[ON HOLD] Dear, My Duke

By ghostwriterx_

1K 107 32

Anneth Adelaine Stone, anak kedua Earl of Harrington, dikirim ke sekolah semi-swasta pada masa itu. Tak pedul... More

Chapter 1
Chapter 1.1
Chapter 2
Meet The Character(s)! | part 1
Chapter 2.1

Chapter 3

100 11 2
By ghostwriterx_

Happy reading ❣️

"Anda ingin meminta bantuan saya?" Tanya Profesor Auguste.

Lady Anneth mengangguk, "Tolong jadikan saya asisten Anda," pinta Lady Anneth.

"Apa?!" Tanya Profesor Auguste tidak percaya.

"Ini mungkin terdengar sedikit absurd tapi tolong jadikan saya asisten Anda, profesor," ujar Lady Anneth.

Tatapan Profesor Auguste menyisir berbagai sudut ruangannya sembari memikirkan respon yang tepat atas permintaan lady di hadapannya saat ini. Lady Anneth menatap lekat profesor muda itu.

"Sebuah kehormatan bagi saya apabila Anda menjadi asisten saya, My Lady. Tapi saya tidak bisa menerima permintaan Anda tersebut," ujar Profesor Auguste.

"Bolehkah saya tahu alasannya, profesor? Ah, apa mungkin karena saya baru tiga hari berada di sekolah ini?" Tanya Lady Anneth.

"Ya dan alasan lainnya," ujar Profesor Auguste to the point.

"Saya akan memberikan Anda uang yang cukup besar, profesor," ujar Lady Anneth.

"Bukan seperti itu cara kerjanya, My Lady," ujar Profesor Auguste. "Apa alasan Anda ingin menjadi asisten saya? Bukankah banyak profesor lainnya yang lebih hebat dari saya?" Lanjutnya.

Lady Anneth menggeleng, "Anda lebih hebat, profesor. Anda sangat muda, tetapi bisa setara dengan profesor lainnya yang sudah tua. Alasan saya? Saya ingin belajar dari anda, profesor."

"Maaf mengatakan ini, tetapi saya bahkan belum tahu kemampuan Anda," ujar Profesor Auguste.

"Benar, saya memang baru tiga hari masuk--" ucapan Lady Anneth terpotong.

"Baiklah, Anda bisa datang lusa," ujar Profesor Auguste.

"Maaf?" Tanya Lady Anneth memastikan.

"Saya akan menguji kemampuan Anda lusa, My Lady," ujar Profesor Auguste.

"Maaf profesor, tetapi saya bahkan belum mendapatkan materi cukup penuh--" sekali lagi, ucapan Lady Anneth terpotong.

"Saya tidak ingin asisten saya tidak mempunyai kemampuan apapun, Lady Anneth," ujar profesor Auguste.

"Baiklah. Saya akan datang kembali besok," ujar Lady Anneth mantap. Ia pun langsung pamit kepada empunya ruangan lalu beranjak dari tempat itu.

Setelah keluar dari ruangan profesor Auguste, Lady Anneth beranjak menuju perpustakaan. Ia ingin mengambil beberapa buku dari sana.

"Apa yang harus aku pelajari? Apa aku harus kembali dan bertanya tentang materi yang akan diujikan?" Gumam Lady Anneth pelan.

Saat berada di perempatan koridor, Lady Anneth bertemu dengan Lord Pettersham. Ah dan juga Lord Devonshire. Dan itu membuatnya sedikit tersentak.

"Anneth, apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Lord Pettersham.

"Astaga kakak, kau membuatku kaget," ujar Lady Anneth sembari memegang dadanya. Lord Pettersham terkekeh kecil.

"Apa yang kau lakukan di sini, adikku?" Tanya Lord Pettersham.

"Ah, aku akan ke perpustakaan meminjam beberapa buku," ujar Lady Anneth.

"Bukankah kau ada kelas saat ini?" Tanya Lord Pettersham.

"Ah ya itu... Bagaimana ya aku mengatakan? Itu aku--" ucapan Lady Anneth terpotong.

"Membolos?" Sahut Lord Pettersham.

Lady Anneth membuang nafasnya dengan kasar lalu mengangguk.

"Wow, adikku nakal juga ya," ujar Lord Pettersham.

"Tapi aku tidak sendiri kok kak. Ada Thomas dan juga Mizuki," ujar Lady Anneth cepat-cepat.

"Hmm apa? Thomas juga? Dia yang mengajakmu ya? Hmm... Sudah kukatakan padamu kan, jangan berteman dengannya. Buruk sekali," ujar Lord Pettersham.

"Tidak. Bukan dia yang mengajak, melainkan aku. Meskipun tidak sepenuhnya sih," ujar Lady Anneth.

"Kalau begitu, kau harus ikut denganku, Anneth," ujar Lord Pettersham.

"A-apa? Tidak. Aku akan ke perpustakaan. Aku ingin meminjam beberapa buku dari sana," ujar Lady Anneth.

"Tidak ada penolakan. Kau bisa ke perpustakaan setelah ikut denganku," ujar Lord Pettersham kekeuh.

"Baiklah," ujar Lady Anneth pasrah.

Di tengah perjalanan, Lady Anneth berbicara dengan kakaknya.

"Kak, apakah kau pernah menjadi asisten profesor di sini?" Tanya Lady Anneth.

"Hmm, entah kenapa aku tidak tertarik dengan itu. Jadi tidak. Kenapa?" Tanya Lord Pettersham.

"Tidak apa-apa," jawab Lady Anneth.

"Tidak. Jawab dengan jujur, ada apa?" Tanya Lord Pettersham sekali lagi.

"Jadi tadi aku mengajukan diri sebagai asisten dari Profesor Auguste, tetapi harus diuji dulu. Nah mungkin saja kakak pernah mengajukan diri juga, kan kakak bisa sharing tentang materi apa yang diujikan," ujar Lady Anneth.

"Tunggu, siapa tadi profesornya?" Tanya Lord Pettersham.

"Profesor Auguste. Kenapa kak?" Tanya Lady Anneth.

"Apa? Kau yakin, Anneth?" Tanya Lord Pettersham. Lady Anneth mengangguk.

Lord Pettersham mendekatkan bibirnya ke telinga Lady Anneth lalu berbisik pelan, "Profesor itu sangat pelit."

"Apa? Pelit?" Tanya Lady Anneth sedikit keras.

"Hssstttt... Jangan keras-keras. Apa gunanya aku berbisik?" Ujar Lord Pettersham kesal.

Lady Anneth mendekat lalu berbisik, "Pelit? Apa yang kakak maksud dengan pelit?"

"Banyak sekali yang mendaftar menjadi asisten profesor itu. Namun tidak ada yang pernah jadi. Bahkan anak terpandai di sekolah ini gagal jadi asistennya," ujar Lord Pettersham.

Lady Anneth tampak kaget, "Benarkah?" Tanyanya. Lord Pettersham mengangguk.

Di samping Lord Pettersham berdiri Lord Devonshire yang sedari tadi menatap kakak-beradik di sebelahnya. Rencana awal sih mereka, Lord Devonshire dan Lord Pettersham akan ke School Room mereka, tetapi berhubung bertemu dengan Lady Anneth jadinya ia mengikuti sahabatnya, Lord Pettersham.

Sebenarnya cukup terkejut melihat Lady Anneth yang ternyata merupakan adik sahabatnya. Rasa penasaran Lord Devonshire pun terjawab sudah tentang segala hal yang berkaitan dengan adik Lord Pettersham yang selalu sahabatnya bicarakan dimana pun dan kapan pun.

"Baiklah," kata Lady Anneth semangat yang berhasil membuat Lord Devonshire tersentak dari lamunannya.

"Apa?" Tanya Lord Pettersham.

"Aku akan semangat dan memahami semua materi dengan baik. Intinya aku tidak akan menyerah," ujar Lady Anneth.

"Apa?" Tanya Lord Pettersham memastikan.

"Aku akan menaklukan Profesor Auguste," ujar Lady Anneth semangat.

"Huh. Kau benar-benar bertekad kuat ya, Anneth. Baiklah, kalau misal butuh bantuan, hubungi aku," ujar Lord Pettersham.

"Omong-omong kita akan ke mana? Tadi perasaan sudah lewat sini. Kok muter-muter aja sih?" Tanya Lady Anneth.

"Aku sengaja mengulur waktu supaya waktu berjalan cepat. Toh, sebentar lagi akan bel," ujar Lord Pettersham.

"Hah, dan akhirnya pun kita membolos," sahut Lord Devonshire.

"Wow, aku terkejut kau berbicara. Kukira di sebelahku ini patung berjalan," ujar Lord Pettersham lalu menyengir. Lord Devonshire menatap tak percaya pada sahabatnya itu.

Benar-benar. Baik kakak maupun Adik, sama saja., batin Lord Devonshire.

"Oh omong-omong, kak," ujar Lady Anneth sedikit berbisik lalu mendekatkan diri ke Lord Pettersham. "Apakah Duke Devonshire itu teman kakak?"

Lord Pettersham mengangguk, "Ya. Ada apa?"

"Bukan apa-apa," jawab Lady Anneth.

Seperti ucapan Lord Pettersham, bel pun berbunyi. Lalu setelah itu, mereka bertiga pun beranjak menuju ke Profesor Albert, profesor yang mengajar kelas Lady Anneth, untuk meminta maaf.

"Anda baru masuk beberapa hari yang lalu dan sudah berani membolos?" Profesor Albert menghela nafas. "Baiklah, saya akan memaafkan perilaku Anda kali ini saja. Mohon untuk tidak diulangi," ujar Profesor Albert sekali lagi.

"Terima kasih, Profesor," ujar Lady Anneth. Setelah itu, ia beranjak dari ruangan tersebut.

Lady Anneth keluar dengan perasaan dag dig dug. Saat telah di luar ruangan, ia tidak melihat kakaknya sama sekali.

"Dimana kakak?" Tanyanya pada Lord Devonshire.

"Dia ada urusan mendadak," jawab Lord Devonshire.

Lady Anneth mengangguk lalu menatap lekat Lord Devonshire, "Maaf tapi mengapa Anda tetap berada di sini, My Lord?" Tanya Lady Anneth.

"Saya akan mengantar Anda," jawab Lord Devonshire.

"Ah ti-tidak. Itu tidak perlu. Saya bisa sendiri," ujar Lady Anneth.

"Tidak apa-apa. Lagipula tidak baik bagi seorang gadis bangsawan untuk sendirian, bukan begitu?" Tanya Lord Devonshire.

"Ini kan di sekolah," ujar Lady Anneth.

"Tidak ada penolakan, My Lady," ujar Lord Devonshire.

"Baiklah," ujar Lady Anneth singkat.

Mereka pun menuju ke College Hall untuk jam minum teh.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 131K 73
(Bakal direvisi kalo authornya gak males.) Selena, seorang perempuan nolep yg pinter, dia ber transmigrasi ke tubuh seorang antagonis di buku novel...
521K 77.9K 108
"Became the Most Popular Hero is Hard" adalah judul novel yang saat ini digemari banyak pembaca karena memiliki visual karakter dan isi cerita yang m...
BITTER TRUTH [END] By Angel

Historical Fiction

9.2M 1.1M 91
"Buktikan bahwa bukan kau yang meracuninya dengan pedang ini" ucap Duke Hevadal dengan wajah yang sedingin dinginnya pada putri kandungnya sendiri El...
16.3K 1.8K 167
On Going Author: 鹿时七 [Intrik Istana + Kasih Sayang + Tidak Murni Suci + Pahlawan Berfokus pada Karirnya] Pada hari pertama transmigrasinya ke harem k...