Bahasa Indonesia - Last Chapt...

De Cyrena0819

34.1K 4.3K 427

Character : Krist/Singto Genre : Crime/Drugs Deskripsi: Krist bertemu dengan seorang pria yang merupakan pen... Mai multe

Chapter One - His Name
Chapter Two - Sandwich Day
Chapter Three - Secret Shelter
Chapter Four - Special Lunch
Chapter Five - The Banana's Story
Chapter Six - The first Chapter
Chapter Seven - Falling With You
Chapter Eight - The Bad Day
Chapter Nine - The Promise
Chapter Ten - Unplanned Date
Chapter Eleven - One Step Closer
Chapter Twelve - The Second Chapter
Chapter thirteen - An Accident
Chapter Fourteen - Farewell
Chapter Fifteen - Love Sign
Chapter Sixteen - Rescue Plan
Chapter Seventeen - Interrogation Part
Chapter Eighteen - Jail of Love
Chapter Nineteen - Jail of Love part 2
Chapter Twenty - The Ship has Sailed
Chapter Twenty One - Full Date
Chapter Twenty Two - Project Plan
Chapter Twenty Three - Treasure Hunt
Chapter Twenty Four - Unfold the Scheme
Chapter Twenty Five - The Witness's Story
Chapter Twenty Seven - Last Chapter of Our Story
Chapter Final - Epilogue

Chapter Twenty Six - Final Investigation

967 121 13
De Cyrena0819

Krist sudah menghilang selama lebih dari 36 jam, ponselnya tidak bisa dihubungi, dan tidak ada yang melihatnya. Singto seakan kehilangan akal sehatnya, ia sangat menyesal telah mengatakan hal – hal yang konyol tentang masa depan.

Singto memberikan hasil tes DNA Kwang pada Kane, yang akhirnya menjawab kecurigaan Kane kenapa Kwang terkesan berusaha melindungi keluarga Kasetsin. Singto juga memberitahu Kane semua yang ia ketahui. Ia sudah tidak perduli Kane berkongkol dengan Pakorn dan Kasetsin untuk menculiknya dulu, ia hanya ingin segera menemukan Krist.

Kane menduga seseorang telah menyandera Krist, ia pun kembali menemui Kwang dan mengabarkan berita kehilangan Krist padanya, sekaligus mencari petunjuk tentang siapa yang mungkin telah menculik Krist.

Kwang syok seketika saat mendengar berita tersebut, ia juga seakan kehilangan separoh jiwanya dan seketika di serang perasaan panic, namun ia berusaha untuk tidak menunjukkan emosinya untuk menghindari kecurigaan Kane.

Kane lalu menunjukkan hasil tes DNA pada Kwang untuk mengetahui responnya. Meskipun Kwang menunjukkan reaksi kaget, namun ia tidak menyangkal hal tersebut, ia pun menceritakan bagaimana ia menukar identitasnya dengan seorang gadis imigran yang bekerja di rumahnya, dan rencananya kawin lari bersama kekasihnya yang berujung tragedy.

Selain terjebak di camp, kekasihnya juga meninggalkannya dalam kondisi hamil, ia lalu melahirkan di dalam penjara dan kehilangan putranya di hari yang sama.

Kwang mendorong kursi rodanya ke sisi jendela dan memandang keluar sejenak, lalu memejamkan matanya dan menghirup nafas dalam – dalam, mencoba mengingat kembali trauma masa lalunya.

"Aku menunggu selama dua tahun di antara hidup dan mati, dan tidak berani berharap bahwa ia akan kembali menyelamatkanku apalagi bermimpi bisa kembali ke Bangkok, sampai Nattakan tiba..."

"Setelah menginjakkan kakimu kembali di Bangkok apakah kau tidak mencoba mencarinya?"

"Aku menderita luka bakar serius saat di selamatkan oleh sekelompok petani ganja dari sungai Mekhong, sebelum Nattakan menemukanku dan membawaku ke Bangkok untuk mendapatkan perawatan intensive..."

Ia menghela nafas sejenak sebelum melanjutkan.

"Setelah sembuh, aku mengalami trauma dan kondisi mentalku tidak stabil, aku tidak yakin Aung Min masih mengingatku atau senang bertemu denganku dengan kondisi seperti, atau sebaliknya ia berharap aku sudah mati..."

"Kenapa kau berpikir begitu?"

"Karena ia tidak ingin ada yang mengetahui rahasia kami..."

"Rahasia...kalian?"

Kwang menimbang sejenak lalu mencoba berdiri dengan susah payah, Kane hendak menolongnya, namun ia segera menepis tangan pria itu. Sambil bertumpu pada sisi jendela, ia kemudian memutar tubuhnya membelakangi Kane.

Kane mengangkat alisnya bingung, mencoba menebak apa yang ingin dilakukan wanita itu.

"Jangan mendekat!" pintanya pada Kane, dan tampak ragu sejenak sebelum menggerakkan tangannya yang gemetaran ke arah pinggang, dan menarik turn celananya hingga ke lutut, menunjukkan tato bekas luka seperti seperti di cap dengan besi panas di bokongnya, seperti Singto.

Kane membelalakkan mata lebar dan terkejut.

"A-apakah Nattakan yang melakukan itu padamu?" tebak Kane sambil menelan ludahnya berat.

Kwang menggelengkan kepalanya dan membalas. "Aku mendapatkan tato bekas luka ini aku saat berada di camp, Pakorn juga memilikinya namun dengan angka yang berbeda..."

"Maksudmu..."

"Ini adalah nomor identitas yang berfungsi sebagai kode registrasi mulai dari pengisian narkoba ke dalam tubuh sandera hingga proses transaksi selesai, sekaligus untuk memudahkan pelacakan seandainya sandera tiba – tiba melarikan diri..."

Kwang merapikan pakaiannya dan duduk kembali di kursi roda.

"Kode ini juga tercatat pada dokumen data identitas yang dilaporkan ke imigrasi saat proses deportasi, kau bisa mengeceknya sendiri, jika belum dihancurkan..." Kwang menambahkan.

Kane teringat pada saat misi penyelamatan Kongpop 8 tahun yang lalu, sebagian anak – anak di camp juga memiliki tato di tempat yang sama, semuanya dibunuh dan dikuliti. Kane mencurigai, apakah ada yang berusaha menghilangkan bukti pengeksploitasian terhadap para imigran, ia tidak berani mempercayainya.

"A-aku tidak mengerti, lalu kenapa Nattawat mengukir tato yang sama pada putra Suthiluck? Bukankah itu sama saja menjadikannya target pembunuhan?"

"Nattawat hanya ingin memberi peringatan pada mereka, bahwa kebenaran tidak bisa ditutupi selamanya meskipun mereka berusaha mencabut rumput hingga ke akarnya, dan ia yakin mereka tidak akan membunuh Putra Suthiluck, karena ia adalah satu –satunya petunjuk dimana Nattakan menyembunyikan bom waktu..." Kwang tersenyum datar dan menambahkan.

"Sebelum menyelamatkan putra Suthiluck, Nattawat menghubungi para petani ganja, yang selama ini telah berjasa melindungi kapal nelayan dari mafia yang menguasai Sungai Mekhong dan memberitahukan rencananya pada mereka..."

Kane seakan di tembak tepat di dadanya, ia telah salah mengira para petani ganja menyandera Kongpop dan diberitahukan bahwa camp tersebut melakukan transaksi narkoba illegal. Sehingga ia mengajukan diri untuk memimpin operasi penyerangan camp, alhasil puluhan anak – anak dan para lansia yang tidak bersalah menjadi korban.

"Lalu apa alasanmu mencurigai Pakorn? Bukankah dia juga merupakan salah satu korban dan saksi?" tanya Kane kembali ke topik semula.

Kwang melanjutkan ceritanya.

"Saat melarikan diri dari camp, Pakorn berhasil mencuri dokumen yang berisi informasi pribadi sandera dan data transaksi narkoba, ia seharusnya bisa melaporkan kejahatan serius ini ke pemerintah Thailand dengan bukti yang ia miliki..." Kwang menyeringai. "Namun nyatanya, ia malah bekerja untuk Throngphasom yang jelas – jelas merupakan tersangka dalam kasus ini..."

Kane berpikir sejenak, lalu memandang Kwang lurus dan bertanya serius. "Seandainya, kau di posisinya, apakah kau juga akan mengungkap kebenaran tanpa menghiraukan akibat yang akan diterima oleh keluargamu?"

Kwang membeku seketika dan terkejut oleh pertanyaan Kane, bukankah selama ini ia juga bersembunyi dan tidak ingin keluar menjadi saksi, lalu apa bedanya ia dan Pakorn, pikirnya.

"Aku bisa mengerti kenapa kau berusaha membelanya, mungkin ia memiliki alasannya sendiri..." ujar Kwang alih – alih menjawab pertanyaan Kane, lalu mengganti topik.

"Anyway, kau harus segera menemukan Krist, aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Pakorn atau orang jahat itu padanya, aku sangat khawatir..." Ekspresi wajah Kwang berubah.

"Tentu, aku pasti akan menemukan dan membawanya kembali dengan selamat..." Kane berjanji.

------------------------------------------------------------------

Setelah kembali ke kantor, Kane memutar ulang rekaman CCTV dan memperhatikan petunjuk di dalam video sambil menganalisa. Orang yang menelpon Krist pasti seseorang yang dikenalnya, pikir Kane. Jika tidak Krist tidak mungkin akan terpancing.

Kane segera memerintahkan untuk melacak lokasi Pakorn, sekaligus menyelidiki semua informasi tentang pria itu, selain itu ia juga mengirim orang untuk mengumpulkan seluruh data imigrasi antara tahun 1992 - 1994.

Selanjutnya, ia mengajak Singto mengunjungi kediaman Throngphasom, menjadikannya alasan untuk bertemu Nakhun Kasetsin.

Sementara di rumah sakit, seorang perawat masuk ke kamar pasien dan diam – diam menyerahkan sebuah ponsel pada Kwang bersama baju ganti.

Kwang membelalakkan mata kaget saat melihat layar ponsel yang memutar video pendek Krist yang sedang tidak sadarkan diri dengan tangan dan kaki terikat di atas kursi, dibawahnya terdapat sebaris pesan dan link untuk membuka GPS.

'Klik link di bawah ini dan ikuti petunjuk GPS, sampai jumpa dua jam dari sekarang.'

Tangan Kwang gemetaran sambil memegang ponsel, ia tidak ingin mempercayai fakta bahwa Krist sungguh telah di culik, dan ia langsung mencurigai orang yang telah menculik Krist.

Tanpa membuang waktu Kwang pun segera mengganti pakaian, memasukkan ponsel ke dalam sakunya dan menyelinap keluar kamar, berusaha berjalan normal untuk menghindari perhatian.

Setelah berhasil keluar, ia kembali mengeluarkan ponselnya dan mengikuti petunjuk GPS yang menuntunnya ke tempat dimana ia pikir ia bisa menemukan Krist, atau hanya jebakan, ia sudah tidak perduli lagi.

Sementara itu di kediaman Throngphasom....

Singto sedang berlutut di depan Nakhun Kasetsin yang duduk di kursi roda, wanita itu memeluknya erat dan menangis tersedu – sedu di atas bahunya yang lebar, sambil mengelus punggungnya.

Sementara Singto tampak tidak menunjukkan reaksi, ia hanya diam mematung dan membisu, meskipun ekspresi di wajahnya terlihat sedang berusaha menahan air mata, ia juga berusaha menahan nafas untuk mengatur detak jantungnya yang tidak beraturan.

Singto tidak tau bagaimana melukiskan perasaan yang menyelimuti dadanya, saat bisa melihat lagi wajah wanita yang pernah menggendongnya, memanjakannya, dan merawatnya sejak bayi sampai ia berusia tujuh tahun.

Meskipun saat ini ia hampir melupakan perasaan itu, namun tidak bisa dipungkiri ia merasa bahagia bisa bertemu lagi dengan ibunya, itu berarti, ia bukan lagi tunawisma. Tanpa sadar seulas senyuman tipis terukir di wajah Singto.

Sejenak kemudian, Nakhun pun melepaskan pelukannya dan membawa tangannya untuk menyentuh wajah Singto sambil menatap jauh ke dalam matanya, untuk menemukan kembali Kongpop kecil yang ia lihat terakhir kalinya, 14 tahun yang lalu.

"Apakah kau sungguh Kongpop?" tanya Nakhun dengan suara bergetar menahan tangis.

Singto terkejut dan mengangguk pelan tanpa sadar, "A-apakah anda tidak mempercayaiku..." ia berusaha berbicara dengan formal.

Nakhun segera meletakkan tangan di bibir Singto dan menggeleng. "Meskipun aku tidak melihatmu tumbuh besar, namun aku tidak akan melupakan wajah putraku sendiri, betapa bodohnya aku menanyakan pertanyaan itu, tentu saja kau adalah Kongpop, kau adalah putraku..."

Ia menggenggam tangan Singto erat sambil berusaha menghentikan airmatanya, lalu menoleh pada Kane, kebetulan Throngphasom tidak ada di rumah.

"Terima kasih sudah membawa Kongpop kembali, saat mengetahui bahwa putraku masih hidup, aku segera kembali ke Bangkok, namun tidak ada seorang pun yang bersedia memberitahuku dimana dia atau membawaku untuk bertemu dengannya..." tutur Nakhun.

"Maaf, aku baru memenuhi janjiku setelah 14 tahun, sesungguhnya aku sudah menemukannya beberapa waktu yang lalu, namun karena suatu alasan, aku terpaksa harus menahannya di kantor polisi..." ujar Kane. "Apakah tidak ada yang memberitahumu soal ini?"

Nakhun tersenyum getir dan menggeleng lagi. "Tidak perduli berapa tahun pun, aku akan tetap menunggu, aku tidak akan melepaskan harapan untuk bisa melihat putraku lagi, terima kasih..." ia kembali meneteskan airmata sambil mengggengam tangan Singto erat di pangkuannya.

Sejenak kemudian, Nakhun menyeka air matanya dan menoleh pada Kane lurus, seakan bisa membaca pikiran pria itu.

"Apakah ada yang ingin kau tanyakan padaku?"

Kane terkejut dan tidak menyangka wanita di depannya ini sangat pintar membaca situasi dan langsung menebak tujuan kedatangannya yang lain selain mengembalikan Singto.

Kane menghembuskan nafas panjang dan mengeluarkan sesuatu dari jasnya dan menunjukkannya pada Nakhun.

"Baiklah, sebaiknya kita tidak membuang – buang waktu, apakah kau mengenalnya?"

Nakhun seakan terhipnotis seketika dengan mata terbelalak lebar, ia memandangi foto Kwang di tangan Kane lama, lalu melirik Singto sejenak sebelum membalas.

"Tentu saja, aku tidak akan melupakannya dan aku berharap dia masih hidup..."

"Dia masih hidup..." Kane memotongnya.

"Oh..." komentar Nakhun singkat. "Aku senang mendengarnya..." ia tersenyum tipis.

"Apakah kau tidak ingin mengatakan sesuatu tentang ini, misalnya...apa yang terjadi padanya, dan dimana ia berada selama 25 tahun ini, dll..." tanya Kane, sengaja memancing reaksinya.

"Apakah aku boleh bertemu dengannya?" tanya Nakhun segera mengalihkan topik, alih – alih menjawab pertanyaan Kane.

Ia lalu mengambil foto Kwang dari tangan Kane dan memandanginya dari dekat. "Sudah lama sekali sejak terakhir aku bertemu dengannya..."

Kane terkejut, ia mematung sejenak sebelum tersenyum kikuk. "Tentu saja, dia pasti akan senang bertemu denganmu, dan aku yakin pasti banyak yang ingin kalian bicarakan...haha..."

"Kuharap dia baik-baik saja selama ini, aku tidak sabar untuk bertemu dengannya lagi...."

"Kau akan segera bertemu dengannya, tetapi sebelum itu, apakah kau bisa memberitahuku dimana Dokter Pakorn?" Kane mengganti topik.

"Dokter Pakorn?" Nakhun mengangkat alisnya bingung. "Kenapa kau bertanya padaku? Bukankah dia keluargamu? Dan untuk apa kau mencarinya?"

"Dia hilang, dan terakhir kali ia terlihat mengunjungi tempat ini dua hari yang lalu..." ujar Kane."Adik iparku, Krist, juga hilang dua hari yang lalu, aku curiga ia diculik karena menyaksikan penembakan Aung. Yi..."

Nakhun tampak tidak terkejut mendengar hal itu, karena sebelumnya ia diam – diam menguping pembicaraan Pakorn dan suaminya soal Polisi dan Tee Kasetsin telah menemukan Aung Yi, dan soal penembakan.

"Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Krist, aku tidak akan memaafkannya..." Singto akhirnya bersuara dan terlihat emosional.

Nakhun terkejut oleh reaksi Singto. "Kau mencurigai Pakorn...menculik adik iparmu? Apa alasanmu menuduhnya?" tebak Nakhun, mengembalikan pertanyaan Kane.

"Pakorn berbicara dengan Aung Yi sebelum ia tertembak, setelah itu ia pergi mengejar pelaku, selanjutnya ia terlihat mengunjungi Aung Yi di kamar pasien, berbicara dengan Tee Kasetsin dan menghilang sejak itu..."

"Jadi kau mencurigai Pakorn menculik saksi dan secara tidak langsung menjadikannya tersangka pembunuhan?"

"Well, aku tidak bilang dia adalah pelakunya, aku hanya mencurigainya dan ingin memastikannya, namun kami tidak bisa menemukannya..." Kane menjelaskan. "Saat ini yang terpenting adalah segera menemukan Krist, soal Pakorn...aku masih melakukan proses investigasi terkait keterlibatannya, begitu juga dengan Tee Kasetsin..."

"Krist adalah temanku, jika bukan karenanya aku tidak akan berada disini sekarang..." Singto menekankan. "Aku berharap kau bersedia membantu kami untuk menemukan P'Pakorn..."

Nakhun membisu sejenak sambil menatap Singto dengan ekspresi khawatir, lalu membalas. "Aku mengerti..."

Tiba – tiba saja Kane mendapat telepon dari rumah sakit yang mengabarkan bahwa Kwang menghilang. Mereka pun segera menuju ke rumah sakit untuk menemukan informasi dan bertemu Tee. Dari CCTV area parkir, mereka melihat Ham sedang mengikuti seeorang yang mencurigakan yang ia yakin adalah Kwang.

Kane pun segera mengeluarkan ponselnya dan melacak GPS pada kalung anjing tersebut, ia sengaja menempatkan anjing tersebut di sekitar rumah sakit, untuk berjaga – jaga.

Tanpa membuang – buang waktu, Kane segera memerintahkan seluruh timnya untuk mengikutinya. Mereka tiba disebuah gedung konstruksi kosong di sebelah hotel tua.

Kane membagi anggotanya dua grup, grup pertama menginvestigasi gedung hotel sementara ia bersama Tee dan Singto masuk ke dalam gedung kosong.

Sementara di dalam gedung konstruksi....

Kwang tiba di lokasi satu jam kemudian dengan mengikuti instruksi yang dikirim melalui aplikasi chat, ia berusaha mengatur nafasnya yang tidak teratur, wajahnya tampak pucat, tubuhnya gemetaran dan berkeringat menahan sakit, karena luka bekas operasinya belum sembuh total.

Dengan sisa tenaganya, ia akhirnya berhasil naik ke lantai 7 sebuah ruangan setengah jadi yang dikelilingi oleh pilar dan tidak memiliki dinding luar.

Kwang melihat ke seluruh ruangan sejenak untuk mencari Krist, dan terakhir padangannya berhenti di Pakorn yang sedang duduk di depan sebuah meja kayu sambil menikmati minuman, di depannya terdapat dokumen, bantalan stempel dan pulpen.

Kwang sama sekali tidak terkejut, karena ia sudah menebak orang yang sedang menunggunya pasti adalah Pakorn.

Pria berdiri dan mempersilahkan Kwang duduk, namun wanita itu tidak bergeming dan menatapnya lurus dengan ekspresi tidak bersahabat.

"Dimana Krist?"

Alih – alih menjawab pertanyaan Kwang, ia malah mengalihkan topic. "Relax, tujuanku mengundangmu kemari untuk menyelesaikan urusan diantara kita..."

"Aku tidak ingin mendengar apapun darimu sebelum aku melihat Krist!" Kwang menegaskan. "Selain itu, tidak ada lagi urusan di antara kita..."

Pakorn menyeringai dan membalas. "Well, jika kau bilang begitu, selain itu Krist juga tidak ada disini sekarang..."

"Jangan bercanda!"

"By the way, bagaimana kau mengenal Krist?" Pakorn mengganti topik. "Apakah ia begitu penting bagimu, apakah kau akan melakukan apapun untuknya?" Pakorn tampak sengaja memancing emosinya.

Kwang seraya menatapnya tajam, sambil menggertakkan giginya kesal berusaha menahan emosi.

"Aku tidak perduli apa pun rencanamu, tetapi Krist tidak ada hubungannya dengan semua ini, jadi kumohon agar kau melepaskannya..." pinta Kwang. "Kau tidak akan mendapatkan apapun dengan menyakitinya..."

"Wow, wow, jangan salah paham, aku tidak menculiknya atau mencoba menyakitinya, kau bisa melihat sendiri, di sini hanya ada aku dan kau!" ujar Pakorn. "Jadi, aku tidak bertanggung jawab jika sesuatu yang buruk terjadi padanya..."

Kwang menunjukkan video Krist yang ia terima. "Hentikan omong kosongmu!!! Sekarang beritahu padaku dimana Krist, atau aku akan menelpon polisi!" ancam Kwang.

Pakorn mengeraskan rahangnya dan menyipitkan matanya memandang Kwang. "Apakah kau baru saja mengancamku?!"

"Apakah kau takut?"

Pakorn menyeringai dan membalas. "Tidak, aku hanya ingin tertawa..."

"Kalau begitu tertawalah!!! Setelah itu katakan padaku apa yang kau inginkan dan lepaskan Krist!!!"

Pakorn membersihkan tenggorokannya dan memperbaiki pakaiannya sejenak, sebelum langsung ke intinya.

"Baik, aku juga tidak suka buang-buang waktu, aku ingin kau menandatangani dan membubuhkan sidik jari pada dokumen yang sudah kusiapkan di sini..." Pakorn mengeluarkan dokumen dari amplop dan mengaturnya di atas meja, lalu menyodorkan pena pada Kwang.

Kwang merasa penasaran sambil melirik dokumen dan bertanya – tanya apa isinya.

"Apa ini?"

"Anggap saja tebusan...untuk ditukarkan dengan...anakmu..." Pakorn berhenti sejenak dan segera mengoreksi. "Maksudku hidup Krist!"

Ekspresi Kwang tampak terkejut mendengar kalimat terakhir Pakorn, ia tidak menyangka bahwa Pakorn ternyata mengetahui fakta soal Krist, dan menggunakannya untuk memancingnya ke tempat ini.

Pakorn kembali menggerakkan alisnya menunggu respon Kwang.

"Apa maksudmu?!"

"Katakanlah, jika Krist adalah putramu, apakah kau bersedia mengorbankan segalanya untuk menyelamatkannya?"

"Dia bukan putraku..." tukas Kwang.

Pakorn menyeringai, lalu mengeluarkan dokumen lain dari jasnya, yaitu hasil tes DNA dengan nama Krist, dengan kecocokan 99%.

"Awal kecurigaanku bahwa Krist bukan putra pasangan Rojnapat karena ia memiliki gen Rhesus negative did alam darahnya, padahal kedua mertuaku memiliki type darah dengan gen homozigot (Rh+Rh+), jadi mereka tidak mungkin bisa memliki anak dengan darah rhesus negative..." Pakorn memberikan penjelasan ilmiah pada Kwang.

"Kemudian, aku diam – diam mencocokkan DNA Krist dengan istriku, dan seperti dugaanku, Krist tidak mewarisi DNA Rojnapat, selain itu aku merasa wajahnya sangat mirip denganmu, jadi aku diam –diam mengambil sampel DNA mu untuk di cocokkan denganmu, dan hasilnya sungguh mengejutkanku..."

Kwang sadar bahwa ia sudah tidak bisa lagi menyangkal fakta tersebut, dan tentu saja ia akan melakukan apapun untuk menyelamatkan Krist. Jadi, ia pun berjalan ke arah meja, mengambil dokumen dengan ragu - ragu, dan membacanya sejenak.

Kwang terbelalak kaget sat mengetahui isi dokumen, yaitu formulir transfer kepemilikan saham sebanyak 20% dari saham perusahaan Kasetsin atas nama Nakhun Kasetsin, yang diwarisi oleh Kwang setelah ibunya meninggal.

Selama ini, saham tersebut dibekukan meskipun dimiliki oleh ibu Singto, yang artinya tidak bisa di jual atau dipindah tangankan tanpa sidik jari dan tanda tangan original Nakhun.

Selain itu, Pakorn khawatir cepat atau lambat Tee pasti akan mengembalikan identitas Nakhun pada kakaknya, itu artinya ia otomatis akan kehilangan 20% hak suara atas saham tersebut yang selama ini di pegang oleh ibu Singto.

Jika itu terjadi, maka kesempatannya untuk menduduki kursi presiden direktur berikutnya di perusahaan Kasetsin tidak akan pernah terwujud, meskipun ia mengantongi seluruh sisa saham yang lain.

"Jadi tujuanmu sebenarnya adalah ini?!" tanya Kwang sambil menyeringai tidak percaya. "Apa yang kau rencanakan?" Kwang kembali bertanya curiga.

"Well, Aung yi telah menggantikanmu berbakti pada keluargamu selama lebih dari dua puluh tahun, apakah menurutmu ia tidak layak mendapatkan reward?"

Kwang menyeringai lagi, lalu menunjuk nama penerima saham dan bertanya. "Kalau begitu, seharusnya kau mencantumkan namanya alih – alih namamu, bukan?"

"Jika aku menuliskan nama Aung Yi, bukankah itu sama saja dengan mengembalikannya padamu?"

Kwang mencoba menebak maksud dari kata – katanya.

"Baiklah, apa pun katamu..." Kwang menghela nafas. "Tapi, aku harus melihat Krist dulu sebelum menyetujui syaratmu..."

Pakorn terdiam sejenak dan tampak ragu akan semudah ini. Pakorn berpikir sejenak, kemudian bangun dan berjalan ke sisi bangunan, selanjutnya ia mengulurkan tangannya, menunjuk ke atap bangunan hotel, di sebelah mereka.

Kwang terbelalak kaget saat melihat Krist terikat di kursi, dan posisinya berada sangat dekat dengan sisi gedung diluar pagar pembatas. Ia panik seketika dan langsung berlari ke sisi gedung untuk melihat lebih dekat dan menyadari ada seseorang di atap bersama Krist.

"Tidak, jangan lakukan ini, kumohon lepaskan dia!!!" Kwang memohon. "Kenapa kau melakukan ini, brengsek?!!" Kwang menarik kemeja Pakorn dengan emosi.

"Aku tidak melakukan apapun dan tidak bertanggung jawab jika ia tidak sengaja jatuh dari sana..."

"Apa maksudmu?!"

Pakorn tidak menjawab, ia menepis tangan Kwang, berjalan kembali ke meja dan mengambil dokumen, bantalan tinta, dan pena, lalu kembali ke posisi Kwang.

"Sisa waktumu 12 menit, tanda tangani sekarang dan kau masih punya waktu untuk menyelamatkannya!" ujar Pakorn lalu menyerahkan pena dan dokumen pada Kwang.

Kwang kembali melihat Krist, nafasnya tidak teratur, seolah – olah jantungnya akan berhenti berdetak memikirkan Krist jatuh dari gedung, seperti ia jatuh dari helikopter.

Kwang mengepalkan tangannya yang gemetar dan memejamkan matanya sejenak sebelum melihat dokumen di tangan Pakorn. Kemudian perlahan-lahan menggerakkan tangannya yang gemetaran untuk menerima pena dan dengan ragu membubuhkan tanda tangan di atas kertas.

Setelah itu, Pakorn menarik tangannya dengan paksa, menekan ibu jarinya dengan kuat pada bantalan tinta dan kemudian memindahkannya di atas tanda tangan.

Kini 20% saham milik Nakhun telah resmi menjadi milik Pakorn.

Pakorn menyeringai sambil merapikan dokumen dan memasukkannya ke dalam jasnya, setelah itu ia berjalan menjauh beberapa meter ke belakang dan memerintahkan Kwang untuk melompat.

Kwang syok dan tidak mempercayai pendengarannya.

"Maaf, aku tidak bermaksud melakukan ini padamu, tetapi...." ia berhenti sejenak sebelum melanjutkan. "Di dunia ini, hanya boleh ada seorang Nakhun Kasetsin..."

Pada saat yang sama, tiba – tiba saja mereka mendengar suara gonggongan anjing dan langkah kaki yang mendekat. Pakorn pun seraya menoleh ke belakang dan melihat Sandwich sedang berlari kencang ke arahnya, dan di belakangnya diikuti oleh Kane, Tee, Singto dan polisi.

Pakorn terkejut dan bertanya-tanya kenapa tidak ada yang memberitahunya tentang kedatangan polisi, apakah sesungguhnya Throngphasom mengkhianatinya, pikir Pakorn.

Pakorn langsung berlari ke arah Kwang dan menyandera wanita itu sebelum Kane dan yang lainnya tiba, ia mengancam akan mendorong Kwang ke bawah jika ada yang mendekat sambil mencengkram leher Kwang kuat.

Melihat itu, semuanya membeku di tempat sambil mengacungkan senjata pada Pakorn, Kane memerintahkan anak buahnya untuk tidak gegabah, dan mencoba untuk berbicara pada pria yang selama ini ia anggap sebagai sahabat dan saudara.

Kane tidak menyangka bahwa hari ini adalah hari, dimana ia harus mengacungkan senjata pada Pakorn dan menangkapnya sebagai penjahat, ia tidak ingin mempercayainya.

to be continue....

Continuă lectura

O să-ți placă și

Sandu De Gina

Fantezie

100K 5K 10
Seorang dokter yang biasa mencari obat di tengah hutan, dikejutkan dengan bangkai harimau yang ada didepan rumahnya. ⚠️⚠️⚠️⚠️ Judul: Sandu Status: co...
427K 17.3K 159
TRANSLATE TIDAK 100% AKURAT BEBERAPA CHAPTER AWAL TL NYA AGAK BERANTAKAN YGY TOLONG JANGAN MENGELUH 🙂 Alternative : Ghost Door ; 귀문관살 ; 귀문관殺; Phanto...
141K 7.4K 46
Saya kondom XXXL, Tapi karena saya terlalu besar, tidak ada yang membeli saya, sampai suatu hari.... Seseorang akhirnya menyentuhku! ⚠️🔞🔞🔞⚠️
OneShoot 🔞 De ItchyPussy

Ficțiune generală

745K 3K 8
Kocok terus sampe muncrat!!..