JASON'S LOVE LETTER: TROUBLE...

Por gorgeousbiebs

1.8K 91 80

"Jangan jutek gitu dong, 'kan tak kenal maka tak sayang. Makanya gue ngajak kenalan dulu, siapa tahu lo jadi... Más

PROLOG
Lembar Pertama: Hai, Kamu.
Lembar Kedua: Tarik Ulur Hati
Lembar Ketiga: Omurice Rasa Cinta
Lembar Keempat: Bidadari SMA Purnama
Lembar Kelima: Hadiah Valentine Untuk Ramona
Lembar Keenam : Lara Hati
Lembar Ketujuh: A Shoulder To Cry On
Lembar Kedelapan: Belinda, si Pecinta Buku
Lembar Kesembilan: Romantika Malam Minggu
Lembar Kesepuluh: Valentine yang Kelabu
Lembar Keduabelas: Antara Kamu Dan Dia
Lembar Ketigabelas: Lain di Mulut, Lain di Hati
Lembar Keempatbelas: Kamuflase
Lembar Kelimabelas: Merana
Lembar Keenambelas: Sekadar Harapan
Lembar Ketujuhbelas: Pahitnya Sakit Hati
Lembar Kedelapanbelas:Tear
Lembar Kesembilanbelas: Jason's Love Letter
Lembar Keduapuluh: Jatuh, Cinta [END]
EPILOG

Lembar Kesebelas: Galau

32 0 0
Por gorgeousbiebs


Jason

Datang terlalu pagi ke sekolah karena salah pasang alarm pukul lima pagi, membuat gue harus menunggu satu jam sampai satpam datang dan membukakan gerbang.

Malunya itu lho, minta ampun. Kayaknya, ini efek dari rasa kepo gue karena nanyain soal cewek bertopeng kucing dan cincin kupu-kupu ke grup White Eagles.

Bukannya dapat jawaban, mereka malah ledekin gue lagi halu karena habis ditolak sama Ramona. Ah, kalau ingat momen itu rasanya gue pengin membenturkan kepala ke dinding saking frustrasinya.

Kembali ke topik, gue rasanya familiar dengan suara cewek bertopeng kucing itu. Ya, gue pernah dengar suara yang serupa lewat podcast Yang Tersayang. Berarti, gue harus menunggu jam istirahat untuk dengerin siarannya lagi biar lebih meyakinkan.

Tunggu gue, cewek bertopeng kucing.

Kali ini, gue akan menemukan lo untuk berterimakasih. Sebab, lo sudah menjadi penasehat terbaik meski mungkin kita belum pernah saling mengenal.

💌💌💌💌

Ramona

Pagi ini, penampilan gue sudah sempurna sebagai queen bee SMA Purnama. Rambut yang dibuat french braid dan pakai ikat rambut pita, parfum aroma mawar, dan sentuhan bedak tabur serta lip gloss berwarna magenta membuat gue sangat percaya diri.

Tapi kesal deh, perhatian semua murid enggak tertuju lagi ke gue saat turun dari mobil BMW-nya Om Rama. Ya, itu karena Kak Jessica lagi mesra-mesraan sama Jonathan; kapten tim basket Red Lion yang paling most wanted.

Tin! Suara klakson mobil Mini Cooper milik Samuel, langsung membuat kerumunan murid minggir. Gue sampai nahan ketawa, apalagi waktu Samuel neriakkin Kak Jessica sama Jonathan biar enggak pacaran di tengah jalan.

"Mona!" panggilan Adeline membuat gue langsung tersenyum dan melambaikan tangan kayak biasanya. Yang aneh, wajah Adelina tampak panik macam habis dikejar hantu begitu menghampiri gue dan mengajak masuk ngobrol di balkon lantai dua gedung A dengan tergesa-gesa.

"Del, napas dulu kali. Lo kenapa? Belum ngerjain PR? Ada buku yang ketinggalan? Seragam lo lengkap kok, Del. Atau, lo habis disapa Ardiano terus mau cerita sama gue ya?"

"Dengerin gue, Mona. Lo harus hati-hati sama Amanda dan Winona, ya. Semalam, di acara Valentine Party gue lihat mereka lagi teleponan sama Sheren dan menyebut nama lo. Gue enggak terlalu menyimak karena suara mereka beradu sama musik di aula, tapi kayaknya ada kaitannya ke lomba cheerleader---"

"Del, lo habis mimpi kali. Meskipun gue kadang suka kesal sama Amanda dan Winona, mereka enggak pernah melawan karena takut bakal gue jauhin. Amanda dan Winona butuh gue supaya bisa gue bantu kalau mereka ada kena masalah.

Makanya, kita enggak pernah terancam drop out dari sekolah. Terus apa tadi? Mereka teleponan sama Sheren yang lagi dipenjara? Mustahil, Del. Orang macam Sheren, enggak punya kuasa apapun buat melanggar peraturan di sana. Daripada lo kebanyakan melantur, mending nanti siang ikut gue cabut ke Plaza Indonesia. Mau, kan?"

"Mona, gue cuma berharap lo bisa jaga jarak dulu sama Amanda dan Winona. Kalau mereka bertingkah macam-macam, kasih tahu gue. Oke? Gue enggak mau lo diusik sama mereka, Mon."

"Lo kedengaran protektif banget sih, Del. Santai aja lah, gue bisa menghadapi mereka. Sekarang, mending lo masuk kelas terus tunggu chat dari gue pas jam pelajaran ketiga ya?"

Gue langsung memutar tubuh Adelina ke lantai tiga, mencoba mengabaikan ceritanya yang terkesan mengada-ada. Sebab, gue tahu Amanda dan Winona selalu berpihak pada Ramona Anastasia.

💌💌💌💌

Belinda

Berantem sama teman dekat itu memang hal yang enggak bisa dihindari, tapi selalu ada cara buat meredakannya. Gue sama Cecille udah akur kembali setelah dibantuin Vero.

Makanya, sekarang kami bisa ketawa bareng lagi sambil ngerjain soal Matematika dari Bu Maya yang lagi absen karena sakit. Lumayan lah, lawakan Cecille yang receh bisa menghilangkan stress sejenak dari rumus dan kumpulan angka.

"Bel, tahu nggak siapa penyanyi yang ramah?"

"Kayaknya, semua penyanyi ramah deh sama fans mereka."

"Tebak dong, jangan serius gitu jawabnya...."

"Mm, Krisdayanti? Bunga Citra Lestari? Joshua? Nggak tahu ah, Cil. Nyerah gue."

"Jawabannya, Glenn Friendly! Wkwkwk."

"Hihi, kreatif juga dari nama belakangnya diganti jadi receh gitu. Lama-lama, humor gue ikutan anjlok nih."

Teguran Cheryl yang mengingatkan kami untuk segera mengumpulkan soal sebelum jam pelajaran kedua, membuat gue panik dan sempat salah masukin rumus.

Mau dibenerin, tapi buku gue udah terlanjur diambil sama Cheryl. Semoga, hasil belajar kelompok sama Vero di rumah Cecille enggak sia-sia.

"Bel, temenin ke kelasnya Kak Nick yuk. Gue mau ambil buku catatan Fisika yang dia pinjam buat bikin latihan soal, dari kemarin kelupaan terus."

"Yah Ver, sori banget. Gue ada rapat klub mading, bahas persiapan event Mak Comblang sama nyambut Jason sebagai anggota baru. Ajak Cecille aja, dia bakalan senang banget tuh ketemu Kak Nick."

Gue terpaksa menolak ajakan Vero karena rapat klub mading yang enggak bisa ditunda buat membahas peserta event Mak Comblang

Sebelum keluar kelas, gue teringat untuk melakukan sesuatu buat yang terakhir kali. Dengan langkah perlahan, gue masuk ke dalam kelas 11 IPS 1 yang tengah kosong di jam pelajaran kedua sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.

Lalu, gue membuka sebuah loker yang enggak dikunci rapat dan meletakkan sebatang cokelat di sana.

Ya, selama ini gue yang memberikan cokelat untuk Jason secara diam-diam.

Tapi, gue biarkan dia senang saat Ramona mengaku-ngaku sebagai secret admirer-nya demi menyembunyikan isi hati yang enggak bisa diungkapkan semudah membaca novel dalam semalam.

💌💌💌💌

Jason

Gue nyaris tersedak minuman isotonik saat dipanggil ke ruang klub mading, soalnya suara speaker kelas berdengung keras dan gue baru aja selesai membereskan peralatan melukis setelah sesi pelajaran Seni Budaya.

Sambil berlari ke ruang klub mading, gue terus-terusan melirik jam tangan dan berdoa biar enggak ketinggalan rapat. Bodohnya, begitu sampai gue malahan main masuk terus duduk aja tanpa ngucapin salam atau minta maaf karena kecapekan.

"Jason, selamat datang di klub mading SMA Purnama. Lain kali, jangan telat lagi ya. Gue kan, udah masukin lo ke grup biar ingat jadwal rapat dan event-event yang kita buat.

" Oh ya, gue akan menjadikan lo sebagai illustrator yang tugasnya untuk mempercantik halaman website mading dan membuat webtoon. Lo juga bakal di bantu sama Eva  sama Thomas di bagian produksi dan layout. Oke, kita tepuk tangan dulu buat menyambut Jason."

Gue tersenyum kecil menanggapi sambutan teman-teman klub mading dan teguran Belinda. Aura pemimpin di dalam cewek itu sangat terpancar selama rapat diadakan, dia juga selalu mendengarkan pendapat teman-temannya dengan seksama.

Bahkan, gue nyaris gagal fokus ketika mengusulkan mempromosikan event-event klub mading melalui webtoon, soalnya mata gue entah kenapa tertuju ke Belinda terus.

Di sela rapat, Belinda membagikan risoles dan air mineral untuk setiap anggota. Sambil menyimak Serlina yang membahas games untuk event Mak Comblang nanti, gue iseng bertanya ke Darian.

"Dar, lo tahu enggak siapa yang punya cincin kupu-kupu ini? Kemarin, gue nemu di aula setelah--"

"Cincin gue kok, bisa ada sama lo, Jas? Jangan-jangan, jatuh waktu gue lagi ngantre foto di photobooth."

Ucapan Belinda membuat gue enggak jadi menggigit risol. Masa iya sih, dia cewek bertopeng kucing yang gue cari?

Dan ketika menyadari reaksi gue, Belinda langsung mengakhiri rapat dengan tergesa kemudian beranjak pergi.

Apa mungkin, dia sengaja enggak ingin ditemukan?

Tapi, kenapa?

💌💌💌💌

Ramona


Bolos di tengah jam pelajaran itu asyik, karena gue bosan banget duduk di kelas dan dengerin guru ngomong panjang lebar.

Kepala gue rasanya pusing, yang ada bisa stress dan nambah keriput di muka. Gue enggak mau sia-sia  karena udah merawat muka di klinik kecantikan mahal.

Dan karena Adelina adalah anak alim yang patuh dengan peraturan, gue memilih ngajak Amanda sama Winona buat hangout ke Plaza Indonesia. Lumayan, cuci mata. Hihi.

Biar enggak ketahuan, kami keluar melalui gedung C yang terdiri dari ruang UKS, koperasi sekolah dan gudang.

Di sana selalu sepi setiap pukul sembilan atau sepuluh, jadi kami bisa lolos dengan mudah melalui lorong koridor sempit yang memiliki akses ke jalan raya.

Setelah berhasil, kami berganti seragam dulu di toilet restoran lalu memesan taksi online.
Seperti biasa, mobil  gue titip ke Adelina yang selalu bersedia buat tutup mulut.

"Nda, hari ini enaknya kita shopping, nyalon, main ice skating atau jajan boba? Gue pengin melepas kangen sama kalian, jadi kita harus seru-seruan."

"Main ice skating seru kayaknya, tapi Winona enggak kuat dingin. Nyalon sama makan aja kali ya, gue lagi enggak mood shopping."

"Kita potong rambut ala ullzang Korea yuk, biar cantik dan imut gitu. Gue udah bosan sama gaya rambut yang begini-begini doang."

"Boleh juga Win, sekalian ya lo cariin salon yang paling bagus dan mahal. Terus, gue mau nyobain rose pasta di restoran Korea yang katanya lagi hits."

"Kali ini, gue pengin nentuin salon dan restorannya sendiri. Jadi Mona, enggak apa kan kalau lo ikutin mau gue sesekali?"

Ucapan Winona membuat gue membelalakkan mata sebab nada bicaranya terdengar agak jutek. Cuma ya, gue memilih mengangguk aja biar dia senang.

Sesampai di Plaza Indonesia, Amanda membayarkan ongkos taksi sebelum gue mengeluarkan dompet. Biasanya, dia selalu nolak. Terus Winona, ternyata udah booking salonnya lebih dulu dan kenal sama pemiliknya.

Gue enggak merasa ada yang aneh karena kita masih selfie bareng setelah potong rambut. Sampai, saat makan di restoran Jepang entah gimana makanan yang gue pesan selalu aja salah.

Sushi jadi sashimi, Ramen jadi teriyaki, padahal jelas-jelas beda. Gue heran, ada apa sih sama pelayan restorannya?

"Mas, tolong yang bener dong kalau kerja! Saya disini mau makan siang, jangan dikerjain terus dong! Mas mau saya kasih tahu manajernya biar dipecat, hah?! Mas pikir lucu, sengaja mengambilkan pesanan yang salah buat pelanggan?!"

Pelayan restoran itu hanya mengangguk dan menunduk dengan takut saat kemarahan gue memuncak. Tangan gue melemparkan piring berisi makanan yang mengotori wajahnya, tanpa memikirkan pengunjung yang menonton peristiwa ini.

Beberapa menit kemudian, gue lagi-lagi membeku seolah enggak ingat telah berbuat apa. Gue lalu mencari Amanda dan Winona, namun kursi mereka kosong.

Kurang ajar, kemana mereka?

Bisa-bisanya ninggalin gue saat lagi ada masalah, awas aja nanti.

💌💌💌💌

Belinda

Tadi itu, nyaris aja gue ketahuan sama Jason. Kenapa juga, cincin kupu-kupu hadiah dari Bunda harus gue pakai semalam? Mestinya, gue tetap bersembunyi supaya Jason enggak perlu tahu siapa pengagum rahasianya.

Yang terpenting buat gue, Jason bisa selalu tersenyum bahagia dan lancar move on dari Ramona.

"Bel, Belinda? Lo mau martabak mini rasa apa? Cokelat, greentea apa stroberi? Belinda?   Jangan lama-lama mikirnya, cepetan..."

Gue tersentak ketika mendengar suara nyaring Cecille, sampai diketawain sama ibu penjual martabak.

Ketika gue akan menjawab, terdengar tawa renyah Jason dan teman-temannya yang semakin dekat. Lantas, gue langsung keluar dari antrean secepat mungkin tanpa peduli akan tatapan bingung Cecille.

"Eh? Rasa apa aja terserah lo Cil, gue tunggu sambil duduk di meja pojok kiri ya. Biar nanti Vero, Tiara sama Inka bisa nyusul habis dari lab Biologi."

Dasar ceroboh, gue malah enggak sengaja duduk di 'kursi istimewa' yang udah ditempati sama Kak Robby dan Kak Sonny.
Kalau aja Vero enggak datang terus ngajak gue duduk bareng, mungkin mereka udah isengin gue daritadi.

"Muka lo kenapa sih Bel, kok pucat kayak habis dikejar hantu?"

"Enggak, gue baik-baik aja. Cuma, kelaparan nih. Cecille lama ngantre martabak mini-nya, apa udah habis kali. Hehe..."

"Kalau gitu, mau gue pesenin bubur ayam biar lebih kenyang? Jangan sampai sakit Bel, perut lo juga butuh banyak nutrisi."

"Jangan! Maksud gue, nanti pesan sendiri aja kalau udah enggak rame. Lagian, gue gabut kalau nunggu sendirian."

Vero terkekeh kecil merespons tingkah gue yang aneh, dia lalu mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto Kak Ian saat lagi bertanding.

Gue menyahut "ya" dan "oke" seraya mencari Cecille yang enggak juga datang. Rupanya, dia lagi ngobrol sama Jason.

Duh, mudah-mudahan aja Jason enggak nanyain tentang gue.

Author Note:

Halo, bagaimana self-quarantine kalian hari ini? Semoga enggak bosan ya, karena Jason's Love Letter bakal terus nemenin kalian.

Love,

gorgeousbiebs








































Seguir leyendo

También te gustarán

753K 2.8K 67
lesbian oneshots !! includes smut and fluff, chapters near the beginning are AWFUL. enjoy!
111K 5.6K 39
"Meski pernikahan kita berawal tanpa cinta, kita tetap harus menjalani sebagaimana mestinya sebuah pernikahan. Karena, pernikahan itu sakral dan cint...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...