My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA...

By Niyahcomel

5M 269K 17.7K

#HARAP FOLLOW MY AKUN LEBIH DULU YA# 🚫GAK NERIMA PLAGIAT DARI SEGI MANAPUN!! 🚫YANG CUMA MAMPIR CUMA BUAT P... More

🌻PROLOG🌻
🌻MBBIS🌻01
🌻MBBIS🌻02
🌻MBBIS🌻03
🌻MBBIS🌻04
🌻MBBIS🌻05
🌻MBBIS🌻06
🌻MBBIS🌻08
🌻MBBIS🌻09
🌻MBBIS🌻10
🌻MBBIS🌻11
🌻MBBIS🌻12
🌻MBBIS🌻13
🌻MBBIS🌻14
🌻MBBIS🌻15
🌻MBBIS🌻16
🌻MBBIS🌻17
🌻MBBIS🌻18
🌻MBBIS🌻19
🌻All Cast MBBIS🌻
🌻MBBIS🌻20
🌻MBBIS🌻21
🌻MBBIS🌻22
🌻MBBIS🌻23
🌻MBBIS🌻24
🌻MBBIS🌻25
🌻MBBIS🌻26
🌻MBBIS🌻27
🌻MBBIS🌻28
🌻MBBIS🌻29
🌻MBBIS🌻30
🌻MBBIS🌻31
🌻MBBIS🌻32
🌻MBBIS🌻33
🌻MBBIS🌻34
🌻MBBIS🌻35
🌻MBBIS🌻36
🌻MBBIS🌻37
🌻MBBIS🌻38
🌻MBBIS🌻39
🌻MBBIS🌻40
🌻MBBIS🌻41
🌻MBBIS🌻42
🌻MBBIS🌻43
🌻MBBIS🌻44
🌻MBBIS🌻45
🌻MBBIS🌻46
🌻MBBIS🌻47
🌻MBBIS🌻48
🌻MBBIS🌻49
🌻MBBIS🌻50
🌻MBBIS🌻51
🌻MBBIS🌻52
🌻MBBIS🌻53
🌻MBBIS🌻54
🌻MBBIS🌻55
🌻MBBIS🌻56
🌻MBBIS🌻57
🌻MBBIS🌻58
🌻MBBIS🌻59
🌻MBBIS🌻60
🌻MBBIS🌻61
🌻MBBIS🌻62
🌻MBBIS🌻63
🌻MBBIS🌻64
🌻MBBIS🌻65
🌻MBBIS🌻66
🌻MBBIS🌻67
🌻MBBIS🌻68
🌻MBBIS🌻69
🌻EPILOG🌻
🌻X-tra Part🌻
•SQUEL(KELVAN)•
UDAH DI PUB
!!TEST ROMBAK!!
VOTE COVER!!

🌻MBBIS🌻07

69.6K 4.1K 122
By Niyahcomel

Happy reading🌹


Apa yang paling menyebalkan didunia ini selain terjebak berdua sama orang yang paling tidak kita sukai. Tidak! Mungkin kita benci.

Hukuman pertama telah diselesaikan dengan baik. Walaupun diiringi ocehan serta perdebatan tidak jelas.

Kini jam pulang sudah menjemput. Ini kali pertamanya gadis itu berharap bahwa jam pulang tidak akan berbunyi secepat ini. Karna dengan itu, ia harus membersihkan seluruh toilet yang baunya bisa saja bikin orang mau pingsan.

"Ambil pel!" suruh Alle ketus. Saat ini gadis itu tengah membersihkan setiap kaca yang ada dikamar mandi.

Arland mendelik ke arah Alle. "Lo nyuruh gue?!" kata Arland menajam.

Alle pun lantas berbalik dan berdecak kesal. "Terus? Gue nyuruh hantu?"

Arland mendengus. "Ambil sendiri, punya tangan sama kaki kan?" kata Arland memulai berdebat.

Alle memiringkan badannya sedikit."Lo gak liat gue lagi apa?"

Arland kembali mendengus. Ia sangat menyesal karna sudah memuli perdebatan dan akhirnya ia yang akan selalu kalah.

"Oke!" ketus Arland kemudian berjalan menuju keluar.

Alle mengulum senyum sekilas. Kapan lagi ia bisa membuat laki-laki itu menurut.

Tak lama kemudian Arland pun kembali dengan gagang pel ditangannya. Wajahnya sangat datar tampa ekspresi. "Ini ngepelnya gimana?" tanya Arland benar-benar tidak tau.

Alle lantas terganga kecil. "Ya di pel aja, ribet banget." kata Alle melanjutkan aksi bersih-bersihnya.

"Gue gak bisa! Ajarin!" ketus Arland melempar gagang pel itu ke lantai.

"Niat gak sih lo?" ujat Alle juga ketus.

"Gak! Makanya jangan nyuruh gue. Gue gak bisa!" kata Arland protes.

Alle menggeram. "Nih liat!" kata Alle mengambil sabun khusus pel dan menecerkannya dilantai. Gadis itu pun lantas memperagakan orang yang sedang mem-pel.

"Bisa kan?" kata Alle menghentikan aktivitasnya.

"Hmm." gumam Arland mengambil alih gagang pel itu dan mengepelnya dengan asal-asalan.


Alle yang melihat itu bergumam tidak jelas. "Bisa ngepel yang bener gak sih?"

"Berisik! Masih untung gue mau pel nih lantai." ujar Arland tersulut.

Tidak mau membuat ribut kembali gadis itu kembali melanjutkan aktivitasnya.

Tak terasa sudah hampir sejam mereka berada diruangan cukup besar ini. Dan kini hari pun mulai gelap. Arland sudah menyelesaikan tugas pelnya yang tidak karuan dan sekarang laki-laki itu sedang ke gudang mengembalikan sapu dan pel yang mereka pinjam.

Sedangkan Alle lantas masuk ke salah satu bilik toilet kala mendengar suara percikan air didalam sana.

"Kok bisa bocor?" kata Alle setengah kaget kemudian berjongkok tepat dihadapan kram yang terus saja mengeluarkan air.

Gadis itu sudah bersusah payah menyumpalnya dengan kain bekas yang ia ambil dari ruang kamar mandi, namun airnya tetap saja keluar.

Mendengar derap kaki. Alle yakin itu pasti Arland. "Arland tolong, krannya bocor!" teriak Alle menjauhkan diri dari kran itu.

"Kenapa lo bocorin?" kata Arland berlalu masuk.

Alle melotot. "Bocor sendiri bego! Perbaiki gih!" kata Alle menunujuk kran itu.

"Ck, gitu aja gak bisa! Nyusahin." gumam Arland diakhir kalimatnya.

Arland pun mulai berjongkok dan memegang kran itu, memutarnya sedikit demi sedikit.

"Bisa gak?" tanya Alle mendekat, menggeser sedikit tubuh Arland dan ia pun ikut berjongkok didepan kran itu.

"Susah, beli yang baru aja nanti." kata Arland datar. Ia terus berusaha menyumpal kain bekas Alle tadi. Awalnya berhasil, namun sedetik kemudian....

Blashh!!

"Eh anjirr!!" pekik Alle menghalau pancuran air itu yang menyembur ke arah mereka berdua. Kedua remaja itu serempak menutupnya dengan keduanya tangan mereka, namun itu percuma air sudah membasahi mereka berdua.

Arland dan Alle sama-sama basah. Tubuhnya kini kuyup seketika guyuran kran itu.

"Sialan!" desis Arland mengusap rambutnya yang basah.

"Basah kan." omel Alle melotot ke kran itu. Walaupun bukan krannya yang salah, tapi tetap saja Alle kesal karna baju seragamnya yang basah dan mencetak tank top hitam yang ia pakai.

"Biarin aja, nanti gue hubungin satpam buat benerin." ujar Arland berdiri, mengusap rambutnya yang lepek akibat tadi.

Saat Arland ingin beranjak. Matanya tak sengaja melirik baju Alle yang nampak tembus pandang. Ia pun bergidik acuh kemudian melenggang pergi.

Alle menggerutu disepanjang jalan koridor yang sudah sangat sepi. Yang gadis itu pikirkan bukan lagi bajunya yang basah dan menampilkan cetakan tubuhnya. Melainkan bagaimana ia pulang nantinya.

Pasalnya lagi dan lagi ponselnya kehabisan daya. Ingatkan ia nanti untuk men-charger selalu ponselnya sebelum pulang sekolah nanti.

"Ya Allah, taksi mana sih?" gerutu Alle harap cemas. Bagaimana pun ia tetap takut jika harus sendirian dilingkungan sekolah yang sudah sepi ini.

Seketika ingatannya berputar pada saat ia bersama cowok menyebalkan itu. "Dasar cowok! Cariin taksi kek apa kek, anter pulang kek." gerutu Alle komat-kamit sendirian.

"Lo ngatain gue?"

Alle refleks menoleh dengan tatapan terkejutnya. Ia pikir laki-laki itu sudah pulang, tidak tahunya kini berada dibelakangnya dengan tatapan tajamnya.

"Gak! Ge'er banget gue ngomongin lo." ketus Alle melipat tangan didada dan itu semakin mencetak bagian dadanya.

Arland menyunggingkan senyum sinisnya. "Udah ketahuan masih aja ngeles." cibir Arland menaikan resleting jaketnya kemudian menaiki motor ninja yang sudah kapan ada disamping laki-laki itu.

Alle lantas membuang muka. Hawa dingin lantas menyerbu, sepertinya hujan kali ini akan turun. Terlihat dari gumpalan awan yang tadinya putih cerah kini berganti hitam

"Ngapain lo liatin gue?!" sentak Alle menatap Arland sinis. Walaupun ia fokus kejalanan, tapi sudut matanya masih bisa melihat tatapan laki-laki itu yang mengarah ke arahnya.

"Naik." bukannya menjawab. Arland malah menujuk jok belakangnya yang kosong.

Benarkah?

"Gak!" nyatanya ego lebih menang dari pada segalanya.

Arland berdecih. Gadis keras kepala ini masih saja mementingkan gengsinya.

"Gue tawarin sekali lagi kalau lo gak mau beneran gue tinggal!" ancam Arland serius.

Alle lantas memberenggut kesal. "Gue gak pake helm, lo mau kita ditangkep polisi." ujar Alle ternyata mengkhawatirkan itu.

"Bodoamat, itu derita lo." ketus Arland memakai helmnya.

Alle melotot seketika. "Heh--eh-eh tungguin!" teriak Alle kalang kabut saat motornya Arland hampir melaju meninggalkannya.

"Ck, makanya buruan! Gengsi di gedein." ujar Arland sedikit mengomel. Setelah Alle naik, Arland langsung melajukan motornya cepat.

"Apa?! Ini semua juga gegara lo tau!" rutuk Alle duduk di jok belakang motor itu dengan ogah-ogahan. Jika ada pilihan, ia lebih baik memilih pilihan itu dari pada ikut bersama cowok yang paling menyebalkan ini.

"Maksud lo?!" ketus Arland melirik dikaca spion.

"Kalau aja lo gak ngomong asal kita gak bakalan dihukum! Dan gue gak harus ikut pulang sama lo." cerocos Alle ketus.

"Berisik! Masih untung gue baik mau anter lo pulang." kata Arland sedikit lelah, bagaimana bisa mereka berdua selalu berdebat.

"Ya haruslah! Kan lo yang u--Arland sialan! Pelanin motornya woy!" teriak Alle refleks memeluk leher Arland erat. Ingar leher! Bukan pinggang laki-laki itu. Alle pun mempererat lingkarannya dileher Arland, namun sedikit erat. Persis seperti cekikan.

"Lepas!" sentak Arland menyentak kedua tangan Alle dengan tangannya.

"Siapa suruh ngebut hah? Lo lupa, kalau lo lagi bawa nyawa orang!" omel Alle nyaring ditelinga laki-laki itu.

"Lo mau bikin telinga orang budek hah?!" teriak Arland kala merasakan telinganya yang sedikit berdenyut akibat teriakan Alle.

"Ap--"

Citt!!

Alle lantas menubruk punggung lebar Arland akibat laki-laki itu mengerem mendadak. Membuat Alle ingin sekali mengumpati kasar laki-laki itu.

Namun rasa marah itu lantas lenyap kala melihat beberapa polisi yang tengah berpatroli. Dan lebih sialnya lagi salah polisi itu menghampiri mereka.

"Selamat sore," sapa polisi yang masih terlihat muda. Bisa ditebak umurnya hanya 20 ke atas.

"S-ore pak," Alle terpaksa menjawab akibat Arland yang memilih bungkam.

"Kenapa gak pake helm? Dan tadi kenapa ngebut-ngebut dijalanan," kata polisi sedikit ramah. Kata-katanya sedikit menasehat. Apalagi tatapannya lembut kepada Alle.

Modus! Cibir Arland dalam hati.

"Butuh ktp sama kartu SIM saya?" celetuk Arland membuyar lamunan polisi itu terhadap Alle.

Polisi itu sedikit gelalapan kemudian mengangguk.

Arland pun membuka dompetnya dan memberikannya. Sekilas Alle terlihat tegang, ia takut nantinya mereka ditangkap.

"Land, kita gak bakal ditangkep kan?" bisik Alle kecil.

Arland pun membelokkan wajahnya. Dan seketika hidung mereka bersentuhan. "Kalau ditangkep lo yang gue kasih." kata Arland santai.

"Sialan lo!" kata Alle menoyor dahi Arland pelan.

Saat Arland dan Alle saling cekcok tidak jelas. Pak polisi pun lantas mendongak dan bersuara.

"Semuanya lengkap. Namun, ada perlu yang harus diperhatikan lagi saat berkendara.... "

Arland mendadak tuli karena pak polisi itu berceramah tentang kesdisiplinan berkendara. Dan lebih sialnya lagi, Alle malah mendengarkannya dengan baik hatinya.

Merasa ini tidak kunjung selesai. Apalagi tatapan pak polisi itu mengarahkan pada bagian dada Alle yang mencetak bagian lapisan gadis itu.

Merasa kesal, Arland langsung menarik kedua tangan Alle dan melingkarnnya ke pinggangnya.  Dan langsung melaju motornya dengan kecepatan tinggi membuat Alle hampir memekik kencang.

"Arland lo gila! Kita bisa ditangkep polisi!" teriak Alle mengomel. Namun, tangannya masih saja melingkar di pinggang Arland.

"Diem atau gue ngebut!" ancam Arland semakin memicu kendaraannya brutal.

"Pelanin!" ketus Alle sedikit pelan. Ia tidak mau Arland semakin cepat dan membuatnya jantungan dibelakang sini.

Seolah hilang ingatan. Alle masih saja melingkarkan tangannya dipinggang Arland. Laki-laki itu juga tidak protes dan hanya terus memicu motornya.

Rintik-rintik hujan kian terasa. Mau tak mau Arland harus melajukan ninjanya dengan cepat, kalau tidak mereka akan basah kuyup nantinya.

"Belok," kata Alle mengintruksi arah rumahnya.

Saat sampai dipekarangan rumah Alle, hujan akhirnya mengguyur. Arland pun terpaksa memasukan motornya ke dalam pekarangan rumah Alle dan meletakan motornya didepan bagasi mobil merah itu.

"Astaga sayang, kamu kehujanan?" itu suara Alisha. Wanita paruh baya itu langsung saja berlari keluar saat mendengar suara sepeda motor guna melihat siapa yang datang.

"Dikit, bun." jawab Alle mengusap lengannya dingin.

"Temen kamu?" tanya Alisha meneliti sosok laki-laki tampan didepannya ini. Arland yang merasa pun lantas tersenyum tipis kemudian ia bersiap pergi. Ia tidak peduli akan hujan mengguyur dirinya nanti.

"Eh, neduh dulu. Masih hujan." kata Alisha lembut.

Arland menggeleng pelan. "Gak usah, tan." tolak Arland halus.

"Panggil bunda aja, biar lebih akrab." kata Alisha ramah. Setiap temannya Alle selalu ia peringati seperti itu.

"Bun," protes Alle nampak tidak suka.

Alisha menggeleng tidak menerima protesan. "Neduh dulu, temennya Alle kan? Ayo masuk dulu. " ajak Alisha kemudian.

Alle menghela nafas kasar. Salah kah ia mempunyai ibu super baik seperti ini.

Arland terasa tersentuh. "Arland balik aja, tan. Takut dicariin." ujar Arland lembut. Padahal tidak sama sekali, jangankan mencarinya. Mengkhawatirkannya saja itu rasanya mustahil.

Kala mendengar itu Alle sedikit tercengang kecil. Dengan ibunya saja, laki-laki itu sangat lembut.

Alisha menggeleng. "Bunda." protes Alisha menatap Arland.

Arland lantas terkekeh kecil. "Arland pulang, tan..eh, bun." kata Arland kikuk. Ia merasa tidak terbiasa akan panggilan baru itu.

Alisha menghela nafas pelan. "Yaudah, kalau gitu hati-hati." ujar Alisha penuh perhatian.

Arland pun mengangguk kemudian memasang helmnya lagi. Menekan klakson pelan, kemudian ia melaju dengan kencangnya.

"Temen kamu sayang?" tanya Alisha saat mereka berdua masuk ke dalam rumah mereka.

"Bukan, bun." jawab Alle cepat.

Kening Alisha sedikit berkerut. "Kok bisa pulang sama dia?" tanya Alisha heran.

"Terpaksa bun, itu juga semua gegara dia aku pulang telat." oceh Alle masih kesal.

"Dia orangnya baik, ganteng lagi. Bunda suka." celetuk Alisha terkekeh pelan.

Alle lantas mendengus. "Bunda gak tau aja orangnya kek gimana nyebelin, biang onar, suka bikin rusuh dan dia waktu itu hampir aja mau bantin--"

Alle lantas terdiam. Ia terlalu bersemangat menyebutkan kejelakan Arland sampai ia hampir aja membongkar sesuatu.

"Bantin? Bantu atau banting?" kata Alisha membuyar lamunan Alle.

"Bukan apa-apa, bun." ujar Alle menghela nafas kasar.

Melihat wajah kusut anaknya, Alisha seketika terkekeh. "Oh, jadi dia yang mau banting kamu?"

Mata Alle seketika membola. "Gak!" kata Alle langsung.

"Gitu amat reaksinya. Bunda udah tau dari Mika sama Safira," kata Alisha mengusap rambut Alle.

"Dasar temem ember, awas aja." gumam Alle geram.

Alisha menggelengkan kepalanya seraya tertawa kecil. "Nanti ajak dia kesini lagi ya," ujar Alisha.

Alle paham maksud dia itu adalah Arland. Si laki-laki yang paling menyebalkan.

"Bunda suka sama dia?" cecar Alle menodong sang ibu.

"Kalau bunda gak inget umur sih, pasti udah bunda deketin." kata Alisha membuat sang anak melotot seketika.

"Becanda sayang, mending dia sama kamu." kekeh Alisha lagi.

"Alle gak suka. Yaudah, Alle pamit ganti baju dulu." kata Alle beranjak.

"Karna suka sama Rangga?" celetuk Alisha membuat langkah kaki Alle terhenti.

"Gak dua-duanya!" jerit Alle berkabung malu kemudian langsung berlari menuju kamarnya.

•••

Seolah tidak pernah bosan, laki-laki itu terus-menerus meneguk minuman keras itu sehingga tenggorokannya terasa panas.

Suara dentuman yang sangat nyaring itu sama sekali tidak mempengaruhi laki-laki yang tengah setengah mabuk itu. Pikirannya kalut, saat sore tadi sang ayah memarahinya. Jadi, ditempat inilah tempat pelariannya.

"Man, c'mon!" teriak salah satu teman Arland yang melambaikan tangannya kepada Arland, menyuruh laki-laki itu untuk ikut bergabung bersama mereka di dance floor.

Arland tidak menggubris, fokusnya hanya pada botol vodka yang ia minum.

"Viola," desis Arland tanpa sengaja. Ingatannya kembali berputar pada satu tahun silam.

"Kenapa semuanya kek gini, hah?!" benar saja, laki-laki itu kini sudah sepenuhnya mabuk. Terlihat dari ia meracau dan menyebutkan nama yang sama berkali-kali.

"Land udah," Varel tiba-tiba datang dan merebut botol kaca itu dan meletakkannya.

"Balikin!" bentak Arland marah.

"Lo udah mabuk! Berhenti minum!" bentak Varel balik. Demi apapun ia tidak suka dengan Arland sekarang yang lebih mudah emosi dan melampiaskannya dengan mabuk.

"Sialan gue gak suka di atur!" teriak Arland membanting botol kaca itu sehingga tak berbentuk lagi.

Varel tidak heran lagi. Baginya, ia sudah biasa melihat Arland amuk seperti ini.

"Woww.. Kayanya lagi ada yang ngamuk." suara itu lantas membuat Arland menoleh dan mengepalkan tangannya erat. Walaupun ia mabuk, tapi kesadarannya masih waras untuk mengenali siapa pemilik suara itu.

"Pergi, gak usah bikin masalah!" tegas Varel masih bisa menetralkan emosinya.

Alex tidak mengindahkan. Laki-laki itu kini malah tersenyum miring. "Sebegitu kacaunya lo setela--"

"Shut up!" sela Arland membentak dengan tatapan tajamnya.

Alex menyunggingkan senyum sinisnya. "Semuanya belum berakhir asal lo tau." desis Alex seketika menggeram.

Arland yang setengah linglung pun lantas menarik kerah baju Alex kasar. "It's over! Dan semua itu karna lo!"

Bugh!

"Itu semua karna lo! Kalau aja lo Keyra gak suka--"

Bugh!

"Lo salah paham sialan!"

Bugh!

"DARI MANANYA GUE SALAH PAHAM?!!" teriak Alex menggema.

Pukulan demi pukulan kian terdengar nyaring. Sampai teman-temannya Arland sudah terlebih dahulu bergerak.

"Woy! Woy, udah!" lerai Edo menengahi.

"Bajingan ini yang mulai!" gertak Arland marah.

"Diem lo brengsek!!" amuk Alex memberontak.

"Udah! Mending lo pergi deh!" usir Galang sedikit nyaring karna suara musik yang terus saja menggema.

Alex lantas melepaskan cekalan itu kasar. "Gue tunggu besok!"

"Dendaman banget tuh orang," komentar Ben menggeleng tak habis pikir.

Arland menatap Alex datar. Baginya tidak ada yang perlu disesali saat kejadian itu.

"Arland lo mau kemana?!" teriak Panji nyaring.

"Udah di butuh waktu," sahut Varel menepuk pundak Panji sekilas.

Semuanya pun bubar. Membiarkan Arland berlalu dengan emosi yang memuncak.































TBC!!

Samlekom..... Holaa masih ada yang stay gak? Kalau masih komen dong, kan author pengen tau😂

Maafin selalu ngaret ya:) walaupun hari libur, tapi pekerjaan rumah tetep gak libur😂

Vomentnya jangan lupa ya😙❤

Salam hangat dari si tukang halu🤗

Continue Reading

You'll Also Like

549K 44K 29
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
2.3M 235K 58
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
847K 73.1K 46
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
4.2M 249K 61
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...