Magic Dairy

By Andintaliandra

1.1K 21 3

#Obat 1 #Bayi 1 #Hamil 3 #Jepang 2 # Manusia 2 Mengisahkan seorang perempuan yang bernama Andinta yang tingga... More

Dairy 1 : Aku dan Adikku
Diary 2; Kesunyian dan Teman Lama
Dairy 4 : 5 Elf Populer dan Kisah Cinta Tragis
Dairy 5 : Ayano dan Andinta
Dairy 6 : Mengulangi Masa Lalu dan Nafsu ( 18 )
Dairy 7 : Kelahiran di Musim Salju dan Perasaan Takut
Dairy 8 : Perasaan Cinta dan Kekuatan Elf
Dairy 9 : ( 18 ) Pembuahan Uji coba dan Koneksi

Dairy 3 : Pemahaman Diri

65 3 0
By Andintaliandra


Tidak terasa obrolan antar teman sekolah itu cukup lama dan matahari hampir terbenam dan warna oranye mulai menyinari dari dalam jendela, hawanya juga semakin sedikit dingin dari sebelumnya.

Kyusuke lalu duduk di dekat pintu dan memakai sepatu hitamnya dengan santai.

Hingga hari menjelang sore itu pun, tidak ada seseorang yang datang ke perpustakaan, kecuali orang-orang yang aku kenal saja.

Setelah selesai memakai sepatu, Kyusuke menelepon supir pribadinya untuk segera ke tempat perpustakaan, dimana dia akan pulang ke tokyo sambil menjelajah dengan mobil peribadinya itu.

Tentu bisa lebih beberapa hari saat menggunakan mobil untuk sampai ke Tokyo, namun karena kondisi jepang sedang sunyi, Kyusuke sengaja melakukan hal tersebut untuk hiburan dirinya.

Mobil besar berwarna hitam itu datang dan tepat berhenti di depan jalanan perpustakaan.

" Terima Kasih, Andinta. Maaf jika kedatanganku membuatmu takut, apalagi dengan membicarakan serum itu. "

Andinta hanya tersenyum dan bersyukur kalau Kyusuke masih belum berubah kepada dirinya.

" Tidak apa. Ingat, nikmati saja kehidupanmu itu. Karena kau madih muda, jangan buru-buru. "

Kyusuke membuka pintu perpustakaan itu dan pamit ke arah Andinta yang sedang berdiri dan tersenyum.

Lalu pergilah mobil yang di tumpangi Kyusuke itu.

Lalu Andinta mendatangi bingkisan pelastik besar berwarna putih di lantai dekat meja dirinya duduk tadi, yaitu katanya sebuah oleh-oleh dari Tokyo yang Kyusuke berikan sebelum pulang.

Andinta membuka bingkisan yang cukup besar itu di lantai dan terkejut melihat sebuah serum perubahan Elf perempuan itu yang ia tinggalkan untuknya.

" Sudah aku bilang, kalau aku tidak ingin, dasar kau, Kyusuke."

Sekitar pukul 7 malam, sebelum tutup perpustakaan pada jam 8 malam.

Lampu di dalam perpustakaan itu sudah seluruhnya menyala dan terdengar sayup-sayup hembusan angin di luar.

Andinta kembali beberes beberapa buku dan tempat, juga jendela, menutup jendela dengan gordeng kembali.

Merapikan Novelnya yang ia ingin bawa sebagian ke rumah, membawa bingkisan makanan yang tadi Kyusuke berikan, namun serum perubahan Elf itu dia bawa di tas pundaknya, karena serum perubahan Elf itu bisa berbahaya.

Andinta menaruh beberapa barang itu di keranjang sepedah depannya setelah selesai bekerja, suasana di luar kembali sunyi.

Andinta melihat ke kiri jalan dan ke kanan jalan, hanya lampu penerangan jalan yang menyela, juga beberapa rumah yang di tinggali.

Deruan angin sepoi-sepoi menerpa pohon-pohon di pinggir jalan, rasanya sunyi.

" Benar-benar hampir seperti kota mati. "

Andinta lalu mengunci pintu perpustakaan itu dan menaiki sepedahnya.

" Kembali pulang dengan suasana sepi. "

Andinta lalu mengayuh sepedahnya perlahan menuju rumahnya.

Langit malam yang cerah sedikit berawan, rumah-rumah kosong seperti menghantui setiap pejalan kaki dan pesepedah seperti Andinta.

Melewati pohon-pohon yang mulai tampak berwarna, lampu-lampu jalanan, tidak ada suara kecuali kayuhan sepedah Andinta.

Saat mendekati konbini, Andinta mampir untuk membeli cemilan dan bahan makanan yang telah habis.

Andinta turun dari sepedahnya, menuntunnya dan memarkirkannya di tempat khusus sepedah.

( Tinung.. )

Suara khas pintu kombini saat ada pengunjung yang masuk.

" Irasaimase~~ "

Sapa dari penjaga kombini yang Andinta kenal.

Seorang laki-laki muda bernama Taku-San. Taku-San sudah menikah dan dia juga sedang menunggu istrinya yang juga sedang hamil.

Memakai seragam khas pekerja kombini yang berwarna biru, Taku-San memakai kacamata dengan rambut yang hampir umum di jepang.

" Konichiwa, Taku-San. "

Taku-San tersenyum dan ia sedang merapikan beberapa barang di rak cemilan.

" Konichiwa, Andin-Chan. Seperti biasanya yah, pasti ingin belanja dan membeli cemilan. "

Andinta tersenyum dan mengambil keranjang tangan belanja yang berwarna abu-abu di dekat pintu masuk.

" Iyah, Taku-San. Anoo, bagaimana kabar istrimu. "

Taku-San berdiri dan berjalan ke arah tempat kasirnya berada sambil mengecek sesuatu.

" Baik, Andin-Chan, istriku dan bayinya baik-baik saja. Ngomong-ngomong, kapan kamu juga akan ikut program populasi manusia yang di sediakan pemerintah? Agar kota ini akan ramai kembali dengan anak-anak. Padahal ada tunjangan tambahannya setiap bulan. "

Andinta hanya bisa tersenyum sambil mengambil beberapa makanan ringan yang tersedia di rak cemilan itu.

" Aku masih ingin hidup bersama adik tersayangku itu, karena aku masih terbayang wajah traumanya saat proses karantina dan mengetahui kedua orang tua kami telah tiada. Jadi aku pikir-pikir dahulu. "

Taku-San mengambil beberapa peralatan seperti selotip dan gunting, lalu ia seperti sedang memperbaiki sesuatu di rak yang berisi cemilan itu.

" Oh.. Kalau itu alasannya, pasti setiap orang akan paham. Namun aku hanya menyarankannya saja, karena kota ini sungguh benar-benar sangat sunyi. "

Andinta lalu berjalan ke arah tempat aneka daging mentah dan sayuran, mengambil tuna, irisan daging sapi tipis, telur, kubis, daun bawang, lobak dan beberapa lainnya.

" Aku paham, Taku-San. "

Setelah Andinta selesai berbelanja, dia berjalan ke arah tempat kasir untuk membayar yang tadi ia ambil di keranjang belanjanya.

Taku-San langsung datang, mengambil satu-satu barang yang ada di keranjang belanja Andinta, mulai menghitung dengan alat scanernya.

( Pip..pip..pip.. )

Suara barang yang telah terhitung.

" Totalnya 1550¥. "

Andinta mengambil dompet yang ada di tas pundaknya, mengambil uang 1000¥ dan koin 500,50¥ dan memberikannya di sebuah nampan khusus yang terbuat dari kayu berwarna coklat.

Nampan khusus itu memang di khususkan untuk menaruh uang.

" Hai' "

Taku-San mengambil uang pas itu, lalu memberikan belanjaan Andinta yang sudah di pelastikan.

" Dozo.. Arigatou ~~. "

Andinta mengambil pelastik itu dan berjalan keluar sambil menyapa Taku-San.

" Jaga kesehatamu, Taku-San. Jangan memaksakan diri. "

Taku-San tersenyum sambil melihat Andinta.

" Arigatou, Andin-Chan. Kau juga, jaga dirimu. "

Andinta lalu menaruh belanjannya di keranjang yang sudah cukup penuh, namun masih muat dengan belanjaanya, karena ia tata dengan rapih Novel-novelnya itu.

Kembali mengayuhkan sepedahnya untuk pergi ke rumahnya, Andinta tersenyum dan tidak sabar untuk memasak.

Setelah sampai di jalan yang paling ujung, Andinta belok ke kiri, dimana rumahnya berada.

Terlihat sepedah milik Anrinta sudah terparkir di halaman dan lampu rumah juga menyala.

Andinta turun dari sepedahnya dan memarkirkannya di samping sepedah milik Anrinta, membuka kunci pintu rumah.

" Aku pulang.. "

Terdengar suara televisi yang menyala dan juga datang Anrinta dari ruang tamu yang ada di sebelah kanan.

Anrinta tersenyum ke arah kakaknya dan masih mengenakan seragam sekolahnya.

" Kakak, cepat masak, aku sudah lapar. "

Andinta melepaskan sepatunya dan langsung berjalan ke arah dapur sambil membawa beberapa belanjaan dan bingkisan dari Kyusuke.

" Maaf kalau Kakak pulang telat, karena Kakak harus belanja dahulu. "

Anrinta mengikuti Andinta ke dapur dan mengambil bingkisan dari tangan kiri Andinta.

Anrinta membuka bingkisan dari Kyusuke itu di atas meja makan dan ia tersenyum

" Wahh.. Bukankah ini cemilan ringan yang ada di Tokyo, Kakak dapat dari mana? Banyak sekali. "

Andinta menaruh belanjaan di atas meja dan langsung mengambil beberapa bahan makanan untuk siap di masak.

" Teman SMK Kakak tiba-tiba datang ke tempat perpustakaan, kau tahu Kyusuke? "

Anrinta duduk di meja makan dan melihat-lihat bingkisan cemilan oleh-oleh itu, ia lalu melirik ke arah kakaknya.

" Kyusuke? Nama itu tidak asing, tapi aku lupa siapa. "

Andinta menyalakan kompor dan menaruh wajan kecil yang di balur minyak sedikit, lalu Andinta mengambil beras, menaruhnya di tempat kecil di dalam penanak nasi, mengeluarkan tempatnya itu dan mencuci berasnya di wastafel.

" Itu teman Kakak waktu SMA yang menjadi Ras Elf sekarang, bahkan menjadi 10 artis Elf tertampan di jepang. "

Anrinta tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya.

" Serius? Waaaww.. Aku baru ingat, jadi itu teman Kakak waktu SMA. "

Andinta menaruh lagi tempat beras itu yang telah terisi air di dalam penanak nasi, lalu menutup dan mencolokan sikringnya.

" Kakak pernah bilang, tapi kamu tidak percaya. "

Anrinta kembali duduk di kursi dan kembali melihat-lihat bingkisan cemilan oleh-oleh itu.

" Punya teman yang terkenal, enaknya... Kenapa Kakak tidak memacari dia saja? Ras Elf dan Ras manusia, apalagi dia seorang artis yang kaya. Banyak job yang datang karena mereka berubah jadi Ras Elf, apalagi Dorama kisah cinta Ras Elf dan Ras manusia. Kyaaa.. Itu sungguh romantis, di kelilingi Elf yang tampan-tampan. Vampir dan manusia serigala tidak ada apa-apanya... "

Andinta menaruh beberapa irisan daging sapi tipis itu di wajan dan mulai terdengar percikan dari atas wajan, tercium aroma daging di bakar yang menggugah selera, mengambil beberapa bumbu bubuk seperti garam, merica dan lainnya, menaburi di atas daging.

" Apaan sih, Kakak memilih untuk seperti ini dahulu, karena Kakak masih nyaman dengan kehidupan kecil kita ini. "

Anrinta lalu membuka salah satu cemilan ringan yang di bawa oleh Kyusuke dan memakannya.

" Hmnmnm.. Kakak bisa hidup di rumah ini bersama dirinya, tapi jika Kakak akan di bawa, maka aku akan ikut. "

Andinta membalik daging tipis itu dan kembali menaburi bumbu bubuk.

" Kakak tidak ingin meninggalkan kota ini, karena telah banyak kenangan yang indah kita sekeluarga. "

Andinta lalu memecahkan telur di atas daging itu, tidak lama Andinta angkat dan memindahkannya ke piring datar, menaburi telur yang setengah matang itu dengan irisan Nori, menaruhnya di tempat meja Anrinta duduk.

Lalu Andinta kembali menuangkan sedikit minyak dan menaruh lagi beberapa irisan daging sapi itu di wajan datar, menaruh bumbu bubuk lagi.

" Kakak benar, aku sebenarnya juga tidak ingin meninggalkan kota ini, walau sepi, tapi sudah terlalu nyaman. "

Andinta membalik irisan daging itu dan lagi memberi taburan bumbu.

" Kamu tidak perlu memikirkan Kakak, Kakak masih muda, jadi kamu fokus ke pelajaran di sekolah yah. "

( Ting. )

Suara penanak nasi yang menandakan nasi telah matang.

Andinta mengambil mangkuk kecil dan membuka penanak nasi itu. Menyendok nasi dengan sendok khususnya untuk dirinya dan adiknya, lalu menaburkan irisan Nori lagi di atas nasi mereka.

Andinta menaruh nasi itu di meja.

" Baiklah, Kakak. "

Anrinta mengambil salah satu mangkuk berisi nasi itu dan ia taruh di dekat tempat dirinya duduk.

Ia lalu berdiri dan berjalan, mengambil gelas dan di isi air mineral, menaruhnya di meja.

" Kita makan dahulu, setelah itu kita cicipi oleh-oleh yang tadi kamu buka. "

Anrinta tersenyum, karena langsung memakan cemilan.

" Hehehe, maaf. Karena aku lapar, Kakak. "

Andinta menaruh makanan miliknya dan duduk di meja makan sambil mengambil sumpit.

Lalu.

" Itadakimas~~ "

Andinta dan Anrinta makan bersama dengan di atasnya banyak berserakan kotak oleh-oleh yang Anrinta tadi buka.

Namun karena sudah waktunya makan, Andinta tidak perlu memikirkan itu dahulu, ia berfikir bisa membereskannya nanti.

Continue Reading

You'll Also Like

392K 25.1K 57
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...
638K 33.6K 46
Judul Sebelumnya : My Cold Husband Selena Azaerin, itulah namanya, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, dia tak pernah kehilangan sif...
103K 6.7K 42
Aletta Cleodora Rannes, seorang putri Duke yang sangat di rendahkan di kediamannya. ia sering di jadikan bahan omongan oleh para pelayan di kediaman...
2M 104K 39
Menjadi istri dari protagonis pria kedua? Bahkan memiliki anak dengannya? ________ Risa namanya, seorang gadis yang suka mengkhayal memasuki dunia N...