Manajemen Rumah Tangga βœ”

By bintkariim

254K 17.3K 1.1K

π€π«πšπ›π’πœ || 𝐄𝐧𝐠π₯𝐒𝐬𝐑 (Follow dulu yuk!) β€’ πŸ‘‰Buat kamu yang masih muda tapi kebelet nikah, disarank... More

Testimoni
1
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Notes Penulis
Happy 200K Reads
TERBIT
VOTE COVER
OPEN ORDER MRT

4

6.4K 468 25
By bintkariim

"qumi... qumi ya habibati.."

Panggilan Ari membangunkan Aira dari tidurnya. Ia baru tersadar jika ternyata tadi malam ia tertidur di sofa.

"Kok tidurnya di sofa sih?" tanya Ari.  Aira mengucek matanya tanpa menjawab pertanyaan dari suaminya. "Ayo bangun! siap-siap setor vocab,"

Ari segera memasuki ruangan yang mereka jadikan mushalla dan perpustakaan mini mereka itu, ruangan itu terletak di sebelah kamar tidur. Lalu ia mulai mengerjakan  shalat subuh.

Sementara Aira mencuci wajahnya dan lainnya di kamar mandi. Ia menatap lewat cermin dirinya yang begitu menyedihkan. Tadi malam ia sengaja tidur di sofa supaya Ari tidak tahu jika sebenarnya ia menangis.

"Aira? hayya huna. Aku mau nyetor mufradat kamu," rupanya Ari telah selesai shalat.

Aira segera bergegas ke sana dengan membawa catatannya yang berisi mufradat yang harus dihafalnya.

Setelah menyetor hafalannya, Ari rupanya ingin muraja'ah, ia meminta sang istri untuk menyimaknya. Mau tidak mau Aira harus menuruti, ia hanya mengangguk atau menggeleng ketika ditanya sesuatu.

"Kamu kok dari tadi cuma mengangguk atau menggeleng kepala aja? kamu takut ngomong ya?" goda Ari. Aira hanya membalasnya dengan senyuman sinisnya.

"Kamu bisa kok ngomong dengan bahasa Indonesia, tapi sekali ngomong dapat satu poin," ujar Ari lagi sambil tersenyum menatap Aira. Aira balik menatapnya tajam, sampai akhirnya Ari yang memutuskan untuk berhenti menatap mata elang milik Aira.

Aira memilih untuk memasak saja, malas untuk menghadapi suaminya itu.

"Syayyun au halibun?" tanya Aira kepada Ari ketika suaminya itu baru saja duduk di meja makan. Ari sudah rapi dengan kemeja lengan panjang dan celana berbahan kain.

"Wow... aku pikir kamu udah nggak bisa bersuara karena sedari tadi subuh nggak ngomong sepatah katapun," balas Ari dengan girangnya.

"Syayyun au halibun?" tanya Aira untuk kali kedua.

"Qahwah faqad,"jawab Ari enteng.

Aira menatapnya tidak suka. Suaminya ini benar-benar cari gara-gara. Ketika Aira sudah menyiapkan teh dan susu suaminya malah meminta kopi.

Ari terkekeh melihat Aira yang pengen protes, tapi tidak tahu cara ngomongnya.

"Aku ke kampus dulu ya, ada keperluan. Kamu baik-baik di rumah, dan lakukan hal-hal yang bermanfaat," Ari memberikan tangannya yang langsun dicium oleh sang istri.

"Mukanya dikondisikan dong, jangan ditekuk gitu, senyum kek. Kemarin kamu manis banget senyumnya sampe bikin aku pengen menghilangkan senyum itu. Nggak taunya malah sukses," sambung Ari lagi.

"Mending antum ke kampus deh," lirih Aira lalu membereskan meja makan dan mencuci piring.

"Kamu marah?"

Aira hanya menggeleng.

Ari memberanikan dirinya untuk memeluk istrinya itu dari belakang. "Limadza?" bisik Ari di telinga istrinya itu.

Aira membalikkan badannya demi menatap wajah suaminya itu. "La ba'sa," balas Aira lalu memindahkan tangan suaminya yang memegang tangannya tadi.

"Kalau mau pergi, pergi aja,"

"Aku nggak bisa pergi ninggalin kamu dalam keadaan seperti ini. Kamu marah sama aku?" tanya Ari lagi.

"Apa kamu cinta sama aku?" tanya Aira tiba-tiba yang membuat kedua tangan Ari merespon untuk menangkup wajah tirus milik Aira. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah istrinya itu. Namun ia ragu. Hatinya memintanya untuk mencium Aira, sedangkan otaknya mengatakan jangan.

Ari memilih untuk melepaskan tangannya dari wajah Aira, dan menjauh. Aira begitu kecewa dengan suaminya itu.

_____

"Halo, assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumus salam," balas Ari. "Madza?"

"Tolong belikan.."

"Bil lughah arabiyah," ujar Ari.

Aira yang mendengarnya dibalik telfon menjadi sebal. Bisa-bisanya disaat genting seperti ini ia meminta istrinya itu berbahasa Arab.

"Aku lupa bahasa Arabnya.."

"Satu poin.." kata Ari dengan girangnya.

Di seberang sana Aira berdecak sebal.

"Buka kamus kan bisa.."

"Aku nggak sempat buka kamus..." Nada bicara Aira terdengar semakin kesal saja, namun Ari malah terkekeh geli.

"Dua poin. Makin banyak kamu bicara makin banyak poin pelanggaran kamu,"

Aira mendengus kesal. Tangannya sudah mengepal. "Tolong belikan pembalut wanita. Jangan lama. Dasar suami kejam ngeselin. Sok tegas. Aku tunggu di rumah. Jangan lupa belikan pesanan aku," belum sempat Ari menjawab, sambungan telepon sudah dimatikan sepihak oleh Aira.

"Lima poin...." ujar Ari sambil menatap hpnya. Ari tidak main-main, dia mengirimkan itu lewat pesan suara di WhatsApp.

Aira yang mendengar suara Ari lewat pesan suara itu mendengus kasar. Ia melemparkan ponselnya di atas ranjang lalu ikut menghempaskan tubuhnya ke sana. Ia tidak peduli hukuman apa yang akan diberikan suaminya padanya nanti, yang jelas saat ini emosinya sedang tidak stabil. Ia tidur menyamping dan memegang perutnya yang nyeri.

Tak lama kemudian suara motor gede milik Ari terdengar. Aira memejamkan matanya pura-pura tidur.

Ari memasuki kamar mereka dan tersenyum menatap istrinya yang sedang berbaring membelakanginya.

"Aku tahu kamu pura-pura tidur," ujar Ari. Ia tidak berbohong, karena di kamar ini terpasang CCTV yang tidak diketahui Aira. CCTV tersebut langsung terkoneksi ke ponselnya.

"Cepat bangun! suami kejammu ini ingin menghukummu,"

"Dasar suami yang gak punya hati," ucap istrinya setelah bangun.

"Wow.. so sweet..." balas Ari dengan manjanya. Ari duduk di hadapan sang istri dengan jarak yang begitu dekat. Ia memegang rahang Aira dengan kasar lalu menariknya semakin dekat dengannya dan meminta untuk menatapnya.

"Tadi pagi kamu tanya, apa aku cinta sama kamu?" sepertinya sudah begitu jelas ya, betapa aku mencintaimu," ujar Ari dengan senyum sarkastik.

"Kamu tahu, semakin kamu ngelunjak, aku akan semakin menghukum kamu," tambahnya lagi seraya menekan dagu istrinya itu sampai ia mengaduh kesakitan.

Aira sama sekali tidak rela untuk mengeluarkan air matanya itu. Sakit di perutnya tidak ada apa-apanya dibandingkan sakit hatinya.

"Kamu psikopat ya?" Aira membuka suara.

"Kurang lebih,"

"Aku sama sekali nggak nyangka, orang yang dikagumi oleh sebagian besar akhwat di kampus rupanya memiliki watak seburuk ini," ujar Aira kemudian.

"Dan kamu beruntung," jawab Ari dengan senyum sinisnya.

Ari bangkit dan mengambil pakaian kotornya lalu melemparkannya ke lantai, bahkan pakaian yang baru saja sebentar dipakainya. "Cuci! dan jangan kamu sentuh mesin cucinya," dengan kata lain Ari meminta istrinya untuk mencuci pakaiannya dengan tangan.

"Tunggu apalagi?" ujar Ari melihat istrinya masih bengong.

"Kenapa kamu nggak gantung aku aja?"

"Nggak bisa sayang, I will be slowly. Pelan-pelan..."

Aira memungut pakaian itu lalu ngacir keluar. Ia tidak tahan berlama-lama di kamar itu. Hatinya sudah begitu sakit.

Makin kesini aku semakin ingin menyerah, Ya Allah..

"Sayang?" panggil Ari ketika Aira sudah didepan pintu.

"Apa?" balas Aira dengan tatapan tidak bersahabat.

"Pesanan kamu ada di atas meja ruang tengah,"

"Persetan dengan pesanan itu. Pesanan yang membawa petaka," ujarnya dalam hati.

"Jangan lupa, besok kamu wajib bicara bahasa Inggris," seru Ari lagi.

"Aku pikir besok aku cuma tinggal nama," balas Aira lalu membanting pintu cukup keras.

Saat ini Aira sedang mencuci pakaian itu. Ketika ia melihat Ari sedang tertidur, ia menjalankan aksinya. Diambilnya selimut dan jaket Ari lalu dimasukkan ke mesin cuci, sampai akhirnya tugas mencucinya selesai.

"Tinggal di peras," ujar Aira seraya memasukkan pakaian satu persatu kedalam tabung peras.

"Aku bilang jangan sentuh mesin cucinya," seruan Ari mengagetkan sang istri.

"Oke!! nih, ambil baju kamu yang udah aku cuci. Peras dan jemur sendiri!!!"

"Hei, mau kemana kamu?" halang Ari ketika Aira ingin beranjak dari sana.

"Tugas aku cuma cuci doang kan?"

Aira memasuki kamar sebelah lalu tidur di sana. Ia benar-benar letih.

Bang Ari sama sekali gak berperasaan!!!

Terpaksa Ari harus menyelesaikan pekerjaan yang ditinggal istrinya itu.

Setelah menjemur pakaian Ari jadi mencari-cari keberadaan istrinya itu. Pasalnya dia tidak ada di kamar mereka, di ruang tengah dan ruang tamu juga tidak ada. Ari berusaha mencari istrinya kesana-kemari namun belum juga ditemukannya. Ingin menelponnya namun sang istri tidak membawa hp, hpnya masih di kamar.

Kamu kemana sih? apa kamu marah?

Ari menghentikan aktivitasnya mencari sang istri, dikarenakan sudah masuk waktu ashar. Ia mulai shalat, tak lupa ia mendoakan sang istri.

Ari tersenyum lega ketika menemukan Aira sedang tertidur di kamar sebelah. Seakan shalatnya tadi memberi petunjuk dimana keberadaan Aira. Perlahan ia membangunkan istrinya dan menyuruhnya untuk mandi.

"Badan kamu kok panas banget, Dek?" ujar Ari seraya meletakkan tangannya di dahi sang istri. Aira tidak menjawab. Ia memilih bangun dan duduk di ranjang single itu. Wajahnya nampak pucat, sepertinya kelelahan. Kemudian Ari membopongnya ke kamar mereka.

_____

Keesokan paginya Aira nampak segar bugar kembali. Entah bagaimana ceritanya ia bisa terlihat sehat kembali. Tapi sepertinya bantuan sang suami yang mengompres dahinya membuat demamnya turun. Tadi malam Ari minta izin kepada pimpinan ponpes untuk tidak mengajar.

Ia menjaga betul istrinya dan membacakan ayat-ayat Allah didekatnya, hingga selesai subuh ia tertidur kembali karena rasa kantuk menyerangnya.

"Aira?" seru Ari ketika tidak mendapati istrinya disampingnya ketika ia membuka matanya.

"Aira? kamu dimana, Dek?"

"Yes, I'm here!!!"

Ari tersenyum senang mendengar suara itu. Sepertinya istrinya sudah kembali. Sepertinya suara itu bersumber dari arah dapur. Diayunkannya langkahnya menuju ke sana.

"What are you doing, Wife?" tanya Ari ketika melihat istrinya sedang menyalakan kompor.

"Shopping," balas Aira dengan tawanya. Ari malah geleng-geleng kepala, ada-ada saja istrinya ini. "Today I make some cake for you. Thanks for last night,"

Ari tertegun. Istrinya berterimakasih padanya karena telah menemaninya tadi malam. Harusnya Aira marah padanya, karena gara-gara Ari ia jadi sakit. Rasa bersalah dan malu hadir di benak Ari melihat istrinya yang tidak pendendam itu.

Kenapa kamu terlalu baik?

"Kamu udah sembuh, Dek?" ujar Ari seraya menyentuh kening istrinya. Aira mengangguk pelan, lalu melanjutkan aktivitas masaknya.

Ari menuju meja makan lalu duduk di sana. "Dear, I want drink something. Where is that?"

"Coffee, tea, or milk?" tanya Aira.

"Up to you," jawab Ari santai. Matanya terus saja menatap gerak-gerik istrinya.

Jawaban Ari membuat Aira tersenyum simpul. Rasanya ingin mengerjainya kali ini.

Sesekali kamu yang aku kerjain, biar adil!!!

"I think you better drink water. This is good for health," ujar Aira seraya menyodorkan segelas air putih kepada suaminya itu. Ia berusaha untuk menyembunyikan senyumnya.

Ari tersenyum miring seraya mengambil gelas tersebut. "Wow... you are the best wife. Make me really really love you," ujarnya dengan tatapan tak bersahabat.

"Ouch thank you so much..." balas Aira penuh ekspresi. Bahkan ia memonyongkan bibirnya membuat Ari berdecak sebal.

"Kamu ternyata bisa ngeselin juga ya?" Ari bangun dari duduknya lalu mulai menggelitik pinggang istrinya itu dari belakang. Aira mencoba mengelak sebisa mungkin. Tubuhnya terasa geli.

"Udah, stop.." pekik Aira. Namun Ari sama sekali tidak melepaskannya. Bahkan tangannya sudah melingkari pinggang Aira.

"Itu kuenya bisa gosong..." teriak Aira, namun Ari masih saja dengan aksinya.

"Woy lepasin.."

Cup

Aira tersentak dengan benda kenyal menempel di pipi kirinya.

"Morning kiss," ujar Ari seraya melepaskan istrinya dan lari terbirit-birit ke kamar. Jantungnya tidak normal saat ini.

Ternyata seperti ini rasanya dekat dengan istri.

Ari yang sudah memasuki kamar jadi keluar kembali. "Dek, kamu jangan bengong aja, itu kuenya udah bau gosong.."

Aira yang mendengarnya menghela nafas panjang. Seakan baru tersadar. Ia cepat-cepat mematikan kompornya.

Saat ini Aira begitu terburu-buru menuju kampusnya. Bagaimana tidak, tadi durasi memasaknya sedikit lebih lama karena ada insiden yang diciptakan oleh suaminya.

"Pegangan. Kita harus ngebut biar kamu nggak terlambat," ujar Ari yang membuyarkan lamunan Aira yang baru saja menaiki motor.

"Ayo pegangan. Peluk juga bisa," kekeh Ari. Aira malah memukul pelan pundak suaminya itu.

"Ini bukan Eropa,"

_____

Sebenarnya hari ini jadwal kuliah Aira sampai jam empat sore, namun ternyata sang dosen membatalkannya. Aira berinisiatif untuk berkunjung ke asrama, rasa rindu kepada sahabat dan teman-temannya menyerang.

Ia memasuki kamarnya dulu. Ada beberapa barang-barangnya yang masih tertinggal di sana. Setelah itu ia memasuki kamar Mira. Beruntung Mira tidak ada jadwal kuliah sore ini.

"Gimana? rumah tangga baik-baik aja kan?" tanya Mira tanpa basa-basi. Saat ini di kamar itu cuma ada mereka berdua, karena adik tingkat yang sekamar dengan Mira sedang ada jadwal kuliah semua.

"Baik,"

Mereka merebahkan tubuhnya ke ranjang single yang bertingkat itu.

"Kantung mata anti kok menghitam gitu?" selidik Mira.

"Nggak tau. Mungkin ana kurang tidur," Aira memeluk guling milik Mira dan memejamkan matanya. Ia merindukan masa-masa tinggal di asrama.

"Anti kurang tidur?"

"Itu lho, bang Ari..."

"Diapain sama akhy Ari? wahh bisa-bisa semester lima udah buncit aja perut anti," seloroh Mira.

"Hei.. anti bilang apa sih? ana disuruh belajar sampe tengah malam sama dia,"

"Oalah, kirain kenapa,"

Setelah lama berbincang dengan sahabatnya itu, Aira pamit pulang dikarenakan sudah jam empat sore. Pasti suaminya sudah menjemputnya. Ia sudah trauma dengan kejadian kemarin karena dia tidak tepat waktu.

Continue Reading

You'll Also Like

31.8K 1.4K 59
Bagaimana jadinya jika dua insan yang di pertemukan melalui hubungan persahabatan... Tapi pada akhirnya harus di persatukan dalam perasaan saling men...
190K 16.3K 82
JANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberi...
265K 24.9K 55
⚠️ DON'T COPAST!⚠️ (Sequel Secret Marriage) Start : January 2021 End : April 2021 Di dunia ini masih banyak manusia yang berfikir bahwa menikah ada...
175K 21.6K 58
You're my sunshine, my snow, my moons, my spring, my summer, my falls, my winter, my seasons... 18+//Futa Tentang Winter dan Karina dan masa lalu