"Iya sebentar bu" alana membuka pintunya. Tampak muka ibunya yang terlihat panik.
"Kamu kenapa? Tadi suara siapa"
"Emm...ga papa kok bu, bukan siapa siapa cuma suara tikus"
Rini mendelik curiga. "Suara tikus? Kok kaya suara manusia? Tikusnya bisa ngomong? Nge rintih kesakitan lagi"
Alana langsung menegang. "Emm...iya, it..itu tadi tikus. Ter..terus yang sakit tadi alana...kakinya kejedot lemari gara ngusir tikus hehe" alana tersenyum kikuk.
"Kamu? Kok kaya suara cowok?" Mata rini semakin memicing curiga terhadap alana.
"Bu..."
"Apa? Mau ngelak?"
"Engga bu, tapi..."
"Apa?! Jawab dulu!"
"Ibu lagi masak? Bau gosong"
Rini terbelalak kaget. "Ayam rica rica ibuuuu! Ya ampun!" Rini langsung terbirit birit lari ke dapur.
Alana menghela nafas lega. "Makasih ya Allah"
***
Sedari tadi, aidan tidak bisa menutup matanya. Entah kenapa sekarang pikirannya menuju alana.
Ada sesuatu dalam dirinya yang menyuruhnya untuk menjaga dan membahagiakan alana.
"Apa gua kesono aja ya?" Aidan melihat ke arah jam.
23.15
"Gila aja, kalo gua nekat kesana. Tapi, dari pada gua ga bisa tidur, dan kalo alana kenapa napa gimana?" Aidan langsung beranjak dari kasurnya dan buru buru mengambil jaket dan kunci mobilnya.
Dia mengendap ngendap ke luar kamarnya dan memeriksa keadaan sekitar, takutnya papa dan mamanya masih tidur.
Namun, keadaan sepertinya aman karena seluruh lampu di rumahnya gelap. Dan itu tandanya, mama dan papanya sudah tidur.
Aidan pun segera keluar dan memasuki mobilnya. Ketika sampai gerbang, dia pun menyogok satpam agar tidak memberitahu kepada orang tuanya.
"Pah? Denger suara mobil ga?" Mamahnya aidan menepuk bahu suaminya yang tidur membelakanginya.
"Engga, udah tidur lagi aja mah" papahnya aidan pun tak menggubrisnya dan kembali tertidur.
"Pah, mamah takut ada maling" ujar mamah aidan dengan cemas.
Papahnya aidan berdecak malas. "Yaudah, cek aja sama mamah"
"Ih papah mah! Dimana mana tuh cowo yang nge cek gimana sih!" Mamahnya aidan pun merajuk dan tidur membelakangi suaminya.
"Gitu kek dari tadi" papahnya aidan pun kembali tidur.
***
Aidan memberhentikan mobilnya ketika sudah sampai di rumah alana.
"Kalo gua masuk lewat depan, nanti di omelin lagi sama ibunya alana" gumam aidan.
"Nah, gua ketok aja jendela alana" aidan pun turun dari mobilnya dan mulai menghampiri salah satu jendela.
"Eh, tapi bener ga sih ini jendelanya alana? Nanti kalo jendela bu Rini gimana? Sama aja boong gua" aidan menggaruk tengkuknya bingung harus berbuat apa.
"Oh iya, bego banget lu aidan ga kepikiran dari tadi"
Aidan mengeluarkan ponselnya dan mulai memencet tombol panggil ketika menemukan kontak alana.
Dari tadi alana hanya menangis dan tidak bisa tertidur. Biasanya jam 9 dia sudah terlelap. Tapi entah kenapa sekarang sangat susah untuk hanya sekedar menutup matanya. bukan hanya tidak bisa tidur, alana tidak berhenti menangis sambil memegangi foto kedua orang tuanya yang sudah usang.
Kriiing!
Alana menoleh pada ponselnya yang berbunyi. Dia mengusap air matanya dan mengambil ponselnya.
Alana mengernyitkan keningnya melihat siapa nama penelepon.
"Aidan?" Gumam alana.
Membicarakan tentang aidan, alana jadi mengingat mimpinya waktu sebelum papahnya meninggal. Yaitu, kedua orang tuanya menitipnya pada aidan.
Tanpa berfikir panjang, alana pun mengangkat panggilannya.
"Halo?"
"Alhamdulillah, akhirnya diangkat. Maaf ya lan, aku nelpon kamu malem malem gini. Kamu udah tidur?"
"Belom kok, gua belom tidur"
"Loh? Kenapa? Masih keinget tadi?"
"Siapa sih yang bisa ngelupain dengan segampang itu?"
"Emm...sorry lan, maksud aku..."
"Yaudahlah, lu ngapain nelpon gua malem malem?"
"Aku udah di depan rumah kamu"
Alana membelalakan matanya, dia pun segera menuju jendela kamarnya. Dan benar saja, dia melihat aidan yang tengah berdiri sambil menelpon seseorang, yaitu dirinya.
"Lu ngapain malem malem ke rumah gua?"
"Aku juga gatau, aku tiba tiba kepikiran kamu. Aku ga bisa tidur, akhirnya aku kesini deh"
Alana memperhatikan aidan yang kini mulai menggeplaki tangannya yang tergigit nyamuk.
"Banyak nyamuk ya, sampe bunyi geplakan gitu"
"Emm...ya, sedikit hehe"
"Mending sekarang, lu ke jendela yang lampunya masih nyala"
Aidan mulai celinguk celinguk mencari jendela kamar yang alana maksud.
Setelah menemukannya, aidan pun berjalan menuju jendela tersebut.
Tok tok...
Alana pun membuka jendelanya, dan mematikan sambungan di telponnya.
"Bandel banget sih, pake segala kesini. Udah malem juga"
Aidan berusaha menaiki jendela kamar alana.
"Eehhhh, lu mau ngapain?!"
"Mau masuk lah"
"Gila ya, nanti kalo ada yang liat dikira kita buat maksiat gimana?!"
"Yaelah, lagian aku juga ga bakal ngapa ngapain"
"Ya tapi kan orang mikirnya beda dan"
Aidan menghela nafasnya. "Kamu minggir dulu deh sedikit"
Alana menautkan alisnya. "mau ngapain"
"Minggir dulu aja"
Alana pun menuruti perintah aidan.
Tiba tiba aidan loncat dan langsung memasuki kamar alana lewat jendela.
"AID..."
Baru saja alana ingin berteriak, namun aidan langsung membekap mulutnya.
"Ssstttt! Ketauan nanti"
Alana menghempaskan tangan aidan di mulutnya. "Lagian lu ngapain si main masuk aja?!"
"Yaudah sih gapapa, aku numpang tidur ya" aidan langsung menghempaskan badannya ke kasur alana.
Walaupun kasurnya lebih empuk dari kasur alana, namun entah kenapa kasur alana lebih nyaman terlebih ada wangi alana disana.
"Dan, lu apa apaan sih?!" Alana menarik baju aidan berusaha untuk mengusirnya.
"Gausah di tarik tarik nanti kamu jatoh"
"Bodo amat! Udah sono pergi. Pulang sono! Udah malem juga"
Aidan malah membalikkan badannya, memunggungi alana.
"Ck, daaaannnn!!"
Aidan mengernyitkan keningnya ketika dia memeluk guling milik alana dan merasa ada yang basah di sana.
"Alana nangis lagi?" Gumam aidan yang tidak di dengar oleh alana.
Alana tetep terus berusaha untuk menarik aidan.
"Dan ih, nanti kalo ketauan ibu giman__"
"Lan" aidan membalikkan badannya dan memberikan guling dengan air mata alana kepada alana.
Aidan menatap alana dengan tatapan yang tak dapat alana artikan. Entah kenapa alana takut akan tatapan itu.
"Kalo ngiler tuh yang cakep dikit, sampe banyak gitu bekasnya" ujar aidan tetap dengan muka datarnya dan kembali membalikkan badannya.
Alana membelalakan matanya mendengar pernyataan aidan. "AIDANNNN!!!"
Aidan langsung bangun dan melotot pada alana. "Lan nanti ibu denger"
"Lagian siapa suruh, udah mah main masuk aja terus ngeledek lagi! Balik sono lu" Alana terus menarik tangan aidan.
"Sono balik!"
"Ck, males ah dirumah ga bisa tidur"
Alana terus menarik tangan aidan sehingga...
Brukk!
Alana terjatuh tepat di atas tubuh aidan, aidan malah tersenyum memandangi wajah alana.
"Gua bilang juga apa tar jat__"
Tiba tiba suara pintu alana terbuka dan di barengi dengan suara ibunya.
"Alana kamu bel__" ibunya alana melotot kaget melihat pemandangan yang tidak senonoh di hadapannya.
"ALANAAAA, AIDAAANNN!"
•
•
•
•
•
TBC
monmaap kalo part ini pendek, karena lagi gaada inspirasi:( do'ain aja ya semoga next part bisa dapet inspirasi yang banyak:)