Manajemen Rumah Tangga βœ”

By bintkariim

254K 17.3K 1.1K

π€π«πšπ›π’πœ || 𝐄𝐧𝐠π₯𝐒𝐬𝐑 (Follow dulu yuk!) β€’ πŸ‘‰Buat kamu yang masih muda tapi kebelet nikah, disarank... More

Testimoni
1
2
3
4
5
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Notes Penulis
Happy 200K Reads
TERBIT
VOTE COVER
OPEN ORDER MRT

6

5.9K 469 4
By bintkariim

Langit pekat tanpa bintang. Sementara rembulan bersembunyi dibalik awan, ikut-ikutan ingin menyembunyikan dirinya. Begitu juga dengan hati seorang gadis di malam hari ini. Ya, dia masih seorang gadis, suaminya sama sekali belum menyentuhnya. Entah apa yang membuatnya menjadi enggan, disaat orang lain mengutamakan hal itu dalam pernikahannya.

"Sekarang kamu jelasin ke aku alasannya!"

Si istri sudah semakin penasaran. Adakah yang salah darinya? atau jangan-jangan suaminya terpaksa menikah dengannya karena mereka dijodohkan.

"Aku takut kamu hamil," Ari serius. Di usia mereka yang masih muda dan masih sama-sama kuliah membuatnya merasa takut. Ditambah lagi, istrinya itu harus belajar ekstra untuk memenuhi ketertinggalannya di kampus yang diakibatkan oleh kecelakaan di semester lalu.

Aira pernah kecelakaan dan koma selama enam bulan. Ia melewati satu semester di perkuliahannya. Ada sebanyak sepuluh atau sebelas mata kuliah yang seharusnya sudah dicapainya di semester lalu, namun mirisnya kemalangan itu menimpanya. Akhirnya, ia terlambat satu semester dibanding teman-teman setingkatnya.

Melihat istrinya demikian, Ari dibuat gusar. Ia juga tidak mau dinilai tidak mencintai istrinya.

Tetapi, sejujurnya dia sendiri masih takut-takut. Tidak tahu cara memulainya. Dekat dengan perempuan saja tidak pernah, sehabis salaman dengan Aira saja terkadang tangannya agak sedikit gemetaran.

Akhirnya Aira menawarkan untuk memakai alat kontrasepsi saja, tetapi Ari masih menolak dengan alasan tidak akan menjamin. Bukannya Aira sudah terlalu bernafsu, tapi ia ingin mengetes suaminya, adakah suaminya itu cuma sekedar menikahinya karena terpaksa atau karena memang suka?

Lagi, Aira membicarakan soal mengeluarkannya di luar saja. Bukannya ia paham soal hubungan intim, tapi dia pernah mendengar disaat pengajian tentang pembahasan itu ketika ada salah satu santri yang menanyakan.

"Aku takut khilaf," balas Ari kemudian. Terus saja ia menghindari. Akhirnya mereka sama-sama terdiam karena lamunan masing-masing.

"Apa.. kamu sudah ingin?" sebagai suami ia juga wajib menafkahi istrinya secara dhahir maupun bathin, tidak boleh egois.

"Ya nggak lah!!" seru Aira sembari membalikkan badannya lalu pura-pura tidur.

Nggak mau tapi kok kayak marah gitu ya?

_____

Pagi harinya Ari mengantar sang istri untuk kuliah. Kebetulan ia juga perlu menemui dosen pembimbingnya. Ia harus siap hati dan mental jika nantinya kertas skripsinya diberi lukisan dari tinta pena sang dosen. Sungguh, itu adalah pemandangan paling mengerikan dan menyedihkan bagi mahasiswa semester akhir.

"Lumayan, tapi isinya tolong dikembangkan lagi. Ini masih terlalu umum," ujar sang dosen. Ari tersenyum senang, tetapi tidak lama, karena akhirnya di bagian itu diberi coretan juga oleh sang dosen yang dianggap tak pernah salah itu.

Harus gigit jari!

"Baik, terimakasih atas coretannya, Pak. Eh, terimakasih atas bimbingan hari ini, Pak" ujar Ari sembari keluar ruangan tanpa lupa membawa serta lembaran skripsinya.

Ari membelikan jus jeruk untuk menetralkan pikirannya yang sempat kacau karena mengikuti bimbingan hampir satu jam. Itu pun sang dosen asik menerima telepon dari orang lain.

Setelah menyesap jus jeruknya dan berbincang dengan sahabatnya, Riski,  Ari pun beranjak untuk pulang.

Ketika menuju parkir, ia melihat Aira sedang berbicara dengan beberapa akhwat yang dikenalnya. Ia yakin betul, jika perempuan-perempuan itu menanyakan hubungan Aira dengan dirinya.

Tak ingin menunggu lebih lama, akhirnya Ari menelpon sang istri agar menunggunya di depan gerbang saja, jangan di parkiran. Bukannya mengiyakan, Aira justru memintanya untuk ke sana.

Masalah!!

"Ini harga mati, pokoknya kamu harus cepetan ke sini!"

Dengan berat hati akhirnya Ari harus ke sana.

"Nih orangnya, tanya aja langsung!" ujar Aira begitu Ari tiba di sana. Para akhwat itu malah menunduk malu menatap dirinya.

"Ada apa sih?" tanya Ari jengkel. Ia sudah kelelahan hari ini. Tidak ingin menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak jelas yang sedang digandrungi istrinya dan perempuan itu.

"Ini lho, Bang. Mereka itu bilang kalau aku sudah menjerumuskan Abang ke lubang maksiat. Parah banget 'kan?!" ujar Aira sembari menggandeng lengan Ari, membuat beberapa perempuan itu menatap mereka dengan tatapan tak percaya.

"Apa bener?" tanya Ari pada akhwat itu.

"Afwan akhy, tadi ukhty ini bilang kalau kalian pacaran," jawab salah satu perempuan sembari menunjuk Aira. Sementara Aira menatap jijik mereka yang tiba-tiba berbicara lembut di hadapan suaminya.

"Astaghfirullah.. kamu kenapa bilang seperti itu, Dek? gimana mereka gak bilang macam-macam coba?!" tanya Ari pada istrinya.

"Let's go home!" sambung Ari sembari menyeret istrinya pulang. Waktunya habis terkuras untuk hal-hal yang tidak penting.

Begitu sampai di rumah, Aira langsung memasuki kamar dan menghempaskan tasnya di atas meja belajar begitu saja. Kesal.

"Ada yang ingin kamu sampaikan? tanya Ari.

" Gak!!"

"Ngomong aja.." Ari yakin ada yang tidak beres dengan istrinya yang kekanakan itu.

"Ntar kamu marah, lagi."

"Let's we talk.." pinta Ari.

"Kamu itu benar-benar ngeselin banget! aku suruh kamu ke sana untuk bantu aku, bukan malah mempermalukan aku didepan perempuan-perempuan itu!!" akhirnya Aira bersuara.

"Lagian salah kamu sih, pake ngatain kita pacaran. 'Kan gak etis banget!"

"Kreatif dikit kek, buat cari alasan. Kamu kan bisa bilang ke mereka kalau kita pacaran setelah menikah. Ini nggak, kamu malah tebar pesona dan ngasih mereka senyum perpisahan. Bikin aku pengen mual tau, nggak?" kesal Aira.

"Nggak.." balas Ari polos.

"Kamu benar-benar ngeselin!!!!"

"Udah, gak usah marah-marah. Mending kamu istirahat," ujar Ari. "Buat nanti malam." bisiknya di telinga Aira, membuat Aira tidak bisa bernafas.

Kamu pasti cuma bercanda. Aku nggak boleh berharap!

"Aku mau nge-gym dulu ya, biar kuat!" ujar Ari sembari terkekeh lalu melesat keluar.

Nggak, nggak mungkin! itu pasti cuma akal-akalan bang Ari aja.

Aira tidak mau berfikir banyak karena suaminya itu lebih sering iseng daripada serius.

_____

Pukul sepuluh malam Ari pulang dari pesantren. Dalam hatinya ia tersenyum simpul mengingat apa yang akan ia lewati malam ini. Pasti akan menjadi malam terindah.

Sementara di rumah, Aira sudah menyiapkan dirinya walaupun ia tidak seberapa yakin akan pesan suaminya yang meminta dirinya agar berdandan yang cantik untuknya.

Ia memakai dress pendek dan rambutnya dibiarkan terurai. Wajahnya telah ia poles dengan sedikit bedak dan teman-temannya agar terkesan lebih menarik. Walaupun suaminya itu tidak serius akan omongannya yang mengatakan akan usaha di malam ini, tapi tidak ada salahnya jika ia berdandan untuk menyenangkan hati sang suami.

Ketukan pintu kamar dari luar membuatnya tersentak. Jujur, Aira sendiri merasa malu dengan penampilannya saat ini yang terkesan bak model fashion show.

"Kamu cantik banget," ujar Ari begitu melihat pemandangan baru di hadapannya. Kamarnya juga menjadi dua kali lipat lebih wangi dari biasanya. Aira membalasnya dengan senyuman, lalu menundukkan wajahnya. Benar-benar malu. "tumben," sambung Ari sengaja, agar membuat istrinya kesal.

"Jadi kemarin-kemarin aku nggak cantik?"

"Nggak!" bohong Ari. "cantik itu dari hati, bukan dari fisiknya," sambungnya membuat Aira tertegun.

"Gimana? are you ready tonight?" Ari ingin melihat seberapa berani istrinya.

Aira memalingkan wajah, tidak berani menatap suaminya yang tengah meraih tangannya yang gemetaran dan mulai dingin itu.

"Kamu habis megang es batu ya, kok bisa dingin gini tangannya?" tanya Ari sembari mengulum senyum.

Benar-benar gak peka!

"Sok-sok malu segala, padahal udah pengen!" sembur Ari karena sedari tadi istrinya tidak mau menatap wajahnya. Alhasil, Aira menampakkan wajah kesalnya.

"Ya nggak lah!"

"Nggak apa? nggak pengen? yaudah kalo gitu aku langsung tidur aja," ujar Ari membuat istrinya semakin kesal.

"Bang? kamu serius gak sih?"

"Yaa lagian 'kan kamu nggak mau.." Ari menggodanya. "Gimana? mau apa nggak?" lanjut Ari sembari menahan senyum. Aira menunduk lalu menganggukkan kepalanya pelan. Ari ingin sekali tertawa dengan sikap istrinya itu. Diangkatnya pelan dagu sang istri agar menatapnya, lalu ia mengucapkan basmalah serta salam.

"Bismillah, assalamu'alaikum ya zaujatii.. Ya habibati.."

"Wa'alaikumussalam warahmatullah ya zauji,"

Ari bingung harus memulai dari mana, ia sendiri juga gemetaran. Akhirnya ia mengisyaratkan agar istrinya membuka kancing kemejanya. Aira yang diberikan aba-aba segera melakukannya.

Deringan ponsel menghentikan aktivitas Aira. Ia mengangkat wajahnya, meminta pendapat sang suami.

"Biarin aja,"

Perlahan Aira melanjutkan kembali. Seluruh kancing kemeja suaminya telah dibukanya dengan tangan yang begitu gemetaran. Jantungnya juga berdegup cukup kencang berada di posisi sedekat ini. Ia perlu menelan ludah menatap dada bidang milik suaminya.

Ari baru saja akan mencumbui istrinya, tetapi deringan ponsel kembali menganggunya.

"Siapa sih? kenapa harus disaat-saat seperti ini?" kesal Ari.

"Diangkat aja, kayaknya penting," Aira mengusulkan.

Dengan posisi yang masih begitu dekat, Ari meraih saku celananya untuk mengambilkan benda pipih itu. Jika itu Riski, ia akan memberikan sumpah serapah karena telah mengganggu malamnya, pasalnya ini semua adalah ide Riski, agar Ari menunaikan kewajibannya sebagai suami dengan memberikan nafkah batin untuk sang istri.

Aira yang kebetulan di hadapan suaminya sempat mengintip nama si penelepon.

Ummi? terus pake stiker love segala? Aira jadi tersentak kaget, tapi ia tidak ingin salah paham dulu.

"Nggak usah nangis, sayang. Baba ke sana sekarang. Tenang ya!"

Kata-kata suaminya itu membuat darah Aira berdesir hebat. Dengan langkah sigap Ari melepas sebelah tangannya yang sedari tadi dibiarkan memeluk pinggang ramping istrinya. Kancing kemejanya ia kaitkan kembali. Sungguh, pemandangan menyesakkan dada  Aira.

"Aku harus pergi," ujar Ari tanpa perasaan. Aira hanya bisa menatap kepergian suaminya dengan sedih hati.

Continue Reading

You'll Also Like

11.5K 1.1K 48
Salah satu harapan Halwa adalah bisa dapat kepercayaan dari orang-orang terdekatnya, dan salah satu keinginan Halwa adalah bisa mendapatkan cinta Asr...
190K 16.3K 82
JANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberi...
265K 24.9K 55
⚠️ DON'T COPAST!⚠️ (Sequel Secret Marriage) Start : January 2021 End : April 2021 Di dunia ini masih banyak manusia yang berfikir bahwa menikah ada...
6.5M 336K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...