutuhan anak-anak kamu? ayah dan ibu udah tua, mereka juga udah kewalahan semenjak membesarkan dan memberikan kamu pendidikan. Masa iya kamu mau nyusahin mereka lagi dengan cucu-cucunya?

Sekarang saatnya ayah dan ibu istirahat dan melihat anak cucunya bahagia, bukan malah kamu buat mereka susah dengan permasalahan kamu!"

Kasyful pura-pura marah lalu meninggalkan adiknya itu sendirian di kamar.

Sementara Aira mulai menangis. Apa yang dikatakan oleh kakak lelakinya itu sangat menggangu pemikirannya.

____

Hari demi hari berlalu, namun Aira masih pada pendiriannya, belum mau memutuskan. Namun Ari tidak pernah lelah mencoba menghubungi Aira, menanyakan perkembangan kandungannya, dan sebagainya.

Winda berencana untuk melaksanakan aqiqah anak kembarnya, tak lupa ia juga mengundang Aira. Awalnya Aira tidak bersedia untuk datang, karena ia yakin akan bertemu dengan Ari nantinya. Ia tidak ingin bernostalgia dengan mantan suaminya itu, walaupun sebenarnya tidurnya terganggu karena tidak ada lagi yang memanjakannya.

Dengan berbagai bujukan dan rayuan maut dari Kasyful akhirnya Aira datang juga ke acara tersebut.

Acara aqiqah itu berjalan dengan khidmat, banyak sekali sanak keluarga berdatangan, ditambah lagi orang-orang penasaran dengan rumah baru pasangan religius itu yang katanya sangat mirip dengan mesjid.

Aira datang dengan orang tuanya, juga Kasyful sebagai supir. Ia sama sekali tidak melihat sosok Ari di sana, entah kemana lelaki itu perginya.

Setelah memakan nasi dengan kambing sebagai lauk utama acara aqiqah, Aira pamit untuk shalat karena waktu zhuhur telah tiba.

"Sebenarnya kami punya mushalla khusus, tapi di sana sepertinya sedang banyak orang yang beristirahat. Kamu shalatnya di kamar Sultan aja, Aira. Kamarnya ada di lantai dua sebelah kanan," ujar Winda seraya menyusui Lea, sementara Lia sedang dalam gendongan mertuanya.

Aira memutuskan untuk menaiki tangga itu pelan-pelan. Setelah insiden itu dia jadi trauma dengan yang namanya tangga.

Setelah memasuki kamar luas yang penuh dengan mainan dan poster anak-anak itu, Aira segera ke kamar mandi untuk berwudhu. Setelahnya ia membentangkan sajadah dan mengeluarkan mukena dari tasnya.

Setelah shalat ia menuju cermin untuk memakai jilbab. Bedak bayi dan minyak telon ia bubuhkan di lehernya, itu sudah menjadi kebiasaan barunya semenjak ia hamil. Sangat suka dengan bau bayi.

Aira melirik sebentar ke ranjang di dekatnya, seperti ada pergerakan.

Jadi sedari tadi di sini ada yang lagi tidur?

Itu bukannya tubuh lelaki, ya?

Cepat-cepat ia membetulkan jilbabnya, lalu melirik kembali tubuh yang membelakanginya itu. Penasaran, karena seperti tak asing.

Apa itu bang Ari ya? kok dia tidur di saat orang-orang di bawah begitu sibuk dengan acara ini. Dasar pemalas.

Apa jangan-jangan dia sakit?

Aira mendadak khawatir. Ia mulai mendekat lalu duduk di pinggir ranjang menghadap lelaki itu yang terlihat tertidur cukup lelap.

Dasar duda, hidup gak keurus sedikitpun!!

Raut wajah lelaki yang sedang tidur itu seperti penuh dengan masalah, terlihat begitu lelah.

Aira melepaskan earphone dari telinga lelaki itu, dan mematikan musik yang sedang berputar. Mudah saja bagi Aira untuk membuka ponselnya, karena Ari belum mengganti password-nya.

"Kenapa kamu matikan musiknya, sayang?"

Aira kaget bukan main, ternyata lelaki di hadapannya itu terbangun. Ia terlihat sangat terganggu.

"Emm aku.." Aira menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung harus menjawab apa.

Ari bangkit dari pembaringannya, lalu duduk tepat di hadapan Aira dengan jarak yang begitu dekat.

"Aku begitu tersiksa selama jauh dari kamu. Tiap malam aku tidak bisa tidur, makanya aku hidupkan musik. Mungkin dengan itu bisa membantu walaupun kemungkinannya sangat kecil," ujar Ari dengan tatapan sendu.

"Aku minta maaf, aku nggak tau," balas Aira dengan gugupnya.

"Aku kangen banget sama kamu," lirih Ari. Ia mulai mendekati wajahnya untuk mencium Aira.

Sepertinya setan juga sangat ingin untuk ikut berpartisipasi dalam momen ini, membuat mereka sama-sama hanyut. Serasa tidak ada larangan bagi mereka untuk melakukan apapun.

"Baba.." panggilan itu membuat mereka tersentak.

Aira mendorong dada lelaki itu dengan kasar. Mereka sama-sama beristighfar. Aira segera bergegas keluar dari kamar tersebut, tidak peduli dengan bocah yang kini ada di kamar itu, yang tak lain adalah Sultan.

Pelan-pelan ia turun dari tangga seraya memegang bawah perutnya, takut jika hal yang tidak diinginkan terjadi.

"Kakak lihat orang tua aku, nggak?" tanya Aira setelah mengatur nafasnya kembali.

Winda yang sedang menyambut tamu itu menggeleng pelan sebagai jawaban. Aira terlihat gusar karena tidak mengetahui keberadaan orang tua dan kakak lelakinya.

"Memangnya mereka nggak bilang apa-apa sama kamu?" tanya Winda khawatir dengan Aira.

"Nggak, Kak," lirih Aira.

Zafran yang baru masuk ke dalam menjadi kaget karena Aira masih ada di sana. "Lho kamu masih di sini? tadi abang kamu cari kamu kesana-kemari,"

"Sekarang mereka dimana?"

"Udah pulang duluan," balas Zafran seadanya.

What??

"Tidur di sini aja, Ra," Winda memberikan opsi.

Nggak bisa! tadi aja nyaris terjadi hal yang tidak diinginkan!!

"Nggak bisa, Kak. Aku harus pulang,"

Aira melengos keluar, mungkin saja mereka belum jauh. Ia merogoh tasnya untuk meraih sebuah benda pipih, lalu menekan layarnya beberapa kali, setelah itu ia mengarahkannya ke telinganya.

"Kirain kamu udah pulang duluan, Dek,"

"Intinya tunggu aku!! dasar Abang yang lupa sama adiknya sendiri!"

"Oke, kita tunggu di persimpangan. Cepat! jangan lama, adik lelet!!"

Setelah terjadinya adu mulut antara kakak-beradik itu, Aira mulai menggeluti kegiatan selanjutnya, menyetop angkot. Parahnya tak ada satupun angkot yang berhenti di depannya. Aira sudah melambai-lambaikan tangannya, tetapi supirnya malah ikut melambaikan tangan. Penuh.

Aira berdecak kesal. Terik matahari membakar dirinya. Butiran peluh mulai menyisir kulitnya.

"Ayo.. biar ku antar,"

Seruan seorang lelaki dari dalam mobil mengalihkan pandangannya. Setelah tahu siapa yang memanggilnya, Aira menggeleng cepat dan menjauh dari sana. Ia mulai berjalan kaki menyusuri jalanan kota.

Aira berjalan begitu cepat, tidak ingin bertemu muka dengan lelaki itu.

Sebuah tangan menarik lengannya sehingga membuat Aira sedikit terhuyung ke belakang.

"Kamu!! jangan coba-coba sentuh aku!" ucap Aira begitu tidak sukanya.

"Nggak usah ge-er, kasian bayiku ikut capek. Cepat naik ke mobil!!" ujar Ari dengan tatapan tidak bersahabat juga.

Aira masih takut-takut jika harus berduaan di dalam mobil.

"Ada Sultan di dalam," ujar Ari setelah tahu apa yang dipikirkan oleh wanita itu.

"Sultan itu anak kecil, nggak bisa jadi saksi," balas Aira pelan.

"Emang kita ngapain di dalam mobil? ijab kabul?"

"Kamu tahu kan, seorang lelaki dan perempuan itu tidak boleh berduaan, dan Sultan masih anak kecil, nggak memenuhi syarat mahram!!"

"Iya, aku tahu. Aku cuma mau nganter kamu karena bang Kasyful udah tunggu kamu dari tadi. Atau kamu mau ku antar sampai rumah?" tanya Ari seraya menaik-turunkan alisnya.

Aira tidak menjawab, tetapi langsung berbalik haluan, menuju mobil yang dikemudikan Ari.

"Duduk di depan!" Aira yang baru saja hendak membuka pintu belakang, harus melepaskan tangannya dari handle pintu.

Dengan mulut komat-kamit mengomeli Ari tanpa suara, Aira duduk di depan. Sultan ia dudukkan di pangkuannya.

Bocah itu terlalu asik dengan mainannya, ia tidak menghiraukan kedua orang yang beranjak dewasa itu.

"Dek, kapan kamu menerima aku kembali lagi?" ujar Ari lembut namun berhasil memecah keheningan.

"Nggak akan," balas Aira cuek.

"Aku kangen banget sama kamu. Rasanya pengen banget peluk dan cium kamu, lagi," ujar Ari setelah melihat bocah di pangkuan Aira sudah memejamkan matanya.

"Jadi orientasi kamu untuk menikah cuma buat itu doang?"

"Ya nggak, lah. Itu cuma sepuluh persennya aja. Masih banyak alasan menikah, nggak sekedar memenuhi hasrat aja. Lima puluh persennya adalah untuk memperoleh keturunan, tapi.. memperoleh keturunan juga harus having sex kan," balas Ari.

"What is having sex?"

Ari membelalakkan matanya, sementara Aira melongo tak percaya. Bocah itu rupanya belum tertidur.

"Bukan apa-apa, sayang.." balas Ari.

"Ya udah nanti Sultan tanya sama ayah aja," balas bocah itu dengan polosnya.

"Lho, jangan dong, sayang. Hanya orang dewasa yang boleh tau. Sultan kan masih anak-anak.." timpal Aira.

"Memangnya kenapa kalau anak-anak?"

Ari dan Aira menepuk jidat masing-masing. Anak itu begitu kritis.

"Anak-anak kepalanya masih kecil. Cuma muat hafalan aja di dalamnya. Jangan dipikirkan lagi ya, bisa-bisa kepalanya pecah nanti, karena nggak muat.." Ari mulai berargumen dengan sangat hati-hati. Sedikit salah bicara, malah semakin panjang pertanyaan dari bocah itu.

Sultan akhirnya mengangguk pelan sebagai jawaban jika ia sudah paham. Ari maupun Aira menghela nafas, lega.

Bocah itu mulai memejamkan matanya kembali, sepertinya kali ini benar-benar ketiduran.

"Soal Sultan tadi, itu kamu yang salah ya.." Ari menyalahkan perempuan disampingnya itu.

"Lho, kok aku? jelas-jelas kamu yang bilang," Aira membela dirinya.

"Kan kamu yang mulai.. pake nanya seperti itu segala,"

"Kamu itu belum berubah, ya?! masih tetap tidak mau mengalah," Aira berujar kemudian. Ia menatap lurus ke depan, malas untuk berdebat dengan lelaki itu. Tak pernah mau mengalah.

"Memang kamu yang mulai duluan.. gimana aku mengalah?"

"Kamu masih tetap ingin berdebat???itu aku jadikan pertimbangan kenapa aku belum bisa menerima kamu kembali. Kamu nggak pernah mau mengalah." tutup Aira.

"Iya deh, aku salah. I'm sorry for my mistake," ujar Ari seraya meletakkan kedua tangannya didepan dada. Untung dia sudah lihai membawa mobil, kalau tidak, bisa bisa tinggal nama mereka.

"Nggak ikhlas!!" balas Aira.

Ya Allah.. susah juga hadapi Bu Mil ini...

Mobil itu berhenti tepat di depan rumah Aira. Padahal tadi rencananya Ari akan mengantarkannya sampai persimpangan jalan saja. Tapi Kasyful sungguh keterlaluan, meminta agar Aira di antar sampai ke rumah biar mereka bisa menghabiskan waktu bersama.

Kasyful berharap dengan pertemuan itu Ari dan sang adik akan segera menikah kembali.

"Dek, bangun! udah sampai,"

Aira membuka matanya penuh dengan keterkejutan. Rupanya ia tertidur dan baru menyadari jika Ari mengantarnya sampai ke rumah orangtuanya.

"Lah bukannya sampe persimpangan, ya?"

"Siapa suruh tidur? kan aku dengan susah payah harus nganter sampe rumah,"

Aira tidak ingin berdebat lagi, yang terpenting ia sudah sampai di rumah dengan selamat. Ia sempat melirik arlojinya.

Ya Allah udah hampir maghrib.

"Terus Sultan gimana?"

"Gampang, dia bisa tidur di belakang," Ari segera turun dari mobil lalu mengambil Sultan yang tertidur di pangkuan Aira, setelah itu menidurkannya di kursi penumpang.

Ari baru akan naik kembali ke mobilnya untuk segera pulang, tetapi sebuah panggilan menginterupsinya.

"Ada apa?" tanya Ari datar. Padahal dalam hatinya ia berharap jika Aira akan mengiyakan ajakannya untuk ruju'.

"Kamu beneran mau ke Turki?" tanya Aira dengan tatapan sendu.

Ari mengangguk pelan. "Kenapa?"

"Mmm gak papa, semoga selamat sampai tujuan," balas Aira dengan senyum tipisnya.

Bukan ini yang aku mau. Harusnya kamu mencegat ku, Dek. Kenapa kamu malah mendoakan bisa sampai ke sana?

Ari mau ke Turki....
Aira ditinggalin....
Huhu..

Next??

Continue Reading

You'll Also Like

375K 18.7K 68
SEQUEL MY WIFE Apa sih definisi kesempurnaan cinta menurut kalian? Cinta yang selalu menghadirkan kebahagiaan? Atau cinta yang dikelilingi banyak uji...
112K 7.3K 41
Ramadanish Danial Wijaya, Mahasiswa fakultas kedokteran tingkat akhir yang sedang melakukan penelitian di sebuah rumah sakit, terpikat dengan seorang...
11.5K 1.1K 48
Salah satu harapan Halwa adalah bisa dapat kepercayaan dari orang-orang terdekatnya, dan salah satu keinginan Halwa adalah bisa mendapatkan cinta Asr...
17M 753K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...