The Mafia || Jeongcheol [END]

By 880410jc

80.1K 5.5K 760

Sst, when the door closed, this world is ours. and this is secret between us. Boys love. BxB story. Start: 23... More

Cast.
The Choi
The Princess
The story
The one that he choose
Run
Start again?
Rewrite
Goodnight, Jeonghan

The Enemy

8.1K 619 73
By 880410jc

"Ada yang berbeda dari keduanya."

"Aku tahu, bagaimana kalau kita tempatkan mereka di tempat yang sulit?"

"Menarik."

|
|
880510jc
Present
The Enemy
|
|
Sorry for typo(s)

Ada yang berbeda dengan Jeonghan, itulah yang Seokmin, Woozi dan Hoshi rasakan. Pria berambut pirang itu tengah serius mengerjakan berkas-berkas yang ada di hadapannya.

Rambutnya yang di cat dari hitam menjadi pirang, dan suara tawanya yang mampu memberikan desiran aneh. Serta Auranya yang berbeda.

Oh Seokmin bahkan sekarang mengigil setiap berdekatan dengan Jeonghan. Pria berhidung mancung itu selalu menaruh curiga pada Scoups dan Jeonghan. Serta segala keanehan pada keduanya, dan yang paling Seokmin curiga adalah ketika Jeonghan selalu terlihat di gendong oleh sang boss saat mereka selesai melakukan sesuatu berdua di ruangan tertutup bersama korban.

Jeonghan terlihat seperti tidur, atau pingsan. Setelah satu atau dua nyawa menghilang secara tragis.

Woozi pun tidak mau diajak berbicara mengenai ini, apalagi Hoshi dan The8. Mereka merasa masa bodoh yang penting mereka dibayar atas pekerjaan yang mereka selesaikan.

Tetapi Woozi, kali ini ia terlihat sendu menatap Jeonghan yang terdiam dibalik meja kerjanya. Ia merindukan Hyung-nya yang selalu perhatian itu walaupun terkadang kurang ajar karena tidak melihat waktu ketika melakukan hal yang tidak senonoh sehingga ia beberapa kali mendapatkan tontonan gratis.

Seperti sore ini, lagi dan lagi. Jeonghan serta sang boss tertangkap kamera cctv di gedung bawah sedang bersetubuh di salah satu lorong. Ia terkekeh karena Hoshi terkejut ketika mendapatkan apa yang ditonton oleh Woozi. Hingga akhirnya keduanya pun tidak bisa menahan gejolak nafsu mereka.

Dengan suguhan video Jeonghan yang tengah di gagahi oleh Scoups. Kini Woozi pun dengan pasrah digagahi oleh Hoshi di kursi kerjanya.

"Dimana Jeonghan?" Suara sang dominan memberat, ia tahu seharian ini yang berada di sekelilingnya adalah Angel dan Hannie. Dan Jeonghan entah tertidur di bagian mana.

"Nngh d-daddy.." sang submissive mengerang kala benda yang tidak asing berada di antara lubang pantatnya terus bergerak.

Seungcheol tidak bisa berhenti, atau mungkin tidak akan berhenti sebelum Hannie yang kini ia gagahi tertidur lelap dan mungkin saat tersadar nanti Jeonghan akan muncul kepermukaan.

Desahan terdengar semakin keras, dan ini sudah klimaks ke 3 bagi Hannie. Sedangkan Scoups sudah mencapai titik puncaknya yang kedua. Hingga sperma memenuhi lubang anal yang lebih kecil.

"Kenapa daddy tidak senang bersamaku dan Angel?" Tanya Hannie dengan kerlingan nakal di matanya, penggoda nomor 1 di dunia malam.

"Aku harus berbicara dengan Jeonghan." Scoups berbisik di telinganya, mengantarkan getaran aneh yang membuat ia mendesah pelan.

"Jeonghan tertidur, ia tidur." Ujar Hannie, ia terengah ketika penis Scoups terus melesak masuk dan menekan prostatenya.

"A-ahh daddy! Terlalu dalam!" Hannie memekik tertahan, dan klimaks lainnya menjemputnya dengan mudah.

"Bangunkan dia, aku membutuhkannya." Ujar Scoups, ia melepaskan tautan keduanya dibawah sana. Dan mata hitam itu tertutup selama beberapa detik sebelum akhirnya terbuka lagi. Menunjukan tatapan polos.

"Jeonghan?" Tanya Scoups, dan yang dipanggil terlihat terkejut dengan posisi mereka. Seingatnya Jeonghan tengah membuat Teh.

"H-hyung.." Jeonghan tergagap, tubuhnya sedikit bergetar dan bagian bawahnya kini berdenyut. Mengeluarkan cairan yang tidak tertampung.

Scoups menghela nafas lega dan langsung menggendong tubuh lemas itu untuk masuk kedalam kantornya.

***

"Aku ingin dia mati." Ujar Hangyul, ia baru saja mendapatkan sebuah surat yang membuatnya sedikit terkejut. Ayahnya menyewa si brengsek scoups untuk membunuhnya dan bartender tempo hari.

Kartel mafia yang tengah naik daun itu, sang bos yang bersembunyi dibalik nama perusahaan Choi.

Hangyul tersesat, bartender yang dibunuh tempo hari sampai hari ini tidak ditemukan. Bahkan jasad, bukti ataupun keberadaannya yang entah hidup atau mati.

Tetapi Hangyul yakin, pekerjanya itu sudah mati.

"Lalu, bagaimana dengan fakta bahwa ayahmu mengingikan kamu mati?" Tanya Dohyon yang duduk dengan santai di kursinya.

"Aku akan membunuh scoups dan menertawakan ayahku setelahnya." Ujar Hangyul.

"Tidak menarik, bagaimana kalau kita bermain sedikit?" Ujar Dohyon yang melemparkan beberapa lembar foto di atas meja Hangyul dan memperlihatkan seorang wanita manis dan seorang pria manis di foto lainnya.

"Ada yang berbeda dari keduanya." Ujar Dohyon, menunjuk foto seorang pria dengan pria lainnya yang tengah berciuman di sebuah lorong.

"Aku tahu, bagaimana kalau kita tempatkan mereka di tempat yang sulit?"

"Menarik." Ujar Dohyon dan ia tersenyum kecil.

"Permainan dimulai, Scoups."

***

Sore itu Jeonghan bangun dengan tubuh yang terlilit selimut dan dipeluk oleh Seungcheol. Ia mengerjapkan matanya perlahan dan memastikan sekelilingnya. Oh ia berada di apartment nya.

Ia ingat, sempat melenguh sebelum tertidur atau pingsan. Memori terakhirnya berada di lorong dengan Seungcheol yang nafasnya tersengal dan gelitikan halus di perut bagian bawahnya. Khas saat ia ejakulasi.

Semburat merah muda muncul di pipinya, apakah terlalu nikmat hingga ia tidak mengingat apapun?

Jeonghan memindahkan tangan Seungcheol yang melingkar di pinggangnya perlahan, tidak ingin membangunkan sang dominan yang terlihat terlelap di tidurnya.

Jeonghan duduk di pingguran kasur dan sedikit meringis.

"Mau kemana?" Suara berat khas bangun tidur itu terdengar, dan Jeonghan menengok ke sampingnya.

"Kamar mandi." Ujar Jeonghan yang saat itu masih bertelanjang dan berjalan menuju kamar mandi.

Jeonghan menatap tubuhnya, pipinya merona merah, tangannya menyusuri tanda berwarna merah yang terlihat jelas di tubuhnya.

"Choi Seungcheol you make me crazy." Jeonghan tertawa kecil.

***

Woozi itu orangnya penuh keingintahuan, ia penasaran. Pukul 1 malam ia masih berada di kantornya. Menyisir semua cctv, menonton satu persatu dengan teliti. Cctv di kantornya akan selalu menyala, merekam seluruh gerak-gerik yang terjadi selama kantor mereka gelap dan tenang.

Ada beberapa cctv yang ditempatkan dan hanya Woozi serta Seungcheol yang tahu. Seungcheol merasa ada yang aneh di gudang persenjataan mereka, hingga akhirnya ia dan Seungcheol memilih untuk menyimpan cctv itu secara rahasia.

"Got you."

Woozi menatap layarnya, disana berdiri sesosok pria dengan hoodie yang menyembunyikan wajahnya. Hanya terlihat sekilas, dan dilihat beberapa peluru dan pisau ia selipkan di sela-sela tubuhnya.

Woozi tau, itu adalah Jeonghan.

Dan pintarnya adalah, seluruh cctv yang berada disana dimatikan oleh Jeonghan dengan sangat rapih, seolah-olah listrik padam sehingga cctv pun ikut padam.

Sangat pintar dan beresiko.

Woozi segera mencabut memori dari cctv tersebut setelah ia mengcopy file tersebut menjadi 2 ia mengirimkannya pada Seungcheol dan satu berada di tangannya serta di drive online miliknya.

Woozi keluar dari kantornya, menunggu hoshi untuk menjemput di depan kantor. Si mungil itu berdiri di pinggir jalan yang lumayan sepi, ia melihat sekelilingnya. Sepi, terlalu sepi. Ini tidak wajar.

Hingga akhirnya Woozi mengirim pesan pada Hoshi.

To: Big Baby.
Aku berjalan di sekeliling.

Dan Woozi mulai berjalan, sisi lain dirinya terus berteriak untuk berlari dan bersembunyi. Itu instingnya yang berteriak, dan Woozi mulai mengigil. Tubuhya tiba-tiba terasa dingin, ia mempercepat langkahnya, mengirimkan lokasi dirinya pada sang kekasih, gps-nya menyala dan Woozi berhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita yang meminta tolong dan berakhir suaranya menghilang.

Wangi anyir dari darah tercium olehnya, tubuhnya mulai menegang dan ia kemudian mulai berjalan lebih cepat. Telinganya mendengar suara gemerincing dari logam yang sangat berat, Woozi menebaknya itu adalah rantai.

"Kenapa tidak ada orang disini?? Hoshi sialan! Kenapa sangat lama!" Woozi mulai berbicara sendiri, ia semakin ketakutan. Instingya terus berteriak untuk lari dan mencari tempat ramai. Tetapi ia terus berusaha untuk tenang dan tidak panik.

Dan Woozi mengikuti instingya untuk berlari, nafasnya terputus-putus. Ia menyalahkan dirinya sendiri karena tidak pernah berolahraga. Dan ketika ia berlari, telinganya dapat mendengar derap langkah lain di belakangnya. Aura yang dipancarkan sangat berbahaya.

'Bruk!'

"Sialan sialan!" Woozi meringis ketika ia terjatuh karena tersandung oleh kakinya sendiri, dan sebelum Woozi sempat bangkit, kakinya sudah tertarik dan ia berteriak tertahan.

Logam dingin berada di lehernya, ia bisa merasakannya. Sebuah pisau ada di lehernya.

"T-tolong.." Woozi tergagap, nafasnya memberat. Ia tidak berani membuka matanya sedikitpun, tubuhnya gemetar hebat.

"Berikan apa yang ada di kantung kemejamu." Bisik seorang pria tepat di telinganya, suaranya sangat berat. Tangan yang lebih kecil bergetar dan merogoh ke kantungnya. Matanya masih terpejam, tetapi parfum yang ia hirup terlalu familiar.

"I-ini.." Woozi mengangkat tangannya.

Dan suara tawa kecil terdengar.

"Bukan ini, aku menginginkan apa yang kamu punya. Berikan atau aku akan mengambilnya sendiri dengan bonus darahmu dan nyawamu."

Woozi perlaham membuka matanya dan ia dapat melihatnya, mata merah tersebut dan senyuman miringnya. Serta auranya yang sangat berbahaya.

"J-jeonghan hyung." Woozi tergagap, dan entah kekuatan dari mana Woozi mendorong tubuh yang selalu ia kira ringan tersebut. Tubuh Jeonghan terdorong dan dalam kesempatan ini Woozi bangkit serta lari dari posisi tersebut.

Dan pilihannya untuk berlari adalah salah, ini bahu kirinya terasa sangat sakit. Sebuah pisau dengan pasti menancap di bahu kirinya. Woozi sempat berhenti dan melihat bahunya yang mulai mengeluarkan darah, ini pisau baru yang hilang tempo hari.

Terasa panas.

"Racun.." Woozi menengok ke belakang, tidak ada Jeonghan disana. Dan ia kembali berlari dengan sangat cepat, hingga akhirnya tubuhnya menabrak seseorang.

"Got you."

"LEPAS! LEPAS!" Woozi berteriak ketika tubuhnya di dekap erat, ia memberontak.

"Zi! Hey!" Woozi berhenti ketika mendengar suara hangat itu, ia menatap pria yang tingginya hanya berbeda beberapa senti darinya.

"Hoshi-" dan Woozi menutup matanya.

Racun yang berada di pisau itu tergolong dosis rendah, tetapi bisa membuat korban mati. Hoshi yang menatap pisau itu hanya menggeleng tidak mengerti. Siapa yang ingin membunuh kekasihnya tersebut? Woozi dinyatakan tidak sadarkan diri akibat racun yang membuat syaraf di tubuhnya melemas, sudah 3 jam. Dan tidak ada rekaman cctv sedikitpun. Pisaunya sangat familiar, seperti milik mereka. Tetapi sayangnya, pisau ini di produksi ratusan bahkan ribuan. Siapapun bisa memilikinya.

***

Siang itu Jeonghan terlihat sangat lemas, ia bahkan beberapa kali mengeluh sakit kepala. Ia kini tertidur di sofa dengan paha Seungcheol sebagai alasnya. Entah apa yang Jeonghan perbuat hingga ia merasa sangat lelah, bahkan kakinya terasa sakit seperti habis berlari ratusan kilometer.

"Woozi sakit apa?" Tanya Jeonghan, Seungcheol mengelus rambut Jeonghan perlahan.

"Ia ditikam. Tidak usah difikirkan, Woozi kuat. Ia akan bertahan." Ujar Seungcheol, ia beberapa kali memijat kepala Jeonghan dan terus mengelusi kepala istrinya tersebut.

Seungcheol harus bertemu hanie, ia ingin meminta penjelasan atas aksinya malam kemarin. Tetapi alter Jeonghan yang lain, tidak menunjukan batang hidungnya sedikitpun. Jeonghan pun jadi bingung dengan apa yang dilakukan oleh Seungcheol, karena beberapa kali salah memanggil namanya.

Hanie dan Angel seperti memiliki pemikiran yang lain, mereka bertiga memiliki pikiran masing-masing dan Seungcheol berusaha untuk mengerti apa yang di inginkan oleh kedua alter Jeonghan itu.

***

"Seungcheol! Aku hamil!" Tubuh pria itu membeku, Seungcheol sudah dan selalu memastikan bahwa ia memakai pengaman ketika berhubungan badan dengan istrinya. Tangannya berhenti mengelap air yang turun dari rambutnya.

"Ko diem? Ngga seneng ya?" Tanya sang wanita yang kini wajahnya murung. Seungcheol tersenyum manis.

"Seneng ko, cuman kaget.. secepat ini?" Tanya Seungcheol, ia memeluk istrinya dan mencium keningnya dalam.

"Ini ngga terlalu cepet ko, aku seneng banget. Akhirnya bisa ngasih cucu buat mamih sama daddy." Ujarnya, ia memeluk tubuh Seungcheol erat.

"Aku juga seneng. Sekarang, kamu istirahat ya? Jangan banyak kegiatan." Ujar Seungcheol, ia mengusap pipi sang istri yang kini senyumnya kembali merekah dan mengangguk. Meninggalkan Seungcheol untuk mengeringkan tubuhnya.

***

Woozi belum juga bangun, ia seperti menolak untuk merespon apapun. Bahkan dokter sudah mengatakan bahwa racunnya sudah dikekuarkan semua, tetapi pria mungil itu masih menutup matanya.

"Hyung."

"Hm?"

"Sebenarnya.. siapa yang melakukan ini?" Tanya Hoshi, tangannya terus menggenggam tangan kecik Woozi.

"Aku sedang mencarinya, Seokmin dan The8 membantuku." Ujar Seungcheol, ia meremas bahu Hoshi.

"Hyung, aku minta untuk jaga Jeonghan hyung."

"Kenapa?"

"Entahlah, beberapa hari lalu aku melihat mobil yang terus berada di depan kantor. Ia datang saat Jeonghan hyung datang dan pergi saat ia pulang." Ujar Hoshi, dan Seungcheol mengangguk.

"Aku kembali ke kantor terlebih dahulu." Seungcheol menepuk bahu Hoshi dan meninggalkan kedua sepasang kekasih itu dalam diam.

Seungcheol gusar, ia tidak bisa menghubungi Jeonghan dan tidak pula bisa melacaknya dimana.

Sebenarnya bukan hanya Hoshi yang menyadari kehadiran mobil sedan berwarna hitam itu di depan kantor mereka selama beberapa hari ini. Seungcheol pun menyadarinya. Sayangnya, ia tidak mengetahui siapa yang berada di balik kemudi. Ditambah lagi, berita bahwa sang istri tengah hamil mulai beredar di media. Terima kasih kepada sang mertua yang dengan gencar mengatakan Wendy tengah hamil 2 bulan.

"Seokmin."

"Ya, hyung?"

"Sudah mengetahui dimana Jeonghan?"

"Ah sudah, dia bersama Sooyoung noona di lapangan tembak." Ujar Seokmin.

Dan Seungcheol bergumam, memutus panggilan telfon Seokmin.

Yang berada bersama Sooyoung sudah pasti Han, Jeonghan tidak mungkin berlatih menembak, ia adalah ahlinya.

Seungcheol menatap keluar kantornya, dan mobil hitam itu disana. Matanya terus menatap pada mobil yang sepertinya kosong, tetapi tidak bisa ia pastikan.

Ada sebuah perubahan yang sangat terlihat ketika para Alter bergantian, berubahnya warna bola mata mereka. Seungcheol baru menyadarinya ketika ia mendapatkan sosok manis itu tengah duduk di sofa apartment nya.

"Kenapa kamu tidak kembali ke kantor, sayang?" Tanya Seungcheol yang kini mencium pipi pria cantik yang tengah duduk itu.

"Lelah, aku menemani Sooyoung noona seharian." Ujarnya, mulus.

"Menemani atau ikut berlatih?" Tanya Seungcheol.

"Menemani, untuk apa aku berlatih? Aku sudah mahir." Ujarnya dengan angkuh, Seungcheol mendengus, itu adalah Hannie. Dengan bola mata berwarna kemerahan. Seperti memakai lensa kontak.

"Benarkah mahir?" Tanya Seungcheol, ia sudah duduk di samping sosok manis itu.

"Benar." Ujarnya dengan senyuman lebar.

"Kalau begitu, jangan sakiti tanganmu ini, ya?" Seungcheol mencium telapak tangan yang terdapat beberapa luka goresan. Dan Hannie dengan segera menarik tangannya dari genggaman Seungcheol.

"Jadi.. Wendy noona hamil?" Tanya sosok dingin itu, aura mereka pun berbeda.

"Iya, 2 bulan." Ujar Seungcheol santai, dan Hannie tersenyum miring sebelum menghabiskan wine di dalam gelasnya.

Jeonghan tidak meminum wine, anak baik itu menyimpan wine hanya untuk Seungcheol ketika ia datang untuk menginap.

***

"Jadi, mana yang akan kita kerjakan terlebih dahulu?" Tanya Hangyul pada ketiga orang yang ada di hadapannya. Pria itu tersenyum manis.

"Ini." Seorang pria menunjukan sebuah acara yang akan di selenggarakan dalam waktu 2 minggu. Dimana keluarga sang putri korea mengadakan open house, sekaligus acara penyambutan untuk cucu pertama mereka.

"Hmm. Bagus." Hangyul mengangguk, ia membaca apa yang akan mereka lakukan di acara itu.

Hangyul masih tidak bisa menerima atas kematian bartender yang ternyata adalah kekasihnya sendiri yang mati ditangan Choi Seungcheol. Walaupun itu adalah perintah dari ayahnya, Hangyul akan membuktikan bahwa ia pun mampu untuk membunuh semua orang yang mengusiknya.

Hangyul mengangguk.

"Let's play, Choi Seungcheol."

***

"Seungcheol sajang-nim akan segera memiliki anak." Beberapa karyawan wanita terlihat heboh, hubungan Jeonghan dan Seungcheol sangat rapih. Tidak terendus siapapun kecuali orang-orang tertentu yang mereka percaya.

"Akhirnya setelah menunggu, akan ada anak dari Wendy dan Choi Seungcheol. Aku yakin, anaknya akan sangat menggemaskan."

"Setuju! Setuju!"

Jeonghan hanya menghela nafas, semenjak Wendy dikabarkan hamil. Jeonghan semakin jarang bertemu dengan Seungcheol, beberapa kali Seungcheol datang ke apartment nya. Tetapi hanya sebentar, mungkin 1 atau 3 jam paling lama.

Sejujurnya saja, di hatinya paling dalam ia merasa iri. Tapi bagaimana lagi, hubungannya dan Seungcheol hanya bisa diam di tempat.

"Sudahku bilang, Seungcheol akan segera meninggalkan mu. Bunuh saja Wendy."

Jeonghan menggelengkan kepalanya, suara itu lagi. Entah suara siapa yang berada di kepalanya, tapi itu cukup menganggu.

"Ayo bunuh Wendy, kami akan membantu. Hingga Seungcheol hanya akan jadi milik kita."

"Kalau kamu tidak kuat, biar kami yang lakukan."

"Diam!" Jeonghan memukul kepalanya cukup keras, untuk mendiamkan suara-suara yang ada di kepalanya. Sepertinya ia harus ke pskiater.

Jeonghan kemudian jalan menuju keluar kantor, jam makan siang mendekat. Dan ia sudah ditunggu Seokmin untuk makan siang bersama.

"Hyung!"

"Seok- HMP!"

"JEONGHAN HYUNG!"

***

Y

AK UDAHAN DULU YAAA 🤪🤪🤪
Pindah dulu habis ini mau update yang manis-manis sama sedih-sedih.
Tetep sehat semuanya, jaga kondisi.




Continue Reading

You'll Also Like

703K 62K 45
Diterbitkan oleh Penerbit LovRinz (Pemesanan di Shopee Penerbit.LovRinzOfficial) *** "Jangan percaya kepada siapa pun. Semua bisa membahayakan nyawam...
9.5K 1K 12
Keduanya terikat, sehidup semati. Ketika yang satu hidup, yang lainnya hidup. Ketika yang satu mati, yang lain pun akan mati. Namun kali ini, ceritan...
279K 45.2K 22
ini cerita tentang hyunjin yang tingkat kebucinannya terlampau tinggi terhadap jeongin。
36K 3.4K 33
"Ayo kita hidup dengan damai bersama-sama." β€’ Code 6 : Faded β€’ Inspired by Twilight ⚠️WARNING!⚠️ - BxB - Mature Content - πŸ”žπŸ”ž Main Cast : - Vernon C...