My Sweatheart Justin

By BrielleBieber

3.3K 221 13

Aku seorang gadis dengan pekerjaan paruh waktu. Kisahku menyedihkan dan hanya tinggal dengan seorang ayah. S... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32

Chapter 19

74 4 0
By BrielleBieber

"Wanita bodoh! Dengan mudahnya kau memberi map itu pada Justin!" Sentak seorang pria pada wanita yang ada dihadapannya itu. Wanita berambut pendek hitam sebahu. Kini wanita tersebut langsung menunduk ketakutan.

"Maaf tuan, dia memaksaku untuk meminta map nya." Jawabnya menahan rasa takut. Sebab mata pria itu sudah memerah dan siap untuk memakan mangsanya.

"Lalu kau memberikannya begitu saja?! Seharusnya kau mencari alasan. Kau memang bodoh. Kau tau, cepat atau lambat pasti aku akan tertangkap olehnya!" 

Buukk..

Pukulan itu membuat pria yang menutupi wajahnya dengan masker berwarna hitam jatuh tersungkur dan meringis kesakitan.

Justin mendengar semua pembicaraan yang diucapkan oleh kedua insan itu. Karena sudah tak tahan, dengan amarah yang meluap-luap Justin masuk, tanpa aba-aba ia langsung memukul pria asing itu tanpa ampun. Ia terus memukulinya hingga membuat pria itu lemas tak berdaya. Darah bercucuran dari hidungnya, Kendall yang menyaksikan keadaan itu sangat bingung harus berbuat apa.

"Cepat panggil Scurity dan hubungi polisi!" Perintah Justin dengan tangannya yang masih memegangi kedua tangan pria licik bermasker hitam itu. Kendall segera bergegas menuju ke pos scurity.

Justin membuka masker penutup wajahnya. Dan betapa terkejutnya ia, pria itu ternyata adalah Mark. Justin ingat foto Mark ada di map tadi.

Penjahat yang sudah memakan uang di perusahaan Bieber Group dua tahun yang lalu dengan jumlah yang sangat besar. Ayah Justin sudah memberi keringanan padanya, dan sekarang ia melakukannya lagi? Bahkan hampir membuat perusahaan ini bangkrut.  Sungguh gila.

"Apa kau masih ingin bermain dengan keluargaku Mark? Kau tahu apa yang terjadi jika kau masih tetap mengincar perusahaan ini."  Dengan tatapan penuh amarah. Justin kembali memukulnya tanpa henti. Pria itu tak kuasa menahan rasa sakit di bibirnya akibat pukulan keras dari Justin dan hanya bisa  mengerang kesakitan.

"Dan kau sejak kapan merencanakan hal gila seperti ini dengannya! Jangan coba-coba kabur dariku." Justin beralih menatap wanita yang masih berdiri kaku dengan tubuhnya yang bergetar hebat. Raut wajahnya terlihat ketakutan.

Tak lama dua pria berseragam masuk dan diikuti gadis berambut hitam pekat.
Kedua polisi tersebut menghampiri Justin yang keadaannya masih mencengkram tangan Mark.

"Lepaskan, biar semuanya kami yang urus tuan Bieber." Seru polisi bertubuh tegap langsung memborgol tangan Mark dan pegawai wanita itu.  

"Sudah kubilang.. sejauh jauhnya kau pergi pasti akan tertangkap lagi" Salah satu polisi itu menyeringai dan rupanya mengenal penjahat yang bernama Mark itu.

"Jangan biarkan dia membobol kembali sel tahanan dengan mudah Mr.Alexer " Justin memperingatkan polisi itu dengan tegas. 

Dan tolong carilah temannya, Whiskos dan William.
Dia juga terlibat dalam kasus ini dan sudah melarikan diri.

"Kami akan menangani mereka dikantor Mr.Bieber, untuk Whiskos dan William kami memang sedang melakukan pencarian terhadap mereka. Kami sedang berusaha. Selamat siang" Kedua polisi meninggalkan Justin dan Kendall.

Justin diam, kepalanya seakan-akan ingin meledak. Ia tidak habis fikir semuanya akan menjadi seperti ini. Inilah alasan mengapa ia tak mau memperbaiki perusahaannya kembali. Jika Kendall tidak terus membujuk pria Berhoodie itu mungkin ia tidak akan menjamahkan kakinya kembali ke perusahaan ini.

Yaa.. untung saja ada paman Justin, Scooter Braun. Dia yang selama ini mempertahankan perusahaan Bieber group yang terbilang hampir bangkrut. Meskipun sampai sekarang Mr.Scooter  belum menemukan kasus yang membuat keuangan perusahaannya tidak stabil. Tapi setidaknya perusahaan masih tetap berjalan. Dan kini Justin hanya bergerak dalam satu hari saja bahkan belum ada satu hari ia sudah mengungkap kasus yang menimpa perusahannya.

"Sudah selesai!" ujar Kendall berbinar menatap Justin. Namun yang ditatapnya hanya menunjukan tatapan dingin lalu  menghembuskan nafasnya kasar.

"Kenapa kau tidak senang. Bukanya semuanya sudah terselesaikan?" Kendall memastikan bahwa Justin pasti akan menjawab pertanyaannyan.

Justin menggeleng pelan dan masih dengan raut wajah dinginnya. "Mereka tidak sendiri. Masih ada dua orang yang belum tertangkap. Kemungkinan jika mereka tahu bahwa Mark tertangkap polisi, kedua temannya itu pasti akan melarikan diri sejauh-jauhnya. Dan pasti akan mempersulit para polisi untuk melacak keberadaan mereka." ujar Justin terlihat kacau.

"Aku saja tidak pernah menggunakan uang perusahaan. Bahkan aku rela sampai menjual rumah, apartemen dan semuanya untuk menghidupiku dan Jazmyn. Lalu bisa-bisanya penjahat itu seenaknya menggunakan uang perusahaan!" Ucap nya lagi. Matanya mulai memerah tergambarkan aura kebencian yang sangat dalam.

Kendall mengelus pundak Justin dengan lembut berusaha untuk menenangkannya.
"Justin. Tenanglah. Kau tahu mereka tak akan semudah itu untuk melarikan diri" Ujar Kendal menenangkan Justin.

Kendall tersenyum manis pada Justin.
"Ayo kita pulang, anak-anak pasti sudah menunggu kita" Wanita itu menuntun Justin  keluar dari ruangan.

---

Sementara itu Gadis latin yang selalu memakai apronnya terus mengembangkan senyumnya tanpa henti membuat Jules dan yang lainnya menatap dirinya heran. Hari ini mood nya sedang baik. Selena masih membayangkan dimana momen dirinya kemarin saat bersama Justin. Ia masih mengingat bagaimana pria itu mencubit pipinya dengan gemas. Selena semakin melebarkan senyumnya dan tidak perduli dengan Jules dan Alex yang menatapnya geli.

"Senyum-senyum sendiri seperti orang gila" cibir Alex yang sedang mengantarkan pesanan kepada pelanggannya. Selena tidak perduli dengan ucapan Alex, ia terus melanjutkan pekerjaannya tanpa menghentikan senyumnya.

"Sel, kau tidak apa-apa kan?" tanya Jules memastikan sahabatnya itu.

"Memangnya aku kenapa?" Selena mengernyitkan dahi sembari berkacak pinggang.

"Sejak tadi kau tersenyum terus. Aku takut kau menjadi gila" Ujar Jules bersiap-siap kabur.

Selena menghentikan pekerjaannya dan menatap Jules tajam. Lantas ia tersenyum kembali "Kau tau aku sangat bahagia hari ini!" Selena melemparkan lap meja ke atas dan menangkapnya lagi. Ia terus melakukannya berulang kali.

Jules  bergidik ngeri melihat tingkah Selena.
"Coba ceritakan padaku.. siapa yang sudah  membuatmu menjadi bahagia seperti ini Mrs.Gomez?" Jules menatap Selena dengan tatapan jahilnya.

"Apa maksudmu? Mood ku sedang membaik saja hari ini" balas Selena. Tentu saja ia bohong. Gadis itu memang sedang memikirkan pria berhoodie.

"Really,Gez?"  Sekali lagi Jules menatap Selena jahil. Gadis itu rupanya ingin membuat Selena malu.

"Iya Jules. Selesaikan pekerjaanmu sekarang, jangan lalai! " perintah Selena dengan gaya bicaranya yang meniru ucapan Mr.Jared.

"Ya ya ya.. kurasa kau tak akan mau memberitahuku Selena. Tak apa, cepat atau lambat pasti kau akan memberitahuku sendiri" ujar Jules mengedipkan salah satu matanya. Selena memutar bola matanya kesal.

---

Selena mengerjakan pekerjaannya dengan gesit dan lincah. Ia terus mengembangkan senyumnya kepada semua pelanggan hari ini. Hari sudah malam, waktu menunjukkan pukul 07.15. Salju mulai berjatuhan.

"Hari ini kita pulang cepat, Mr.jared menutup Restaurant lebih awal karena malam ini akan terjadi penurunan suhu drastis dan salju akan turun lebih lebat." Ujar Cassie yang melintas didepan Selena sambil melepaskan apronnya.

"Oh tuhan terimakasih.. setidaknya aku bisa beristirahat penuh nanti malam." Ucap Selena yang juga melepas apronnya.
"Kau sudah beritahu yang lainnya Cas?" tanya Selena pada Cassie yang sedang mencuci mukanya.

"Sudah, aku pulang duluan Sel" ucap Cassie tersenyum lalu pergi meninggalkan Selena. Selena membalas dengan anggukan dan senyuman manisnya.

Selena mengambil Hoodie coklatnya lalu keluar dari dapur dan menghampiri Jules dan yang lainnya yang sedang beristirahat di kursi pelanggan. Selena heran saat melihat semua temannya menatap dirinya dengan lekat dan mengintimidasi.

"Kalian tidak ingin segera pulang.. sebentar lagi akan ada badai salju." Ucapnya saat sampai dihadapan teman-temannya. Tak ada balasan dari temannya. Ia malah mendapat tatapan aneh dari mereka. Selena mendengus kesal.

"Kalau begitu aku pulang dulu" ucap Selena sambil menggembungkan pipinya, terlihat sangat imut.

"Ah nanti saja. Buru-buru sekali kau Mrs.Gomez" celetuk Steven dengan senyuman jahilnya.

"Kau tidak dengar Mr.Jared menyuruh kita untuk segera pulang" ucapnya sakartis yang memang kenyataannya benar.

"Kau ada janji yah?" tanya Bill dengan tatapan yang tak kalah jahilnya. Ia mengerti apa yang dimaksud oleh ucapan temannya. Selena berdecak sebal.

"Iya aku ada Janji" ucap Selena asal. Ia sedang malas untuk meladeni pertanyaan Bil. Mereka semua pun tertawa meledek Selena.

"Kenapa tertawa?" Tanya Selena sambil memicingkan matanya. Lalu ia mulai berjalan mendekati pintu keluar restauran.

"Tidak apa-apa, pulanglah duluan, hati-hati dijalan Sel!" Ucap Jules melambaikan tangannya pada Selena.

"Pastikan priamu nanti menjemputmu" ejek Steven terkekeh.

"Hm" balas Selena singkat dengan raut wajah datarnya.

"Mood nya sedang tak baik" ujar Alex  terkekeh pelan. Selena sempat mendengarnya tapi ia tak menggubris sama sekali. Selena membuka pintu yang terbuat dari kaca itu lalu keluar.

Selena mengeratkan Hoodienya, ia sudah berada diluar restauran dan langsung disambut dengan dinginnya salju. Gadis itu terlihat  sangat lelah mengingat tadi ia terlalu bersemangat saat bekerja. Untung saja Mr.Jared menutup restauran lebih awal jadi ia gunakan kesempatan ini untuk segera pulang dan ingin beristirahat. Ditambah lagi semua temannya meledeknya tadi. Membuat gadis itu kesal memikirkannya.

Brrrrrr

Udara diluar benar-benar dingin. Ia semakin mengeratkan Hoodie coklatnya.
Selena berjalan menunduk tanpa menatap ke depan. Ia terus berjalan sampai-sampai dirinya menabrak sesuatu. Oh bukan..lebih tepatnya seseorang. Selena terkejut dan langsung mengangkat kepalanya. Ia lebih terkejut lagi saat mengetahui manusia yang ada dihadapannya saat ini adalah si  Justin..

Pria yang selama ini selalu menghiasi hari-harinya. Ya.. Selena mulai merasakan jatuh cinta pada pria dingin itu sejak kartu namanya ditemukan olehnya. Ia tak tahu kenapa perasaan itu muncul begitu saja.

Jantung Selena berdegup kencang. Hawa dingin disekitarnya sudah tak dirasakan lagi olehnya. Jarak mereka hanya beberapa Cm saja. Entah perasaan macam apa ini. Justin menatap Selena dengan lekat membuat gadis itu salah tingkah.

"Tumben sudah pulang" ucap Justin memulai obrolannya. Tidak seperti biasanya pria itu membuka suaranya terlebih dahulu.

"Umm.. Hari ini restauran tutup lebih awal.. mengingat cuaca yang tidak mendukung" jawab Selena kikuk. Kini tatapannya beralih kebawah. Ia tak sanggup melihat mata indah milik Justin!

Justin tidak mengeluarkan suara lagi. Melainkan ia langsung menggenggam tangan kanan Selena. Gadis itu mematung ditempat, ia mengerjapkan matanya berkali-kali tak percaya apa yang dilihatnya saat ini. Seketika jantung Selena berdebar tak karuan. Pipinya mulai memanas dan tak tau harus berbuat apa. Untuk pertama kalinya tangan gadis itu digenggam oleh Justin.

"Selena?" Panggil Justin yang menyadari Selena yang terus saja menunduk.

"It.. it..itu tanganmu--"ucapan Selena terpotong.

"Biar hangat, ayo pulang aku akan mengantarmu." Ucap Justin sambil tersenyum. Selena yang mendengar ucapan Justin ingin menjerit sehisteris mungkin, namun ia hanya bisa menahannya.
Ia tak percaya bahwa Justin akan berkata seperti itu padanya. Dan benar saja..dirinya mulai merasakan kehangatan saat pria itu menggenggam tangan Selena.

Mereka berjalan beriringan tanpa mengeluarkan sedikit suarapun dari mulut masing-masing. Tentu saja Justin masih menggenggam tangan gadis itu.

"Tuhan, aku ingin berteriak. Aku tidak bisa menahan semuanya!".

Selena terus saja menahan senyumnya dan ia sangat menikmati setiap perjalanannya. Ia terus menahan rasa senangnya yang tiada tara. Kali ini Justin terlihat semakin tampan! Dengan gaya rambut yang rapih tidak seperti biasanya dan berwarna cokelat keemasan. Selena ingin sekali terus menatapnya, tapi nyalinya menciut saat Justin menatapnya kembali.

"Tidak usah malu, tataplah aku jika kau ingin.." ucap Justin seolah-olah tahu apa yang dirasakan Selena. Selena terkejut dengan ucapan Justin.

"Ah tidak. Aku tak seperti itu" Dusta Selena. Padahal gadis itu ingin sekali melihatnya. Tapi ia dikalahkan oleh rasa malunya.

Justin tidak membalas lagi ucapan Selena. Itu sudah biasa..
"Justin?" Panggil Selena pelan tapi terdengar oleh Justin. Pria itu lalu menoleh ke Selena.

"Apa?" Jawab Justin datar.

"Ada apa denganmu hari ini. Tiba-tiba saja..."

"Tidak usah kau pikirkan," potong Justin dengan nada dinginnya.

Selena mendengus kesal. Sepertinya sikap aslinya muncul kembali. Bagaimana ia tidak memikirkan atas perlakuan Justin padanya. Semua gadis pasti akan merasakan hal yang sama jika diperlakukan seperti itu.

Tak terasa mereka berdua sudah sampai dirumah Selena. Justin masih menggenggam tangan Selena.

"Justin.. " panggil Selena sambil melepaskan genggaman dari Justin.

"Hm."

"Mampirlah dulu kerumahku.. sebentar lagi badai salju akan turun..umm.. aku mungkin bisa membuatkanmu cokelat panas" ujar Selena kikuk. Ia merasa bahwa dirinya berbicara dengan dinding.

Benar saja, pria itu tak membalas ucapan Selena. Gadis itu berusaha untuk bersabar mengahadapi pria macam Justin.

"Huh, baru saja dia bersikap manis padaku tadi. Dan sekarang dia berubah menjadi es lagi!"

"Jangan buat wajah cantikmu menjadi jelek" ucap Justin yang mengetahui perubahan wajah Selena yang menjadi kesal. "Aku tak bisa lama-lama. Aku harus pulang" ucapnya lagi dan tersenyum pada Selena lalu ia melenggang pergi.

Gadis itu seketika mematung ditempat. Baru saja Justin mengatakan hal yang membuat dirinya terlihat seperti orang bodoh. Lihat saja, pipi Selena sudah memerah seperti kepiting rebus. Ia menatap punggung pria Hoodie itu yang sudah keluar dari gerbang rumahnya.

"Baru saja dia bilang bahwa aku cantik! APAKAH AKU SALAH DENGAR?!" Jerit Selena dengan jantungnya yang hampir saja ingin lepas. Sebenarnya ia sering mendapatkan pujian dari banyak orang bahwa ia cantik, manis, imut, atau apalah....tapi kali ini berbeda, menurut dirinya ucapan Justin yang baru diucapkan beberapa menit yang lalu adalah suatu keajaiban yang tak terduga.
(Ok, berlebihan sekali).

"Demi tuhan aku tak percaya dengan semua ini! Dan senyumannya.... Ya Tuhan aku bisa gila!" Ucapnya lagi dengan bahagia.

Tanpa disadari Justin mendengarnya. Pria itu ternyata belum pergi, ia bersembunyi dibalik semak belukar yang tertutup oleh salju sehingga Selena mengira bahwa Justin sudah pergi dan tak mungkin mendengarkan jeritannya. Kedua sudut bibir Justin terangkat membentuk sebuah senyuman lebar yang penuh dengan arti.

Selena memasuki rumahnya dan masih dengan senyuman gilanya. Begitupun dengan Justin ia keluar dari persembunyiannya dan berlari pergi meninggalkan rumah Selena.

---

"Selamat malam dad!" Semburnya lalu memeluk dadnya yang sedang duduk di sofa.
Hendrick yang menyadari perlakuan anaknya langsung membalas pelukannya dengan hangat.

"Kau pulang cepat? " tanya Hendrick dan Selena melepas pelukannya lalu tersenyum.

"Sebentar lagi suhu akan turun drastis dan memungkinkan akan terjadi badai salju. Mr.Jared menyuruh kami semua untuk pulang saja" jelas Selena tanpa memudarkan senyuman manisnya.

Hendrick menganggunk meng-iyakan.
"Wah.. sepertinya anakku sedang bahagia ya?" Tanya Hendrick dan meletakkan koran yang dibacanya tadi. Sepertinya ia menyadari bahwa anaknya sedang bahagia saat ini.

Belum sempat Selena menjawab, bel rumah berbunyi tanda bahwa ada tamu yang datang.

"Siapa yang bertamu disaat cuaca seperti ini?" Ucapnya heran dan segera bergegas menuju ke pintu.

Saat pintu dibuka Selena terkejut dibuatnya. Ia melihat dua makhluk yang tak asing dimatanya yang sedang menggigil hebat.

"Swift! Dave! Oh Masuklah udara diluar dingin.."  Selena langsung menarik kedua temannya itu untuk memasuki rumahnya.

Hendrick pun terkejut saat melihat kedatangan Swift dan Dave yang sudah memucat.

"Duduklah dulu akan kubuatkan cokelat panas" Selena melenggang pergi dan segera menuju ke dapur.

"Kalian dari mana, udara diluar sangat dingin dan kalian berdua masih berkeliaran diluar" ucap Hendrick. Keduanya terlihat menggigil hebat.

"Kami berencana untuk mengunjungi tempat  ice skating di pusat kota. Dan ternyata hari ini ada badai salju. Maka dari itu kami dihajar oleh dinginnya udara malam ini." Jelas Dave dengan nada yang tidak beraturan karena saking dinginnya.

"Apa kalian tak tahu kalau hari ini ada badai salju" ucap Selena yang muncul dari dapur dan membawa nampan berisi dua buah gelas cokelat panas.

"Ti-tidak.. kami tidak tahu sama sekali" ucap Swift terbata-bata. Selena meletakkan nampannya diatas meja.

"Ughh... Kau sangat kedinginan sekali...biar aku tambahkan kehangatan di ruangan ini." Ucap Selena lalu menekan tombol penghangat ruangan.

"Sudah hangat?" Tanya Selena lalu Swift dan Dave mengangguk.
"Bagus.. sekarang minumlah cokelatnya agar lebih hangat" sambung Selena disertai dengan senyuman hangatnya.

"Makanlah di dapur ada sup hangat. Paman ke kamar dulu ingin istirahat." Ujar Hendrick lalu dibalas senyuman oleh Swift dan Dave.

"Kalian ingin makan?" Tanya Selena.

"Umm.. kami tidak akan menolaknya jika kau yang memasak" ucap Deff disertai dengan cengiran kudanya.

"Akupun juga begitu. Lagipula aku lapar" sambung Swift dengan cengigisan.

Selena terkekeh lalu mengajak mereka menuju ke dapur.

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 138K 46
โœซ ๐๐จ๐จ๐ค ๐Ž๐ง๐ž ๐ˆ๐ง ๐‘๐š๐ญ๐ก๐จ๐ซ๐ž ๐†๐ž๐ง'๐ฌ ๐‹๐จ๐ฏ๐ž ๐’๐š๐ ๐š ๐’๐ž๐ซ๐ข๐ž๐ฌ โŽโŽโŽโŽโŽโŽโŽโŽโŽโŽโŽ She is shy He is outspoken She is clumsy He is graceful...
1.4M 35.4K 47
When young Diovanna is framed for something she didn't do and is sent off to a "boarding school" she feels abandoned and betrayed. But one thing was...
870K 72.5K 34
"Excuse me!! How dare you to talk to me like this?? Do you know who I am?" He roared at Vanika in loud voice pointing his index finger towards her. "...