FLASHDISK

By mgicdyyya

4.2K 413 220

[HARAP VOTE DAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ADA YANG LEBIH BERAT DARI RINDU, YAITU IKHLAS ***** Saziya, siswi SM... More

Saziya Alexandra Nugraha
Adyaksa Widya Ananta
PROLOG
Flashdisk || 1. Makanan misterius
Flashdisk || 2. Minimarket
Flashdisk || 4. Putus
Flashdisk || 5. Jangan sedih
Flashdisk || 6. Tak terduga
Flashdisk || 7. Sapu tangan

Flashdisk || 3. Si misterius lagi

163 39 20
By mgicdyyya

Jadilah semalam Saziya diantar Aksa pulang jalan kaki. Karena nyatanya, lelaki itu tak membawa kendaraan. Saziya menyuruhnya mampir barang sebentar, tapi Aksa menolak karena kemalaman.

Syukurlah. Kan cuma basa-basi doang. Andai Aksa beneran mampir, gak masalah juga. Tapi ujung-ujungnya malam itu juga, Saziya pasti bakal ada di persidangan papa yang menatapnya tajam seolah ingin meleburkannya dengan sinar laser yang tiba-tiba keluar dari mata Alex. Mirip Power Rangers gitu.

Laknat banget bapak sendiri dikatain Power Rangers.

Gak papa. Jadi Power Rangers itu, rasanya seperti anda menjadi Iron Man. Abaikan!

Sebelum masuk kelas, Saziya lebih dulu menuju koridor tempat dimana loker para murid berjajar membentang. Ia ingin mengambil topi upacara, karena sekarang Hari Senin yang selalu rutin melakukan ritual pagi sebelum pelajaran.

Alisnya nyaris tertaut ketika mendapati benda asing di bawah topinya. Kotak makan plastik pink.

"WHAT?!"

Hampir semua pasang mata melihat Saziya yang tiba-tiba menjerit tak tau kondisi. Ia tersenyum canggung, menggaruk tengkuk yang tak gatal, mengangguk meminta maaf. Kemudian diambil dan dibukanya kotak itu perlahan, setelah kondisi di koridor normal kembali. Isinya sandwich dan susu coklat. Apa-apaan ini? Dan jangan lupakan juga sticky notes di balik tutup.

Di makan, biar lo gak pingsan pas upacara...

Saziya tak habis pikir dengan semua ini. Bagaimana bisa tau kalau Saziya belum sarapan, kalau ini lokernya, dan kenapa ini bisa ada di dalam? Kan kuncinya ia yang pegang.

Saziya menatap sekitar. Semua terlihat sibuk dengan urusannya masing-masing. Trus, siapa yang ngasih dia beginian? Mendadak bulu kuduknya meremang.

Tak habis pikir. Maksud orang itu apa, sih? Kalau niat ngasih, ya kasih aja. Gak bakal Saziya tolak, kok. Ngapain nolak rezeki. Heran dah. Mana kotaknya warna pink. Dua kemungkinan yang Saziya pikirkan saat ini.

Kemungkinan pertama, kalau yang kasih ini cewek, maksudnya apa? Lesbi, kah? Hiyy... Amit-amit, dia masih normal kali. Kalau sesama jenis kan biasanya suka langsung ngasih.  Kedua, kalau cowok, apa otaknya belok? Ngasih pake kotak warna pink. Yang pasti dua-duanya nyeremin. Saziya tidak pernah merasa punya secret admirer.

"Mbak, ngapain masih disini?" Saziya berjingkat kaget. Tak lama tangannya terarah untuk menggeplak kepala Karina yang tiba-tiba muncul.

Ia mengacungkan kotak bekal itu di depan wajah Karina, yang memasang wajah tak mengerti.

"Gue dapet makanan misterius lagi. Kira-kira dari siapa, ya?"

"Ah masa, sih? Ada nama pengirimnya gak?"

"Ya nggak, lah. Kalau iya gue gak bakal nanya lo, bambank!"

"Yeu, sans kali gak usah ngegas."

Saziya meringis. "Kok gue malah takut, yah? Ini kali pertama dapat beginian. Berasa di teror."

Karina menjentikkan jarinya. "Laporin aja ke pihak yang berwajib."

"Lo kira apaan pake lapor polisi? Mau masuk hukum?"

Karina berdecak. "Maksud gue laporin aja ke BK kek, Osis gitu."

"Gak perlu, lah. Sepele doang."

"Jangan dimakan dulu, Zey." Karina menahan tangan sahabatnya yang hampir menggigit roti misterius itu.

Saziya menatap Karina, sebelum beralih menatap lamat-lamat isi kotak bekal itu. Tak ada yang istimewa. Tapi kenapa hatinya malah berkata sayang, makanan dibuang.

"Kenapa? Kalau dibuang nanti ayamnya mati," alibinya. Mendadak teringat kata-kata mama yang selalu memarahinya dulu karena tak menghabiskan makanan.

"Emang lo punya ayam?"

"Ada, di kulkas," ujar Saziya, tersenyum manis.

Karina memutar bola matanya. "Kalo itu mah, udah takdir dia buat mati."

"Kok masih disini, dek?"

Dua bersahabat itu pun langsung menoleh ke belakang. Seniornya sedang memegang penggaris kayu panjang, yang biasa di gunakan untuk mengahajar anak-anak dakjal yang tak mematuhi aturan.

"Eh, Kak Shiela. Ini juga mau ke lapangan, ambil topi bentar. Hehe..." Saziya meneguk ludah susah payah, ngeri melihat penggaris itu.

Shiela justru tersenyum manis, membuat Saziya dan Karina bernapas lega. "Yaudah, cepetan ya." Setelah itu ia pergi berlalu. Mencari mangsa sebelum bel upacara berbunyi.

"Eh, buset. Kak Shiela serem amat, tapi manis. Eh, eh. Woi!"

Karina tak mengindahkan ucapan Saziya, menariknya menuju lapangan kalau tidak mau kepergok guru piket.

*****

Masih bergeming di tempatnya. Menatap layar ponsel yang menampilkan roomchat nya dengan seseorang. Hanya itu yang Aksa lakukan sejak tiga puluh menit yang lalu.

Pesan singkat kemarin malam belum dibalas atau pun dibaca. Hatinya gundah. Rasanya, menunggu dari kemarin sepulang sekolah tidak ada gunanya. Tidak ada yang berubah meski ia mengirim pesan beberapa kali.

"MERANAAA....MERANAAAA... HATIKUUU TERASA MERANAAA...."

Betrand merentangkan tangannya, memasang kuda-kuda, lalu bergerak-gerak mirip cacing kepanasan sambil menyanyikan lagu milik Koes Plus.

Usahanya sia-sia, karena Aksa tetap pada posisi, menghiraukan Betrand yang mendengkus sebal. Ia berjalan mendekat, memiting kepala Aksa dengan ketiaknya.

"Percuma lo tunggu, gak bakal di bales juga. Mending ngantin kuy."

Aksa menoleh. "Kok lo tau?"

"Ya taulah. Orangnya lagi gak masuk. Ayo elah, lama amat." Tanpa meminta persetujuan, Betrand lebih dulu menyeret pergelangan tangan Aksa.

Suasana kantin tampak ramai. Jam kosong mengantarkan mereka semua kesini, membahagiakan para bapak ibu kantin yang bersedia melayani kapan saja.

Di depan sana, Reyhan melambaikan tangan heboh. Sudah stand by duluan dengan Kian disampingnya.

"Lama amat lo berdua. Gue sama Kian keburu lumutan nungguin disini," sambut Reyhan, begitu Aksa dan Betrand mendaratkan pantat di depannya.

"Kalo orang galau auranya beda. Gue jadi harus pasang strategi ngajak dia kesini."

"Bacot lo!" kesal Aksa.

"Galau kenapa lagi? Lo ditinggalin, hah?! Kalau emang takdirnya ditinggalin, ngapain dipertahanin." Reyhan berucap, mengaduk-aduk es jeruknya.

"Gausah sotoy!"

"Ya mangap, gausah ngegas. Putusin, gebet yang lain kuy. Kayak gue nih, liat nih ye."

Reyhan bangkit, berjalan mendekati dua orang siswi di meja depan warung Bang Keke. Tanpa rasa malu, ia langsung duduk di sebelah siswi berambut sebahu.

Aksa memperhatikan dari jauh, kupingnya dipasang semaksimal mungkin. Kian membuang muka, malu dengan tingkah Reyhan yang nggak ada habisnya. Betrand, anak itu sudah ngacir duluan, tau-tau ada di belakang Reyhan. Siap-siap menimpali dengan jokesnya.

"Halo Rin, cantik amat hari ini." Reyhan menopang dagu, mengamati gadis disampingnya.

Siswi berambut sebahu yang diketahui namanya Arin, menoleh risih. Mengamati Reyhan dari atas sampai bawah. "Siapa lo? Gue nggak kenal lo."

"Ah, masa sih nggak kenal. Padahal baru kemarin kita ketemu, lho," goda Reyhan. Betrand cekikikan.

"Kemarin? Kemarin gue ketemu siapa, ya? Oh, lo yang minta amal di rumah gue itu kan?"

Reyhan terbatuk-batuk, keselek ludah sendiri. Menyambar minum di atas meja. Bodo amat punya siapa.

"Emang dia kemarin dateng minta amal di rumah lo, ya?" tanya Betrand. Bermaksud memojokkan Reyhan.

"Iya. Seingat gue, kemarin gue cuma ketemu tukang amal. Mukanya mirip banget sama dia." Arin menuding Reyhan tepat di depan hidungnya. "Bawa map plastik sambil ileran."

Aksa terkekeh dengan pernyataan jujur Arin. Kian memutar bola matanya lagi dan lagi, tak habis pikir.

"Wah, bener banget, tuh. Dia kan hobinya ngiler." Tawa Betrand semakin meledak, menerima pelototan dari Reyhan.

"Jangan samain gue sama tukang amal, dong. Masa ganteng gini dikatain tukang amal." Tak mau menyerah. Reyhan kembali tebar pesona dengan menyugar rambutnya kebelakang.

"Ganteng apaan. Muka mirip simpanse dibilang ganteng."

Lagi-lagi Reyhan tersedak. Kesal dengan gadis di depannya yang kelewat jujur, saking jujurnya jadi pingin ngucap istigfar. Dia memilih menyerah, kembali duduk di sebelah Kian, diikuti Betrand.

"Sialan! Tuh cewek rese banget!"

"Menurut gue nggak tuh, dia kan ngomong jujur," jawab Betrand.

"Apa lo? Bukannya bantuin gue malah belain dia."

Reyhan mengomel riuh rendah, sampe bibirnya monyong-monyong mirip platipus.

"Kayak ibu-ibu kompleks lo, ngomel mulu. Gue traktir, pesen aja sono!" Perkataan Aksa langsung disambut antusias oleh dua temannya.

"Beneran nih, Sa? Yan, pesenin gih." Reyhan tersenyum sumringah, menepuk pundak Kian.

"Pesen aja sendiri," jawab Kian tak acuh.

"Dih, gak setia kawan si batu. Mulai sekarang lo bukan temen gue lagi. Ogah gue temenan sama triplek," cibir Reyhan.

"Siapa juga yang mau temenan sama lo?"

"Buset, ngabis bon cabe berapa botol lo?"

"Gue aja yang pesen. Kelamaan kalian berdua." Betrand langsung ngacir menuju warung Bang Keke.

"Bang ke. Mau pesen, dong," ucapnya lantang.

Seketika, seluruh perhatian murid disitu, terarah padanya. Betrand mengerjap-erjap polos.

"Bang ke!"

Lagi-lagi mereka semua menoleh Betrand dengan pandangan tak suka.

"Apa liat-liat? Mau gue colok tuh mata?" ancamnya. Mereka langsung sok sibuk memesan, seolah tak mendengar. Betrand mengalihkan pandangannya pada Bang Keke yang masih menunggu maksud kedatangannya. "Bang saya mau pesan. Mmm... menu disini apa aja, ya?"

"Mie goreng ada, nasi goreng ada, gorengan ada, seblak ada, ayam goreng ada, teh tarik, teh panas, es teh, es jeruk. Mau yang mana?" ujar Bang Keke dalam satu tarikan napas. Kalau boleh jujur, kenapa nggak jadi rapper aja?

"Banyak banget ya, bang?" Betrand mengelus-elus rahangnya.

"Jadi mau pesen apa?"

"Sebentar dulu ya, bang. Karena saya sultan, jadi saya pingin tau dulu totalan semua menu di warung abang."

"Wah, boleh sekali itu." Bang Keke nampak berbinar menghitung semua harga menu di warungnya menggunakan kalkulator. "Semuanya empat puluh ribu."

"Yaudah deh, bang. Saya pesen buat temen-temen saya disitu. Itu yang lagi bersinar-sinar. Gorengan lima ribu, sama es teh empat. Nanti uangnya saya kasih cash, soalnya saya nggak bawa kredit. Terima kasih," ucap Betrand penuh wibawa. Kemudian berjalan bak seorang raja meninggalkan Bang Keke yang memasang wajah judes di balik dagangannya.

Bang Keke mendelik sebal. "Anjir, sok nanya-nanya totalannya berapa. Taunya cuma pesen gorengan sama es teh. Biadap! Tukang php." umpatnya.

TBC...

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 136K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
5.9M 389K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
453K 49.6K 22
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
5.4M 394K 55
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...