Bahasa Indonesia - Last Chapt...

By Cyrena0819

34.1K 4.3K 427

Character : Krist/Singto Genre : Crime/Drugs Deskripsi: Krist bertemu dengan seorang pria yang merupakan pen... More

Chapter One - His Name
Chapter Two - Sandwich Day
Chapter Three - Secret Shelter
Chapter Four - Special Lunch
Chapter Five - The Banana's Story
Chapter Six - The first Chapter
Chapter Seven - Falling With You
Chapter Eight - The Bad Day
Chapter Nine - The Promise
Chapter Ten - Unplanned Date
Chapter Eleven - One Step Closer
Chapter Twelve - The Second Chapter
Chapter thirteen - An Accident
Chapter Fourteen - Farewell
Chapter Fifteen - Love Sign
Chapter Sixteen - Rescue Plan
Chapter Seventeen - Interrogation Part
Chapter Eighteen - Jail of Love
Chapter Nineteen - Jail of Love part 2
Chapter Twenty - The Ship has Sailed
Chapter Twenty One - Full Date
Chapter Twenty Two - Project Plan
Chapter Twenty Three - Treasure Hunt
Chapter Twenty Four - Unfold the Scheme
Chapter Twenty Five - The Witness's Story
Chapter Twenty Six - Final Investigation
Chapter Final - Epilogue

Chapter Twenty Seven - Last Chapter of Our Story

1.2K 132 19
By Cyrena0819

Tee langsung melesat ke depan mencoba menghentikan Pakorn dan berteriak emosi.

"Lepaskan kakakku! Kau akan dipenjara min 20 tahun jika membunuh seseorang!" ancam Tee.

"Apakah kau mengatakan itu untuk dirimu sendiri?"

"Apa maksudmu?!" Tee mengepalkan tangannya emosi.

"Dia benar!" Kane menginterupsi. "Kau tidak perlu melakukan ini, selain itu kau adalah seorang dokter, profesimu adalah menyelamatkan orang, bukan?"

"Lalu siapa yang akan menyelamatkanku? Apakah kau akan melepaskanku?"

"Tidak..." Kane tampak menyesal. "Tetapi aku bisa membantumu meringankan masa hukuman, percaya padaku..."

"Tidak perlu!" tukas Pakorn. "Tapi kau bisa membantuku untuk memenjarakan pria di depanku ini seumur hidup, atas kejahatan yang telah dilakukannya, seperti...merencanakan pembunuhan dan penculikan..."

"Hentikan omong kosongmu!!!" bentak Tee. 

"Oh, seandainya kau lupa, apa yang ayahmu lakukan pada putrinya sendiri, apa hal yang tidak manusiawi yang kalian sembunyikan di rumah sakit, kau mencoba menghancurkan sampah dengan membakar seluruh tong sampah, namun bau busuk masih bisa tercium..."

Tee syok dan bertanya – tanya bagaimana Pakorn bisa mengetahui catatan criminal yang dilakukan ayahnya di masa lalu.

"Apakah kau mulai ketakutan?" Pakorn menyeringai.

"Dengar, kau bisa dipenjara jika menuduh tanpa bukti..." ujar Kane memancing respon Pakorn, ia teringat ucapan Kwang soal bukti yang dicuri oleh Pakorn.

"Bagaimana jika aku punya bukti yang mendukung kesaksianku?" balas Pakorn. "Apakah aku bisa menggunakannya sebagai tiket bebas?"

Tee membelalakkan matanya dan tidak bisa mempercayai apa yang didengarnya, sekarang ia menyesali kebodohannya telah memberi tahu Pakorn tentang kakaknya, dan curiga serta khawatir apakah Pakorn benar-benar memiliki bukti seperti yang dikatakannya.

Sementara, Singto memindai seluruh ruangan untuk mencari Krist, dan terakhir matanya berhenti pada Kwang yang berusaha menoleh ke belakang, seakan hendak menunjukkan sesuatu.

Singto memindai setiap inci bangunan hotel di belakang Kwang dan Pakorn, dan akhirnya ia berhasil menemukan Krist di atap gedung, namun tiba - tiba ia terbelalak kaget, ketika menyadari seseorang sedang mengarahkan senjata ke arah mereka.

"Tiarap!!!" teriaknya.

.

.

.

BANG!!!

Sebuah peluru menembus bahu kanan Pakorn saat ia hendak menoleh ke belakang, dan otomatis membuat tubuhnya terdorong ke depan sesaat, sebelum jatuh ke belakang sambil menarik baju Kwang.

Tee dan Kane langsung melesat ke depan bersamaan untuk menyelamatkan Pakorn dan Kwang sebelum jatuh, Tee berhasil menarik lengan Kwang dan mendorong Pakorn, sementara Kane segera memungut tali di lantai dan melemparkannya pada Pakorn.

Beruntung Pakorn berhasil menyambut tali yang dilemparkan Kane dan bergantung disisi luar gedung.

Si penembak hendak melancarkan aksinya lagi, dan untungnya seorang anggota polisi berhasil menembak dan membunuhnya seketika.

Singto yang telah mengetahui lokasi Krist, langsung melesat ke hotel bersama Sandwich dan Ham untuk menyelamatkannya. Ia bersama para polisi bergerak ke atap gedung hotel dan dihadang oleh orang – orang Throngphasom.

Singto dengan mudah melumpuhkan semuanya dibantu oleh polisi, namun saat mencapai atap dan hendak membuka pintu, tiba - tiba saja aksi heroiknya berhenti oleh suara gongongan Ham, ia pun membeku seketika dan menoleh pada anjing tersebut dengan bingung.

Ham menggongong beberapa kali sebelum duduk dan memandangnya lurus. Singto tiba – tiba mendapat firasat buruk, namun ia segera mengenyahkan perasaan tersebut, lalu memutar knob untuk membuka pintu.

Dan benar saja, pada saat pintu dibuka, ia melihat seseorang hendak mendorong Krist dari gedung, melihat itu Singto langsung melesat seperti anak panah untuk menghentikannya. Orang itu seraya mengacungkan senjata ke arahnya hendak menembak.

Tiba – tiba dari belakang, Ham berlari kencang melewati Singto, melompat ke arah penjahat tersebut dan menerkamnya. Bersamaan dengan itu, terdengar suara tembakan dan kursi yang di duduki Krist terdorong ke depan, terjatuh dari gedung.

Singto pucat seketika menyaksikan Krist jatuh di depan matanya, ia bisa mendengar suara kursi yang hancur menghantam tanah dibawah. Singto segera memanjat pagar pembatas dan melihat ke bawah.

Betapa leganya ia saat tidak melihat Krist di antara puing – puing kursi, sebaliknya ia mendapati seutas tali yang terikat di sebuah tiang dan terhubung dengan Krist, yang sedang berayun di sisi luar gedung seperti Pakorn.

Singto seraya meraih tali dan berusaha menarik Krist ke atas, tidak lama polisi pun tiba dan segera membantunya. Sementara Ham tertembak di bagian dadanya untuk melindungi Singto dan mengalami pendarahan serius.

Tidak butuh waktu lama, Krist berhasil di tarik ke atas dan polisi segera melepaskan ikatannya. Sementara Singto kembali syok saat mengetahui Ham tidak bisa di selamatkan karena peluru mengenai jantungnya.

Ia kemudian teringat, Ham baru saja mengucapkan selamat tinggal padanya beberapa saat yang lalu, dan ia tidak ingin mempercayainya. Pandangan Singto menjadi kabur oleh air mata saat memandang Sandwich sedang berbaring di sisi temannya sambil terisak, seakan sedang berduka

Sementara di sisi lain....

Sebelah tangan Pakorn sedang berusaha meraih dokumen yang berhamburan keluar dari jasnya dan bertebaran di udara, semantara tangan yang lainnya berpegangan kuat pada tali.

"Yang bukan milikmu, tidak akan pernah menjadi milikmu, meskipun kau berusaha menangkapnya!" ujar Kane dari atas, dan bertanya - tanya dokumen apakah itu.

Pakorn meringis kesakitan sesaat sebelum mengangkat wajahnya melototi Kane, darah segar tampak mengalir menuruni lengannya dan menetes ke bawah mengenai secarik dokumen di tanah.

"Seperti halnya kau tidak bisa menangkapku?" Pakorn menyeringai dan menambahkan. "Aku sering mendengar pepatah yang mengatakan bahwa hidupmu berada di tanganmu sendiri, kini aku setuju dengan hal itu..."

"Kau tidak berpikir untuk main bungee jumping mengukur tinggi gedung ini, bukan?" Kane masih sempat bercanda, meskipun keringat mengucur deras dari kepalanya. "Aku bukan dokter, dan aku tidak bisa menyusun kembali tulangmu jika berserakan..."

"Tidak perlu repot – repot, kau cukup memasukkannya ke tungku, menghancurkannya dan menebarnya di sungai..." balas Pakorn sambil tertawa di sela – sela kesakitan. "Aku lebih baik mati dari pada dipenjara..."

"Aku tau..." potong Kane. "Tetapi...jika kau mati sekarang, maka perjuanganmu kabur dari camp dan hidupmu selama lebih dari dua puluh tahun tidak akan ada artinya..." Kane berkata dengan nafas terengah - engah. "Kau...akan mati...dengan membawa penyesalan, sementara musuhmu akan tersenyum dan mungkin akan berterima kasih di depan makammu..."

Pakorn menunjukkan eskpresi terkejut oleh ucapan Kane, begitu juga dengan Tee yang menguping di belakang.

"Aku sangat benci padamu, kau selalu bertindak menjadi pahlawan meskipun semuanya berusaha menjatuhkanmu..." Pakorn mengganti topik. "Apa yang kau dapatkan dengan berdiri di jalan kebenaran? Kau bahkan tidak bisa membuktikan dirimu tidak bersalah atas tuduhan penculikan Kongpob dan kematian kakek Rojnapat..."

"Kau benar, aku memang tidak mampu, namun setidaknya aku tau bahwa aku tidak melakukannya, tidak perduli apapun yang dipikirkan orang lain..." cengkraman Kane mulai kendor, dan tangannya mulai berdarah. "Tetapi, Pakorn...aku tidak membencimu...sebaliknya aku sangat menghormatimu...apapun yang kau lakukan, aku selalu percaya bahwa kau memiliki alasan untuk melakukannya..."

"Kau tidak benar- benar mengenalku, Kane..." Pakorn tertawa menyeringai. "Jadi jangan berpura – pura menaruh simpati padaku...."

Sebelum kemari, Kane mendapatkan informasi bahwa Pakorn mencalonkan diri pada pemilihan presiden direktur Perusahaan Kasetsin, ia menguasai total 25% saham perusahan, yang terdiri dari 5% diberikan oleh Throngphasom dan 20% saham gabungan yang ia beli diam - diam dari seluruh pemegang saham di perusahaan, jika ditambah dengan 20% saham Nakhun maka ia memiliki jumlah saham terbanyak dengan total 45% hak suara, sementara Tee 40% dan Throngphasom 15%.

Kini ia percaya bahwa uang bisa merubah seseorang dan menjadikan seseorang kehilangan akalnya.

"Kau benar, aku memang tidak mengenalmu, tetapi...setidaknya aku tahu bahwa kita adalah keluarga..." Kane mengganti topik. "Minggu depan adalah ulang tahun putrimu May, apakah kau ingin ia berkabung untukmu pada hari ulang tahunnya?"

Ekspresi Pakorn berubah seketika saat membayangkan wajah putri8nya, kelopak matanya mulai berair dan pandangannya mulai kabur, ia lalu memejamkan mata sejenak dan setetes air mata mengalir keluar dari sudut matanya.

Tiba – tiba saja Pakorn dan Kane yang mendengar suara tembakan dari arah gedung hotel dan seraya menoleh untuk melihat apa yang terjadi. Jantung Kwang hampir melompat keluar dari dadanya saat melihat Krist jatuh, selanjutnya menghembuskan nafas lega saat melihat Krist berhasil diselamatkan.

Sementara itu, Tee hendak mengambil kesempatan untuk mendorong Kane, untungnya seorang polisi menyadarinya dan seraya mengacungkan pistol ke kepalanya, menyuruhnya berhenti sebelum ia sempat bertindak.

Polisi pun segera memborgol tangannya dan membantu Kane menarik tali.

Pakorn terenyak seketika dan menyadari tali bergerak, namun ia tidak melepaskan pegangannya. Setelah bersusah payah akhirnya Pakorn pun berhasil di tarik ke atas.

Pakorn dan Krist langsung di larikan ke rumah sakit, begitu juga dengan Ham. Sementara Tee ditahan karena hendak melakukan percobaan pembunuhan di TKP, bersama pelaku penculikan yang di ringkus di hotel.

Polisi akhirnya menggebrek kediaman Throngphasom setelah menginterogasi para saksi dan menetapkannya sebagai tersangka.

Kane akhirnya berhasil memaksa Pakorn untuk menyerahkan bukti berupa dokumen data transkasi narkoba dan data informasi imigran yang ia sembunyikan selama lebih dari dua puluh tahun.

Pada data transaksi tercantum detail data identitas imigran beserta foto, jenis narkoba yang dibawa korban, nama pembeli, detail tanggal pengisian dan dikeluarkannya narkoba dari tubuh korban, serta detail pembayaran dan nomor rekening.

Throngphasom, Tum Kasetsin dan sejumlah pejabat juga tercantum dalam daftar nama pembeli. Sebagian pejabat pada daftar tersebut telah di ringkus oleh Suthiluck, dengan bantuan informasi yang diberikan oleh Pakorn termasuk Tum Kasetsin.

Namun Pakorn tidak menyebutkan soal eksploitasi manusia oleh Kasetsin, karena selain tidak memiliki bukti, ia juga akan langsung dicurigai. Kane juga tidak menyerahkan Throngphasom karena ia membutuhkan bantuan pria itu untuk mencapai tujuannya, di tambah lagi Throngphasom tertarik pada adiknya.

Pakorn juga menceritakan bahwa ia mendapatkan identitas Pakorn dari sebuah mayat yang ia temukan mengambang di sungai Mekhong, setelah mengambil identitas korban ia kemudian mengikat mayat korban dengan batu dan menenggelamkannya.

Selain Pakorn, Kwang juga memberitahukan koordinat asli lokasi ekor helikopter, dari sana polisi menemukan bangkai ekor yang masih utuh, di dalamnya tersimpan peti yang berisi emas dengan logo bank Kasetsin yang diukir di atasnya, selain itu mereka juga menemukan black box yang berisi rekaman pembicaraan pilot dari cockpit, namun yang membuat polisi heran kenapa signal pada black box tersebut tidak terlacak saat pencarian.

Pakorn dan Kwang pun dihadirkan ke rungan sidang sebagai saksi kasus penyelundupan narkoba dengan mengeksplotasi manusia pada tahun 1992, kasus kecelakaan helikopter CH-29 tahun 1994, dan kasus penculikan Kongpop Suthiluck tahun 2005.

Di persidangan, Hakim meminta Kwang bersaksi tentang pengalamannya selama berada di camp, termasuk detail eksplotasi imigran oleh para mafia dan Kasetsin, serta menunjukkan tato yang merupakan bukti perbudakandan dan kekejaman mafia.

Selain itu, ia juga diminta menceritakan kejadian ledakan helikopter untuk dicocokkan dengan rekaman black box.

[Flashback]

Helikopter Ch-29, tahun 1994...

Suthiluck adalah orang pertama yang menyadari padamnya lampu indicator CVR dan FDR (Blackbox), ia merasa curiga dan berinisiatif menyalakan manual recorder. Tidak lama, tiba – tiba terdengar tembakan dari ruang cargo, Nattakan segera pergi memeriksa apa yang terjadi dan menemukan dua orang anggotanya sedang mengeksekusi mati para sandera yang bersembunyi di dalam peti emas.

Nattakan berusaha menghentikan apa yang terjadi dan terlibat pertengkaran keduanya. Saat itu Nakhun masih bersembunyi di salah satu peti yang terletak di bagian ekor helikopter.

"Akulah yang akan bertanggung jawab dalam misi ini! Berani sekali kalian menembak sandera tanpa perintah dariku?!" Nattakan memperingatkan mereka.

"Kau jelas tau kita tidak diijinkan membawa pulang seorang sandera pun, apakah kau ingin melanggar instruksi?!" tantang seorang tentara dengan nada tinggi pada Nattakan. "Kau akan membuat kita semua mendapatkan sanksi militer, aku tidak ingin kehilangan pekerjaan karena ini!!!"

Nattakan membungkam mulutnya seketika dan melirik pintu ke ruangan lain sejenak, ia mendapat perintah rahasia dari Kasetsin untuk menyelamatkan sandera bernama Aung Yi dan tidak membongkar identitas wanita itu.

"Aku adalah seorang tentara, dan tugasku melindungi negara dan warga sipil, apakah aku salah jika menyelamatkan sandera?"

"Mereka bukan warga sipil, mereka adalah imigran gelap!"

"Tetapi mereka adalah manusia!"

"Sebagai tentara kita tidak boleh menunjukkan rasa kemanusiaan di medan perang!"

"Tetapi ini bukan medan perang!"

"Perintah tetaplah perintah, aku tidak akan mengabaikan hal itu!"

"Akulah yang memberi perintah disini!" tukas Nattakan.

"Well, maaf... tapi kami hanya menerima perintah dari Throngphasom..."

"Kau bilang apa?!"

Kedua tentara langsung melancarkan serangan pada Nattakan, ketiganya terlibat perkelahian menyebabkan salah satu tentara tertembak sementara yang satunya terluka. Sementara itu, Nakhun mengintip dari tempat persembunyiannya dan melihat seorang tentara yang lain sedang mengaktifkan bom waktu, kemudian ia mengenakan parasut dan bersiap – siap membuka pintu cargo untuk melompat.

Sialnya, tiba – tiba saja lampu indicator emergency berbunyi, dari ruang cockpit terdengar seruan 'Mayday' berulang- ulang. Badan cabin helicopter mulai berguncang, dan pintu cargo yang terbuka setengah tiba – tiba menutup kembali dengan sendirinya.

Tentara yang hendak melarikan diri itu berusaha untuk memaksa keluar namun tersangkut, ia pun melemparkan tas ransel yang di bawanya dan mencoba lagi. Sialnya, tubuhnya terjepit di antara pintu otomatis itu dan tewas seketika.

Nakhun pun segera keluar dari tempat persembunyiannya, memungut ransel dan berlari ke ruang tengah untuk memberitahukan pada Nattakan soal bom. Namun saat ia membuka pintu, tiba – tiba seorang tentara yang terluka menyanderanya, sementara Nattakan mengarahkan pistol ke arah mereka.

Sesaat sebelum bom meledak, Nattakan langsung melepaskan tembakan yang tepat mengenai kepala tentara itu dan membunuhnya seketika.

Begitu bebas, Nakhun segera berlari ke arah Nattakan, namun sialnya kakinya tersandung dan terjatuh, sementara ransel di tangannya terlempar ke arah Nattakan.

Pada saat yang bersamaan, terdengar suara ledakan dari arah belakang, tubuh Nattakan terlempar ke belakang, sementara bagian ekor dan setengah dari badan helikopter terpisah dari kepala dan jatuh ke sungai. Ia bersusah payah bangun dan kembali ke cockpit, dan Suthiluck menyerahkan parasut padanya. Ia segera mengenakannya dimana kondisi helicopter meluncur dengan kecepatan maximum karena dorongan ledakan, dan keduanya berhasil melompat keluar sebelum helicopter jatuh.

[End of Flashback]

Hakim memeriksa barang bukti yang berasal dari ransel, yaitu berupa tiket kapal tujuan Hongkong dengan shedule sehari setelah kecelakaan, passport, check sejumlah 300 ribu Baht dengan tanda tangan Throngphasom, senjata api dan sejumlah uang tunai.

Selanjutnya, Pakorn bersaksi tentang kronologi penculikan Kongpob Suthiluck yang di rencanakan oleh Tee Kasetsin dan Throngphasom. Ia juga mengakui turut meresepkan narkoba berbentuk cair yang di campur ke dalam pengharum mobil.

Saat melewati terowongan, ketiga orang di dalam mobil kehilangan kesadaran perlahan – lahan, kecuali satu orang yang mengenakan masker. Orang itu membuka pintu dan mendorong supir keluar dari mobil, lalu mengambil alih kemudi sebelum menghentikan mobil.

Sialnya, supir meninggal saat terjatuh dari mobil, pelakupun mengambil pistol Kane dan menembak supir yang sudah meninggal, menjadikan Kane sebagai kambing hitam. Selanjutnya sebuah mobil tiba, selanjutnya mereka memindahkan Kongpob dan Kane ke mobil tersebut.

Kasetsin menuduh Nattakan bersekongkol dengan Kane menculik Kongpob, ditambah bukti sejumlah uang yang di transfer ke rekening Nattakan. Menanggapi hal tersebut, Nattakan pun mengajukan diri untuk bergabung dalam misi untuk menyelamatkan Kongpob.

Namun ia mencurigai motif Kasestsin dan menghubungi petani ganja, setelah mendapatkan informasi para penculik Kongpop, iapun merencanakan penculikan Kongpop dari tangan penculik sekaligus menggantikan posisi Kane.

Beberapa saat sebelum dirinya tertembak, Nattakan menyadari seseorang yang mencurigakan bersembunyi di antara barisan polisi dan sedang berancang – ancang hendak menembak.

Nattakan berpikir, jika pelaku menembak dirinya, maka Kane akan dituduh sebagai pembunuh, dan jika pelaku menembak Kane, maka seluruh perngorbanannya berpura – pura menjadi penjahat akan sia -sia.

Ia pun memutuskan pilihan terakhir dalam daftar rencananya, lalu memberi signal pada kapal nelayan yang berhasil menyelamatkan Kongpop dan sedang mengintai dari kejauhan untuk merebut kredit terlebih dahulu. Dengan demikian, ia berhasil menggagalkan seluruh rencana pelaku dan membebaskan Kane dari tuduhan.

Di akhir persidangan, hakim memutuskan empat orang narapidana, yaitu Throngphasom, Pakorn, Tum dan Tee Kasetsin atas kasus penyelundupan narkoba, pengeksploitasian manusia, pembunuhan berencana dan penculikan.

Throngphasom dan Tum Kasetsin di vonis hukuman seumur hidup, Tee Kasetsin di vonis 10 - 15 tahun penjara dan Pakorn 5 tahun penjara. Selain sebagian asset pribadi Throngphasom dan Kasetsin disita sebagai denda, mereka juga kehilangan title dan jabatan di pemerintahan.

---------------------------------------------------------------------------------------

Setelah semuanya berakhir, Singto dan Krist membawa Sandwich ke gedung sekolah untuk mengunjungi Ham. Singto memutuskan untuk menguburkan jasad sahabatnya itu di tempat dimana ia menemukannya pertama kali.

Setelah meletakkan bunga dan sekeranjang besar makanan kesukaan Ham, Singto dan Krist pun bersama – sama berlutut dan berdoa agar Ham bisa terlahir kembali sebagai manusia.

Pada saat sedang berdoa, tiba – tiba saja Krist mendapatkan notifikasi live dari ponselnya. Ia pun meng-unlock screen ponselnya dan terkejut saat menyaksikan siaran langsung Nakhun Kasetsin di sebuah stasiun televisi local.

Krist pun segera memperlihatkan acara tersebut pada Singto.

Nakhun mengadakan konferensi pers dengan ditemani oleh Kane, selain untuk menjawab rasa penasaran wartawan atas tragedy yang menimpa keluarganya dan suaminya, ia juga mengumumkan bahwa putranya masih hidup, namun ia tidak berharap wartawan mengganggu hidup putranya sehingga ia tidak memberitahukan siapa dan dimana putranya saat ini.

"Pertama – tama aku ingin mengucapkan terima kasih pada seluruh teman – teman wartawan dan media telah bersedia hadir disini." ujar Nakhun menyapa seluruh tamu yang hadir.

Para pencari berita seakan tidak punya tata krama, langsung menyerbunya dengan pertanyaan bertubi – tubi, mulai dari kasus, kehidupan pribadi sampai hal – hal yang sensitive, seperti apakah alasannya bercerai dari Suthiluck ada hubungannya dengan Throngphasom, apakah ia menyesal dengan keputusan tersebut, dan apakah Kongpob adalah putra Thongphasom.

Namun Nakhun berusaha mengelak dari pertanyaan yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik konferensi pers. Ia terlihat begitu tegar dan tenang menjawab seluruh pertanyaan media dengan lancar dan tanpa gugup sama sekali.

Sebelum menutup konferensi pers, Nakhun mengumumkan sesuatu yang membuat seluruh televisi gempar. Pertama – tama, ia meminta maaf pada dirinya sendiri sambil membungkuk dan membuat semua yang hadir bingung dan bertanya – tanya apa yang ia lakukan.

Setelah itu, ia menunjukkan dua lembar bukti DNA matching antara dirinya dan Kwang dengan Tee Kasetsin sebagai sampel uji, dan hasilnya menunjukkan bahwa ia dan Kasetsin sama sekali tidak ada hubungan darah, sebaliknya Kwang.

Nakhun mengakui bahwa ia bernama asli Aung Yi dan merupakan imigran gelap yang berasal dari Myanmar dan pernah bekerja di keluarga Kasetsin, namun karena suatu hal, Nakhun Kasetsin yang asli membujuknya untuk saling bertukar identitas.

Nakhun tidak menceritakan detail apa yang terjadi, namun ia mengumumkan bahwa ia akan mengembalikan nama dan identitas Nakhun Kasetsin pada Kwang. Sementara ia akan kembali menggunakan nama Aung Yi dan mengajukan permohonan naturalisasi untuk mendapatkan identitas resmi dan kewarganegaraan.

Singto tanpa sadar meneteskan air mata saat menonton acara live tersebut, ia menyetujui keputusan ibunya dan merasa terharu.

Krist kemudian membawa tangannya menyeka air mata di wajah kekasihnya, dan menyilangkan jari mereka.

"Ayo temui ibumu setelah ini, aku yakin banyak yang ingin kau bicarakan dengannya..."

Singto berpikir sejenak dan membalas. "Mm...apakah salah satunya tentang hubungan kita?"

"Hah?" Krist terkejut dan menjadi salah tingkah. "Er...itu terserah kau, aku tidak memaksa, jika...kau merasa ini adalah waktu yang tepat, maka aku...akan mempersiapkan diri menghadapi...segala kemungkinan terburuk..." ia menghembuskan nafas.

Singto tertawa melihat reaksi Krist, dan kesedihan di wajahnya pun menghilang perlahan – lahan di gantikan dengan ekspresi bahagia.

"Tidak perduli apapun respon ibuku, aku sudah menentukan pilihanku, meskipun harus kembali hidup di jalan, aku tidak akan pernah melepaskan tanganmu..." Singto mengencangkan cengkaramannya pada jari Krist.

"Kau tidak perlu khawatir akan tidur di jalan selama ada aku..." sahut Krist. "Aku akan berbagi atap dan ranjang denganmu, selain itu..." ia berhenti seketika dan tersenyum nakal.

"Kau mencurigakan..."

"Aw, memangnya apa yang kau pikirkan?"

Singto melototinya dengan penasaran. "Selesaikan kalimatmu!"

"Mm...aku sudah lupa..." sahut Krist, kemudian melepaskan tautan jari mereka dan mengalihkan perhatiannya pada Sandwich yang sedang berbaring di samping kuburan Ham tanpa bersuara.

Ia pun berjalan ke arah pria besar itu dan berjongkok di hadapannya, lalu membawa tangannya untuk membelai kepala anjing tersebut.

"Kau pasti merindukan Ham, bukan?" tanyanya pada pria besar itu. "Kita semua merindukannya, sobat! Dan aku yakin, ia juga pasti lebih merindukan kita semua, dan mungkin saat ini sedang menggongong atau menggigit salah satu dari kita, ingin meminta lebih banyak Ham..."

Krist tertawa lalu mengambil sebuah Ham dari keranjang dan menggigitnya.

Tiba – tiba saja SIngto memeluknya dari belakang dan menggigit daun telinganya. "Apakah seperti ini?" Singto menggodanya.

Hal itu sontak membuat Krist terhengkang ke belakang dan jatuh menimpa Singto, Sandwich juga tidak ingin ketinggalan, tiba – tiba saja ia melompat ke atas Krist dan menjilati wajahnya.

Posisi Krist persis seperti Ham yang terjepit di tengah – tengah roti, diantara Sandwich dan Singto, sambil menggeliat dan tertawa geli, mengekspresikan kebahagiaannya.

to be continue.... 

Continue Reading

You'll Also Like

11.6K 1.1K 16
🔞✨ FEIYU x YUNXI✨ "Aku akan menunggumu di Beijing Daxing International Airport!" Hari itu, awan kelabu menyelimuti kota Beijing, dan tidak perlu men...
1M 4.1K 9
Kocok terus sampe muncrat!!..
35.1K 1.9K 18
‼️ ⚣ BOYS LOVE AREA ⚣ ‼️ 𝐓itle;Hyung, You're My Idol! [우리형은존잘님] 𝐒tory/𝐀rt;JzongBomBom/Ari. 𝐆enre;Comedy, Romance, Shounen Ai, Webtoon. 𝐒tatus;On...
781K 28.9K 33
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...