SEREIN

By ameysiaa

19.6M 1.8M 382K

"𝙿𝚊𝚝𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊, 𝚓𝚊𝚝𝚞𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚝𝚊𝚕𝚗𝚢𝚊, 𝚖𝚊𝚔𝚊 𝚒𝚊 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚊𝚝�... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25 (maaf yah spam, lovyu)
26
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
Exchap 2
Exchap 4
Exchap 5
Exchap 6
Exchap 7
Exchap 8 (1)
Exchap 8 (2)
Exchap 9 (1)
Exchap 9 (2)
Exchap 10 (1)
Exchap 10 (2)
PREORDER KEDUA SEREIN

27

282K 32.3K 2.9K
By ameysiaa

Ocha berjalan perlahan menuju ke atas panggung kecil di pojok kafe, band yang sering manggung berhalangan untuk hadir jadi ia kembali ditugaskan untuk mengisi kekosongan malam itu. Tangannya meraih ganggang gitar yang bersandar manis di sudut panggung lalu duduk di kursi yang sudah disediakan.

Jemari lentiknya mulai memetik satu persatu senar gitar menimbulkan melody indah yang siap menyapa telinga para pengunjung.

Dear diary
Kuingin cerita kepadamu
Tentangnya
Yang dulu singgah di hatiku

Semenjak itu
Hidupku jadi bahagia
Karena dia selalu ada di hidupku

Tapi kini dia menghilang
Dan tak tahu entah di mana
Diaryku 'ku merindukannya
Pujaanku, engkau ada di mana?

Telah habis air mata
Dan segenap kata-kata
Telah kucurahkan
Haruskah aku berlari
Sampai ke ujung dunia
Untuk mencarinya

Tapi kini dia menghilang
Dan tak tahu entah di mana
Diaryku 'ku merindukannya
Pujaanku, engkau ada di mana?

Tapi kini dia menghilang
Dan tak tahu entah berada di mana
Pujaanku
Pujaanku
Engkau ada di mana

Terdengar suara tepuk tangan dari beberapa pengunjung kafe ketika Ocha mengakhiri lagunya. Gadis itu tersenyum manis sebelum akhirnya turun dari panggung kecil itu.

"Apa rencanamu selanjutnya?"

Pertanyaan itu tiba-tiba saja terlontar dari mulut Ryan saat Ocha baru saja mendudukkan tubuhnya di kursi sebelah Windy yang berhadapan langsung dengan Ryan.

Ocha menatap Ryan sejenak, sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Entahlah Ian."

"Lagu tadi untuk Langit kan?" tanya Ryan memastikan.

Ocha bergeming, ia tak berniat menjawab pertanyaan Ryan. Windy pun terlihat hanya diam dan memilih mendengar percakapan mereka.

"Cha." panggil Ryan, membuat Ocha kembali menatap wajahnya.

"Kalau kamu suka. Kejar dia, buat ingatan dia kembali."

Ocha menggelengkan kepalanya perlahan. "Semua nggak segampang itu Ian, gimana aku bisa kejar dia sedangkan Kak Violet 24 jam selalu ada di samping dia."

"Bisa Cha, aku yakin kamu bisa," ucap Ryan, pria itu terlihat menghela nafas panjang.

"Urusan Vio serahin ke aku," tandas pria itu.

Sejenak ada binar cerah di mata Ocha, sebelum akhirnya sebuah suara menuntutnya untuk kembali bekerja dan meninggalkan teman-temannya. Setelah meminta izin ke Ryan dan Windy, Ocha pun beranjak pergi dan kembali bekerja.

Selepas kepergian Ocha, Ryan terlihat menghela napas gusar sebelum akhirnya mengambil secangkir kopi di hadapannya lalu meminumnya hingga tandas.

Terdengar kekehan kecil keluar dari mulut Windy, Ryan yang melihatnya langsung menaikkan satu alisnya.

"Kenapa lo?" tanya pria itu ketika gadis di hadapannya tak kunjung menyelesaikan kekehannya.

"Ian Ian..." panggil Windy membuat dahi Ryan semakin berkerut.

Terlihat Ryan mendecak kesal setelah mendengar perkataan yang keluar dari mulut manis Windy.

"Kalau lo suka, kejar dia."

°°°

"Gimana? Aman?" bisik gadis itu pada ponselnya yang sedang terhubung dengan seseorang yang jauh beberapa ratus meter darinya.

'Aman,' balas pria dari ujung sana.

"Sip." Gadis itu tersenyum senang. "Makasih, Ian," ucap gadis itu sebelum akhirnya mematikan sambungannya.

Ia terlihat mengecek keberadaan Langit di lapangan basket sebelum akhirnya kembali mengatur nafas. Ia tidak boleh takut, ini adalah kesempatan baginya untuk bisa kembali membangkitkan ingatan Langit.

Ryan sudah memastikan kalau Violet kali ini ada urusan sehingga ia tidak dapat menemani pacarnya a.k.a Langit yang sedang bermain basket sendirian di lapangan.

Ocha harus memastikan di lapangan itu hanya ada Langit seorang.

Dirasa cukup aman, Ocha berjalan pelan ke sisi lapangan sambil melihat Langit yang sedang membelakanginya sambil sekali-kali menembakkan bola ke dalam ring.

Bola yang di-shoot Langit selalu saja dapat masuk ring dengan mudah, sebelum akhirnya tembakannya meleset dan bola itu terkena papan ring dan terpantul ke luar lapangan.

Mata pria itu mengikuti arah pergerakan bola, sebelum akhirnya matanya menatap seseorang yang sedang berdiri di sisi lapangan, dia adalah Ocha, adik dari pacarnya.

Alis pria itu terangkat sebelah, sebelum akhirnya berjalan mendekat ke arah Ocha.

"Ocha, kan?" tanya pria itu memastikan ketika jarak mereka hanya tersisa sekitar satu meter.

Sedih kembali menyapa Ocha, dirinya benar-benar sudah hilang dari kehidupan Langit.

Ocha menganggukkan kepalanya, sambil mencoba menghilangkan perasaan kalut yang kembali merundunginya.

"Jadi... Ngapain adik pacar gue ada disini?" tanya Langit, sempat tersenyum ketika kata 'pacar' keluar dari mulutnya.

Ocha seperti kehilangan kekuatan untuk berdiri, kakinya tiba-tiba terasa sangat lemas. Ia hanya bisa menatap mata Langit, mata yang dulu menatapnya begitu hangat dan begitu dalam, namun sekarang mata itu menatapnya hanya sebatas 'Adik dari Violet, pacarnya'.

Langit masih setia menunggu jawaban dari Ocha. Sebelum akhirnya ia sengaja batuk dan membangunkan Ocha dari lamunan sesaatnya.

Ocha langsung menggelengkan kepalanya cepat, mencoba menepis berbagai pikiran yang hinggap di kepalanya. Ia kemudian kembali menatap mata Langit.

"Ajarin aku main basket kak!" seru Ocha mantap.

Langit tampak memicingkan matanya. "Lo mau belajar basket sama gue?"

Ocha menganggukkan kepalanya cepat. Langit mengedarkan pandangannya ke sekeliling, sekolah sudah sepi, tersisa pak Dio yang terlihat berkeliling menyiram tanaman.

"Sekarang juga?" tanya pria itu lagi, berhubung matahari sudah mulai menghilang di ufuk barat.

"Iya kak, sekarang juga."

Hening sesaat.

"Besok bisa? bentar lagi udah gelap-"

"Tidak ada waktu lagi Langit," potong gadis itu cepat.

Mata Langit membulat mendengar perkataan Ocha, tersirat dengan jelas kekecewaan di dalam kalimat dan pancaran mata gadis itu.

°°°

Tuk....

Langit menaruh susu kotak di sebelah Ocha lalu duduk di kursi tepat di hadapan gadis itu. Hari sudah gelap dan mereka berdua masih berada di lapangan basket sekolah.

Langit kebingungan menghadapi adik pacarnya yang sedari tadi menangis setelah mengucapkan kalimat yang membuat desir beda di hatinya.

Yah, mereka sama sekali tidak bermain bola basket, sejak satu jam yang lalu Langit hanya duduk di hadapan Ocha yang sedang menangis. Pria itu bingung harus bersikap bagaimana.

"Langit," panggil Ocha, kali ini tetap membuat satu alis Langit terangkat, kenapa tak ada embel-embel 'Kak' yang melekat seperti sebelum-sebelumnya saat gadis itu memanggil dirinya.

Namun pria itu mencoba untuk tak peduli. "Iya Cha, kenapa?" tanya pria itu lembut.

"Ceritakan aku sebuah kisah."

"Kisah?" Ocha sekarang benar-benar aneh di mata pria itu.

"Iya sebuah kisah." Gadis itu terlihat menghapus jejak air matanya lalu memandang ke Langit.

"Oke."

'Hanya sebuah kisah? Bukan hal yang sulit,'

Baru saja Langit ingin mulai bercerita namun suaranya langsung dipotong oleh Ocha.

"Dan jangan mulai kisah itu dengan kalimat 'Pada zaman dahulu....'."

Langit semakin bingung, ia berfikir keras lalu menarik nafas dalam. Ia mengubah posisinya duduk di samping gadis itu.

"Baiklah, Ocha..." ujar pria itu menatap dalam gadis di hadapanya kemudian tersenyum.

"Gue bakal mulai kisah ini dengan 'Pada zaman yang akan datang....'."

°°°
tbc.

Makin gaje aaaaaaaaa
Maap ya:( lovyu.

Continue Reading

You'll Also Like

722 507 11
Benarkah masa SMA adalah masa yang paling indah? Nyatanya, statement tersebut hanya dirasakan oleh orang-orang yang beruntung. Tidak dengan gadis yan...
UTARA By dree

Teen Fiction

11.8K 1.9K 40
Utara Adzkia. Perempuan yang memiliki rambut dan tubuh yang pendek, serta sifatnya yang benar-benar lucu, mendapati kakak kelas yang menarik perhatia...
5.8M 382K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
58.7K 3.8K 34
Ini kisah Lava&Magma. Kisah tentang dua orang remaja yang mempunyai persoalan masing-masing. Lava dengan persoalan keluarganya yang rumit, dan Magma...