SI HUMORIS

By GalisAdel

14.7K 1.7K 635

✔"ADELLLLL...GIMANA ACARA NYARI WIFINYA" sahil ngegas ✔"Wow...jerry marah" adel ✔"Udah..ributnya?" andi ✔"Kal... More

Pemeran
Hari Pertama Masuk SMA
Hari Ketiga
Hari Libur
Sahil Turnamen
Si Humoris Beraksi
Murid Pindahan
Hari Ulang Tahun Sekolahku
Akhirnya Main Voli
Truth Or Dare
Daftar Ekstra Voli
Bunuh Saja Aku
Masuk UGD
Sembuh
Sahil Diculik
Ujian Kenaikan Kelas
Sahil Ulang tahun🥳🥳
Adel Ultah🥳🥳
Hari Tersantuy
Salah Paham
Sulit Dibujuk
Baku Hantam Ayokk
Ribut
Hari Terparah
Kella Ulang Tahun🥳🥳
Sahil Kecelakaan
Cuek Tapi Merindukan
Fashion Show
Dilanda Gabut
Lucu Tapi Menyebalkan
Happy Sweet Seventeen🥳🥳
Salah Tingkah
Mutia Kembali
Siswi Pindahan :)
Kelicikan Mutia
Masa Terakhir Putih Abu-Abu
Pengumuman Hiatus

Hari Kedua

972 105 28
By GalisAdel

Keesokan harinya, Adel bangun lebih pagi agar bisa melihat Sahil dihukum karena terlambat ke sekolah.

Adel segera pergi ke kamar mandi dan setelah itu mengenakan seragam sekolah dan sarapan.

"Bu, aku mau berangkat dulu ya," pamit Adel kepada ibunya.

"Loh, nak ini baru pukul setengah 6 pagi," jawab ibu Adel.

"Nggak papa. Lagipula lebih awal lebih baik," jawab Adel sambil tersenyum.

"Kenapa nggak berangkat subuh aja?" tanya ibu Adel.

"Insha Allah, Bu. Besok aku akan berangkat subuh," kata Adel.

"Wah, anak ini lama-lama kok jadi begini," ibu Adel heran.

"Hehe, Adel hanya bercanda," ucap Adel sambil mengenakan sepatu.

Adel segera mencari taksi umum. Di perjalanan, Adel memikirkan apakah Sahil akan terlambat ke sekolah.

Setibanya di sekolah, Adel langsung bergegas ke kelasnya.

"Assalamualaikum," sapa Adel.

"Waalaikumussalam," jawab teman-teman Adel.

"Eh, Adel tumben kamu berangkat pagi banget," ucap Kella, sahabat Adel.

"Biar nggak keduluan Sahil," kata Adel.

"Hmm..." Kella hanya menghela nafas.

"Apa ada masalah?" tanya Adel.

"Nggak papa, Del. Cuma waktu SD kamu nggak pernah berangkat sepagi ini," kata Kella.

"Hehe, kemarin malam aku berdoa biar Sahil telat ke sekolah," jawab Adel sambil tersenyum.

"Hah...apa?" Kella terkejut.

"Hehe, ya gitu deh" ucap Adel sambil cengegesan.

"Hmmm..." Kella hanya menghela nafas.

Adel duduk di bangkunya sambil memainkan ponselnya.

Beberapa menit kemudian, bel masuk berbunyi.
Kring kring.

Sahil belum datang, mungkin dia terlambat ke sekolah, dan doa Adel menjadi kenyataan.

Jam pertama sudah berakhir dan Sahil masih belum muncul di depan pintu.

Tiba-tiba, "Assalamualaikum," Sahil menyapa sambil terengah-engah.

"Waalaikumsalam," jawab semua orang di dalam kelas.

"Sahil, kenapa kamu terlambat di hari kedua?" tanya guru di kelas tersebut.

"Telat bangun, Pak," jawab Sahil.

"Kenapa kamu terlambat?" tanya Pak guru.

"Tidur larut malam, Pak," jawab Sahil yang masih terengah-engah.

"Seharusnya tidur lebih awal, kenapa harus tidur larut malam?" Pak guru memarahi Sahil.

Sahil pun terdiam. "Apa yang kamu lakukan hingga tidur larut malam?" tanya Pak guru.

"Bermain game Freefire," jawab Sahil.

"Wah..api gratis," ucap Adel dengan lirih.

"Sebaiknya hapus saja aplikasinya," kata pak guru.

"Wah..sayang pak kalau dihapus," jawab Sahil.

"Kenapa? Apakah Freefire itu pacarmu? Hingga kau bilang sayang," tanya pak guru.

"Bukan pak," jawab Sahil.

"Baiklah, sana duduk di bangkumu," kata pak guru.

"Baik pak," jawab Sahil.

Sahil pun beranjak duduk di bangkunya. "Huh...sama perkedel lagi," kata Sahil.

"Wah..perkedel..kamu bawa perkedel? Wah nanti minta dong," ucap Adel sambil cengengesan.

"Kamu salah dengar kali ya, siapa juga yang bawa perkedel," kata Sahil.

"Santai kali, hil. Nanti cepat tua loh kalau marah-marah terus," kata Adel.

"Kamu aja yang tua," sahil.

"Kita semua akan menua nanti, termasuk kamu juga," adel.

"Ya" balas sahil singkat.

Setelah beberapa jam, seorang anggota osis membagikan selembar kertas pilihan ekstrakurikuler.

Sahil memilih olahraga voli karena dia memiliki hobi bermain voli, sedangkan Adel memilih ekstrakurikuler tari modern atau yang sering disebut Modern Dance karena adel memiliki bakat dance.

"Eh, hil, kamu milih yang mana?" tanya adel pada sahil.

"Lihat saja sendiri" jawab sahil.

"Oh, voli" adel.

"Iya" sahil.

"Ajarin aku voli dong, aku cuma bisa passing bawah" adel merengek minta diajari oleh sahil.

"Kalau ada waktu sih, karena jadwalku juga cukup padat" jawab sahil.

"Hmm, oke deh" adel.

Kring kring *bel istirahat berbunyi*

"Eh.. kamu nggak pergi ke kantin?" tanya Sahil

"Nggak..aku bawa bekal dari rumah" jawab Adel

"Ohh..baiklah" Sahil

"Ada apa? Kamu mau beliin aku perkedel? Terima kasih" ucap Adel sambil tersenyum lebar

"Lah, ni anak masih ingat juga" batin Sahil

"Di kantin mana ada perkedel" Sahil

"Mungkin ada" Adel

"Apa perkedel yang kamu inginkan?" tanya Sahil

"Itu yang isinya ubi ungu bukan kentang" jawab Adel

"Itu namanya timus bukan perkedel" Sahil mulai kesal

"Oh..ya, lupa. Nah, itu yang aku maksud" ucap Adel sambil tersenyum lebar

"Nggak usah, belilah sendiri" ucap Sahil malas

"Hmm..baiklah" Adel

Sahil pun pergi ke kantin dan Kella pun pergi ke bangku Adel untuk makan bersama

"Hei Adel, boleh nggak aku duduk di sampingmu?" tanya Kella

"Boleh, mumpung tiang listrik pergi ke kantin" Adel

"Tiang listrik?" tanya Kella

"Iya, Sahil kan tinggi banget" jawab Adel.

"Hah.., ya nggak tiang listrik juga kali" kata kella.

"Ya mau gimana lagi, masa iya tuh gawangan pintu perasaan tinggi, natap kepala" adel heran dengan tingginya sahil.

"Hmm..bagi kita pintu itu tinggi, tapi bagi sahil tidak" kata kella.

Mereka berdua melanjutkan makan dan sahil pun datang.

"Hmm..kamu duduk aja di sini,  nggak perlu balik ke sana lagi" ucap sahil pada kella.

"Kenapa? Ini tempat dudukmu kan" kella agak bingung.

"Aku males sama adel" ucap sahil sambil melirik adel.

"Wah..akhirnya kamu males juga, biasanya kamu energik, ada apa?" adel memancing emosi sahil.

"Demit dimar" jawab sahil jengkel.

"Mulai tempur nih" kata kella.

"Oke, aku duduk sama lia aja" ucap sahil malas.

"Hmm..oke, pergi sana" sahut adel dan kella.

Kring kring *bel masuk berbunyi*
Waktunya jamkos

Sahil pun beranjak duduk di samping Lia, Lia adalah teman sebangku Kella yang paling genit dengan laki-laki.

Karena Sahil tidak tahu, ia merasa tenang di sana tanpa gangguan dari Adel.
"Eh.. Sahil, kenapa kamu duduk di sini?" tanya Lia.

"Males sama Adel," jawab Sahil.

"Hmmm.. ya udah sama aku aja," kata Lia.

"Yo," jawab Sahil singkat.

"Eh.. Sahil, kamu kok ganteng," rayu Lia Sahil.

"Hmm.." Sahil hanya berdehem.

"Kok hmm doang, senyum dong yang manis," pinta Lia.

Sahil pun menuruti permintaan Lia.
"Ouh.. manis banget," terpukau Lia.

"Biasa aja kali," Sahil curiga.

Sahil pun beranjak kembali ke bangku samping Adel.
"Eh, Hil, mau kemana?" tanya Lia.

"Mau balik," jawab Sahil.

"Kenapa?" tanya Lia.

"Aku nggak mau dengar rayuan dan nggak mood," jawab Sahil dengan nada sinis.

"Oh, maaf," kata Lia.

"Telat," jawab Sahil singkat

"Yah, kenapa gitu?" tanya Lia.

"Nggak penting," ucap Sahil dengan nada tegas.

Sahil pun beranjak meninggalkan Lia dan menyuruh Kella kembali ke bangkunya.
"Kamu balik ke bangkumu aja," kata Sahil.

"Kenapa?" tanya Kella.

"Pokoknya, balik aja sana," Sahil menyuruh Kella kembali ke bangkunya.

"Baiklah," jawab Kella.

"Hmm, kenapa balik ke sini?" tanya Adel.

"Aku lebih suka duduk sama kamu daripada sama Lia," jawab Sahil.

"Hmm, bukannya kamu jengkel sama aku?" tanya Adel.

"Ya, jengkel sih, tapi lebih baik daripada dengar ocehan Lia yang bikin telinga sakit," Sahil menjawab.

"Ciyee, marah ya," kata Adel.

"Hmm, terserahlah," ucap Sahil.

"Aku gelitikin ya kamu," ucap Adel.

"Apaan?" Sahil.

“Mukamu kayak triplek” Adel

"ADELLLLLL" ucap Sahil dengan nada marah.

"Tenang, bro. Tenang," jawab Adel.

Sahil menatap Adel dengan sinis, namun Adel tidak takut.

"Kamu ini kayak kakek sihir," Adel memancing emosi Sahil.

"Diam kamu!" Sahil membentak Adel.

"Apalagi kalau kamu tahu tadi ban motormu aku tusuk sama paku," kata Adel.

"Hah.. paku?" Sahil tidak percaya.

"Iya, paku," jawab Adel sambil menunjukkan pakunya.

"Tidakkk!" Sahil berteriak.

"Tidak apa?" tanya Adel.

"KENAPA KAMU MELAKUKAN ITU?" ucap Sahil dengan suara meninggi.

"Aku cuma ingin lihat kamu merengek," kata Adel.

"Huh.." Sahil.

"Sabar, aku juga pengen lihat kamu jalan kaki sambil menuntun motormu ke bengkel." adel

"Sabar palamu" sahil

Setelah beberapa menit, bel pulang berbunyi karena hari ini pulang lebih awal.
Kring kring

"Selamat jalan, semoga tubuhmu makin langsing." adel

"Awas, ya, del." sahil

"Awas, nanti nabrak pintu."ucap  adel saat sahil hampir terbentur pintu

Bruakk***
"Aduh" rintihan sahil

"Makanya jalan tuh hati-hati." adel

Sahil menghiraukan ucapan adel, dan adel pun pergi meninggalkan sahil.
Sahil menuju parkiran dan mulai menuntun motornya menuju bengkel, setelah itu sahil pulang.

Setelah sampai di rumah, Adel langsung memberi salam kepada ibunya, "Assalamualaikum."

Ibu Adel menjawab, "Waalaikumussalam."

Adel segera pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya dan kemudian makan siang.

"Bu, aku mau tanya," ucap Adel di meja makan.

"Iya, mau tanya apa?" tanya ibu Adel.

"Apa di sini ada kursus olahraga voli?" tanya Adel.

"Hmm.. kayaknya nggak ada, ada apa?" tanya ibu Adel.

"Aku pengen jago main voli," kata Adel.

"Ohh.. di sekolahmu kan ada ekstrakurikuler voli," kata ibu Adel.

"Iya, tapi kalau aku ikut, aku takut diketawain, kan aku belum bisa main voli," ucap Adel dengan sedih.

"Hmm.. minta diajari sama temanmu aja," kata ibu Adel.

“Udah, tapi itu kalau dia punya waktu," kata Adel.

"Hmm.. orang sibuk pasti ada waktu luang," kata ibu Adel.

"Hmm.." Adel hanya berdehem.

Malam telah tiba.
Adel dan orang tuanya makan malam bersama dan kemudian pergi ke kamar. Di sana, Adel memikirkan apakah dia bisa bermain voli suatu saat nanti sebelum akhirnya tertidur.

Keesokan harinya,
Pagi pun tiba. Adel bangun sangat pagi karena hari ini dia memiliki jadwal piket. Tanpa menunggu lama, Adel segera menuju kamar mandi.

Setelah bersiap-siap, Adel pergi ke sekolah menggunakan taksi. Sesampainya di sekolah, dia langsung menuju kelas dan membersihkan ruangan tersebut.

Hari ini, mereka hanya melaksanakan upacara hari pahlawan sebelum pulang.

"Hil, boleh minta nomormu?" tanya Adel.

"Bentar," jawab Sahil sambil mengambil ponselnya.

"Oke, aku catat," kata Adel.

"Save back ya," kata Sahil.

"Oke," jawab Adel.

"Eh, ini nomor WhatsApp kan?" lanjut Adel.

"Iya," jawab Sahil.

"Oh, aku kira nomor Instagram," kata Adel.

"Ya kalik nomor Instagram, ini jelas-jelas aku nunjukin di aplikasi WhatsApp," Sahil menjawab dengan sedikit emosi.

"Santai aja, Hil. Aku kan nggak tahu," kata Adel.

"Hmm..." Sahil hanya menghela nafas.

“Hahem hahem mulu nggak ada kata lain apa?” Adel

"Ya" jawab sahil dengan cuek.

"Subhanallah, dingin banget kayak es" ucap adel.

"Yo" sahil menjawab singkat.

"Yayo yayo, sekali-kali ngomong yang lain" adel meminta.

"Nggak" sahil menjawab.

"Hamdallah" adel.

"Alhamdulillah" sahil.

"Tumben nyambung" adel berkomentar.

"Yo" jawab sahil singkat.

"Yoyo dikasih benang" adel.

"Kalau nggak dikasih benang, mau pakek kawat?" sahil berkata.

"Ya, benar sekali" adel.

"Terserah" sahil.

Bel upacara berdering
Kring-kring

Setelah itu Sahil langsung pulang tanpa sepengetahuan Adel

"Loh..sahil pergi ke mana?" Adel

"Mungkin pulang" Kella

"Hmm..nggak sopan, pulang nggak pamit padahal kalau aku ingin pulang, aku pamit sama Sahil biar nggak  nyariin aku" Adel

"Pede banget, buat apa juga dia mencarimu" Kella

"Ya siapa tahu, rindu leluconku" Adel

"Lelucon? Sahil emosi dengar leluconmu" Kella

"Emosinya naik sampai puncak gunung tertinggi di Papua" Adel

"Aduh, ni anak" ucap Kella heran

Mereka berdua pulang
Adel hanya menghabiskan waktunya untuk mendengarkan musik

Malam pun tiba
Adel langsung memeluk guling kesayangannya lalu tertidur.

Bersambung
Jangan lupa voment
Maaf kalau ada yang ralat

Continue Reading

You'll Also Like

29.5M 1.3M 44
[Story 4] Di penghujung umur kepala tiga dan menjadi satu-satunya orang yang belum nikah di circle sudah tentu jadi beban pikiran. Mau tak mau perjod...
152K 14.8K 103
keseharian keluarga kim manoban
97.2K 7.5K 25
Saat selesai memberi makan seekor kucing dipinggir jalan,Gavin tertabrak motor sehingga para warga membawanya kerumah sakit. saat terbangun,dia dibua...
172K 9.1K 73
Park Jeongwoo yang mau tidak mau harus menerima permintaan kedua orang tuanya, untuk menikahi gadis kecil yang masih duduk di bangku SMA Jeongwoo mem...