Fairytales

By paleocene

18.1K 769 1.2K

OS gadungan :'( More

Hi, Peri Cantik!
Pilih Kamu Aja
Pilih Kamu Aja (2)
Gen 4 With Luv💜
Nasib LDR-an
Kang Gombal Cemburu
Bertemu
Bukan Dilan
My Beloved Bad Girl
Happy Birthday
Takkan Kemana
You
7 Days
(You) and I
Menjelang Patah Hati
Waiting For (You)
Patah Hati Sebenarnya
Masih Saling
Sosok Baru
Alasan
Congratulations
Heart Shaker
Ribut
Hot Choccolate & Penyihir
One Step Closer
LDR Paling Jauh
Jinan Berulah
Si Jiban
Sweet Chaos
Ungkapan
Hari Bersamanya
Falling for You
Peri Cintaku
Zona Nyaman Jinan
Beautiful
Sembuh
Berdua Bersama
Hug
Happy Jinan Day
Jinan vs Badrun
Aku Ramal..
Yessica, I Love You!
Dewata Island
Only Today
Balikan Yuk!
Downpour
Above The Sky
Jangan Hilangkan Dia
Jinan

Sekali Ini Saja

300 16 28
By paleocene

Play juga lagunya, biar greget. Haha.

Seorang gadis nampak menyeka peluh yang mengalir di dahinya. Senyum puas dan bahagia terlihat jelas di wajahnya. Devi Ranita, gadis tersebut baru saja menyelesaikan kegiatan kerja sosial dengan teman kampusnya. Kegiatan yang telah direncanakan beberapa bulan yang lalu hingga menguras tenaga dan pikirannya ternyata tidaklah sia-sia. Semua berjalan dengan lancar.

Setelah acara evaluasi dan berkumpul sebentar untuk sekedar berfoto, Devi dan teamnya pulang menuju kampus. Lokasi kerja sosial kali ini bisa dibilang tak biasa. Devi sama sekali tak mendapat sinyal disana serta suhu udara yang sangat dingin mejadi tantangan untuk dirinya.

Tiga puluh menit berlalu, akhirnya jemputan Devi tiba. Devi pikir kakaknya yang akan menjemputnya, ternyata malah satu keluarga. Aish!

"Gimana acaranya dek?" Tanya sang Papa.

"Lancar Pa." Jawab Devi.

Setelahnya hanya hening, mungkin keluarga Devi tau jika gadis tersebut masih lelah. Mereka mengurungkan niat untuk menanyakan banyak hal pada Devi.

Devi sendiri memilih fokus pada ponselnya. Selama seharian penuh tak mendapat sinyal, semua notifikasi masuk ke ponselnya. Dan dari semua notifikasi tersebut hanya satu yang menjadi fokus Devi. Dari seseorang, seseorang yang namanya tak pernah muncul di ponselnya selama lebih dari 2 bulan.

Devi abaikan pesan tersebut, tapi ia akan membacanya setelah sampai di rumah nanti. Selain itu, chat dari Cindy juga mendominasi. Karena penasaran iapun membukanya, Devi yakin ini berhubungan dengan seseorang.

Cindy×Devi

Devi

Depiiii

Depi woy
Penting ini
Jawab wey

P
Punten gopuud

Haha
Kenapa kak?
Maaf ya, baru dapet sinyal

Eh buset
Dari goa ye lo?

Sembarangan!
Apa yg penting kak?

Udh siap dengernya?

Apasih kak? Bikin takut aja😣

Jinan

Tuh kan😣
Dia kenapa?😣
Jadian sama Chika ya?😣

Haha, kocak bgt sih Lo😂
Lo yg mutusin, Lo juga yg nangisin

Kak😢
Serius ini. Aku lagi di jalan. Malu mau nangis

Haha😂
Jinan sakit Dev

Sakit apa?

Kata dokter kecapean sih. Telat makan juga.

Kak Jinan😔
Cepet sembuh
Aku sayang

Aww mlu bgt😂
Bilang langsung kenapa sih Dev?
Semangatin gitu

Ngga bisa kak
Dia chat aku aja belum aku read

Kenapa ngga bisa Dev?

Papa

Papa Lo cek hp Lo?

Iya. Sempet di block juga sama Papa

😱
Jadi Lo, gue udh nangis kejer pasti Dev

Gaboleh cengeng kata kak Jinan
Nanti jelek katanya

Haha, yaudah iya

Makasih ya kak udah kasih tau
Aku baru nyampe rumah ini
Mau bersih-bersih dulu

Oke Dev

Devi tak membalas lagi pesan Cindy. Ketika mobil yang dikendarai sang Papa berhenti di halaman rumahnya, ia segera turun lalu masuk ke dalam rumah dan segera menuju kamarnya.

Selesai membersihkan diri dan berganti baju, Devi duduk di atas kasurnya. Ia ambil ponselnya dan membuka pesan dari seseorang. Ya, Jinan. Tak banyak, hanya satu pesan. Sebuah voice note.

Devi mengambil earphone lalu ia hubungkan ke ponselnya. Alunan musik terdengar indah di telinganya, setelah itu disusul dengan sebuah suara lembut yang menyapa pendengarannya. Devi tau persis, itu suara Jinan. Ia rindu suara itu.

Bersamamu ku lewati
Lebih dari seribu malam
Bersamamu yang ku mau
Namun kenyataannya tak sejalan
Tuhan bila masih ku diberi kesempatan
Izinkan aku untuk mencintainya
Namun bila waktuku telah habis dengannya
Biar cinta hidup sekali ini saja

Air mata Devi jatuh begitu saja. Sungguh, ia merindukan Jinan. Devi ingin semua kembali seperti dulu. Devi ingin Jinan.

Tak sanggup bila harus jujur
Hidup tanpa hembusan nafasnya
Tuhan bila waktu dapat ku putar kembali
Sekali lagi untuk mencintainya
Namun bila waktu ku telah habis dengannya
Biar cinta hidup sekali ini saja

"Made Devi Ranita, aku Jinan. Aku mencintai kamu. Izinin aku mencintai kamu lagi, sekali ini saja. Tolong Devi, cintai aku juga. Sekali ini saja."

Devi semakin menangis setelah mendengar perkataan Jinan. Keadaannya sama, Devi juga masih sangat mencintai Jinan. Bahkan lebih dari yang bisa ia tunjukkan pada Jinan.

Devi keluar dari kamarnya, ia turun menuju ruang keluarga dimana Papa, Mama, dan kakaknya berada.

"Papa.." lirih Devi di depan Papanya.

"Dek? Kamu kenapa?" Sang lelaki paruh baya tersebut menatap putri bungsunya dengan wajah bingung.

"Devi kenapa sayang? Devi nangis?" Sang Mama juga nampak khawatir.

"Papa, boleh Devi hubungin kak Jinan?" Tanya Devi masih dengan sisa tangisnya.

Kakak dan Mamanya yang tau masalah sebenarnya hanya bisa menghela nafas dan memperhatikan keduanya.

"Buat apa?" Tanya Papa Devi.

"Dia sakit. Devi cuma mau tau keadaan dia." Jawab Devi.

"Itu bukan urusan kamu, dek. Udah ada keluarganya yang urusin dia."

"Papa, Devi mohon. Sekali ini aja, Pa. Satu menit pun gapapa." Devi sudah siap menangis lagi.

"Ngga Devi. Sini handphone kamu." Papa Devi mengulurkan tangannya.

"Papa.. tolongin Devi." Mohon Devi lagi.

"Anak Papa bukan anak yang suka ngebantah." Ucap Papa Devi dingin.

Ia tak bisa apa-apa sekarang. Kata-kata itu seolah sudah tertanam sejak dirinya kecil. Devi tak akan pernah bisa membantah jika Papanya telah mengatakan demikian. Ia serahkan ponsel tersebut pada sang Papa.

"Sekarang balik ke kamar. Istirahat." Perintah Papanya.

Sebelum kembali ke kamarnya, Devi menatap keluarganya satu persatu lalu berhenti pada Papanya.

"Papa, Devi ngga akan ngebantah Papa lagi. Devi bakal turutin perintah Papa. Devi minta maaf, belum bisa jadi anak yang baik. Tapi Pa, perasaan ini dari Tuhan. Bukan Devi yang mau."

Devi meninggalkan ruang keluarganya menuju kamar setelah berkata demikian. Dan yang Devi lakukan hanya menangis.

"Papa?"

"Kenapa Dea?"

"Kasian Devi, Pa."

"Ini juga buat Devi."

Dea pun hanya bisa menurut. Dea tau apa yang Devi rasakan, tapi ia juga tak bisa apa-apa.

"Mama liat Devi dulu ya." Pamit Mama Devi pada sang suami dan anak sulungnya.

Mama Devi naik ke lantai dua dimana kamar sang anak berada. Ia ketuk pintu berwarna cokelat di depannya kemudian.

"Sayang? Mama masuk ya?" Tanya sang Mama.

Kamar Devi tak dikunci, tanpa persetujuan sang anakpun Mama Devi dapat masuk. Dan yang pertama kali dilihatnya adalah Devi dengan selimut tebal menutupi tubuhnya sampai sebatas leher.

"Devi?" Panggil Mamanya.

"Mama? Ada apa?" Devi bangun dari tidurnya.

Dengan segera wanita paruh baya tersebut memeluk erat sang putri dan mengusap pelan kepala belakangnya.
"Devi jangan nangis ya. Devi sabar."

"Iya Ma, aku gapapa kok." Devi masih memaksakan senyumnya.

"Devi mau cerita sama Mama?"

"Devi gapapa. Kalo nanti Mama sembahyang, tolong doain kak Jinan supaya cepet sembuh ya Ma." Pinta Devi.

"Iya, sayang. Kamu juga doain dia. Meskipun Devi ngga ngucapin apapun, selama Devi doain dia itu lebih baik." Nasihat sang Mama.

"Iya. Makasih ya, Ma." Devi mengeratkan pelukannya pada sang Mama.

"Yaudah sekarang kamu bobok ya, Dek. Capek pasti kan abis kegiatan seharian."

"Iya." Devi tersenyum, melepaskan pelukannya pada sang Mama dan kembali berbaring.

Setelah mencium kening putrinya, Mama Devi keluar dari kamar Devi. Devi merasa beruntung memiliki seseorang yang selalu mampu menjadi penenang bagi dirinya.

"Kakak, cepat sembuh ya. Kamu ngga perlu minta ijin buat sayang sama aku, buat cinta sama aku. Dan kamu ngga perlu minta tolong supaya aku juga sayang dan cinta kamu. Karena memang begitu seharusnya. Good night My Bunny" Gumam Devi.

Devi memejamkan matanya, berusaha berdamai dengan semua yang telah terjadi hari ini. Dan untuk Jinan, ia hanya bisa berdoa. Berdoa agar semuanya kembali. Kembali ke saat Jinan adalah miliknya, dan dia adalah milik Jinan.
Tuhan keduanya mungkin berbeda, namun Devi yakin doanya dan doa Jinan sama. Untuk kembali saling memiliki.











Hallo👋

Kok sedih sih?😢

Kampus lockdown, belajar online. Jadi bisa apdet😂
Jaga kesehatan ya kalian!

Continue Reading

You'll Also Like

365K 31.9K 90
Sequel to my MHA fanfiction: •.°NORMAL°.• (So go read that one first)
1.9M 83.2K 127
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC
168K 7.8K 104
In the vast and perilous world of One Piece, where the seas are teeming with pirates, marines, and untold mysteries, a young man is given a second ch...
370K 11.6K 84
"I have a secret, a well-kept secret for the last almost seven years. The real reason why I went into hiding." After years in a complicated relatio...