Her Savior (SELESAI)

By blcklipz

78.5K 1.6K 21

Book II Aendrov's Series WAJIB BACA HIS PROTECTOR DULU! Ditarik sebagian demi kepentingan penerbitan. Genre :... More

Blurb
1
2
3
4
5
7
8
9
11
12
Open PO

6

1.9K 107 0
By blcklipz

"Hanya segini?" Titan menatap tak percaya pada anak buahnya. Hari ini dia berkunjung ke salah satu markas rahasia setelah suruhannya selesai melakukan perintah. Yah, sebenarnya dia sangat jarang turun langsung ke lapangan. Hal tersebut dilakukan saat kondisi genting saja. Well, jabatannya sebagai bos membuat ia mudah melakukan sesuatu.

Kondisi di tempat ini sedikit gelap, alias remang-remang. Ada beberapa anak buahnya yang berkumpul sambil menunduk, enggan melakukan kontak mata dengannya karena takut.

"Maaf. Hanya segini yang bisa kami temukan di pinggiran, Bos. Terlalu sulit mencari mereka sekarang. Sepertinya, aksi kita sudah terendus. Karena itu banyak yang diamakan oleh negara," kata salah satu anak buah Titan.

Titan diam. Menatapi lima wanita remaja di depannya yang tampak ketakutan. Mereka terlihat usang karena memang anak buahnya menculik mereka dari jalanan, yah, kondisi yang wajar.

Sebenarnya dia punya dua bisnis. Yang pertama, dia adalah pewaris tunggal perusaahan orang tuanya. Ya, itu sudah jadi rahasia umum. Hanya saja, Titan tidak merasa cukup dengan hal tersebut, karena itulah dia membentuk organisasi rahasia yang melakukan kegiatan bisnis illegal.

Mafia? Ya, mungkin? Mereka punya banyak misi rahasia dan hal-hal yang menguntungkan organisasi dengan Titan sebagai ketuanya. Salah satu dari kegiatan tersebut adalah penyelundupan senjata, penculikan, dan prostitusi illegal.

Mereka menculik perempuan jalanan dan menjadikan mereka sebagai wanita di tempat prostitusi. Kegiatan ini sudah berlangsung sejak tujuh tahun yang lalu. Dan sampai sekarang, belum ada anak buahnya yang tertangkap. Menurut Titan, ia menyelamatkan anak-anak itu dengan menjadikan mereka pelacur. Lalu dibayar. Hal tersebut sama saja dengan memberi mereka pekerjaan, menurutnya. Ia sama sekali tidak peduli kalau hidup gadis-gadis itu harus hancur karena ambisinya semata.

Hanya saja, terkadang ada beberapa masalah yang sering terjadi di lapangan, khususnya dari kubu lain yang merasa tersaingi dengan organisasi mereka. Karena itu, ada banyak anak buahnya yang tumbang. Titan harus selalu membuka penerimaan anak buah baru dan mereka akan dilatih di rumahnya. Hal tersebut dilakukan guna untuk menghindari kekurangan anggota. Lagipula ia tidak sembarang menerima. Ada tes khusus yang dilakukan dan ia bisa memastikan orang-orang itu mampu menjaga rahasia dan melakukan tugas dengan baik. Atau, nyawa mereka jadi taruhannya.

"Apa yang kaulihat?" Titan saat ini mengenakan mantel tebal berwarna hitam yang menutupi semua bagian tubuhnya sampai ke mata kaki berjalan maju ke depan dan mencengkram pipi seorang gadis dekil dengan baju hijau yang saat ini berlutut di hadapannya. Mata biru milik perempuan itu menatap tajam, seolah ia menantang. "Apa kau mau mati?"

Perempuan itu masih bergeming. Lantas, sesaat kemudian dia mengigit lengan Titan keras. Terkejut, Titan refleks berteriak dan menarik tangannya. Mata biru milik lelaki itu menyala marah, membuat anak buahnya seketika mundur sembari menelan saliva masing-masing dengan kasar.

Titan mengulurkan sebelah tangannya dan mencekik leher perempuan yang ia perkirakan usianya baru 16 tahun tersebut hingga ia naik ke atas udara. Tentu saja perbuatan Titan itu membuat sang gadis meronta, berusaha mencakar, menendang, dan melawan. Namun, seolah tak kasihan, Titan terus melakukan aksinya. Ia bahkan mempererat cengkeraman itu.

"Kau sampah kotor yang kuselamatkan untuk kujadikan pelacur agar hidupmu jadi lebih baik. Dan sekarang, kau mengigitku? Memang sesuatu yang kotor sepertimu tidak pantas diberi kebaikan, ya?" Titan menarik senyum ke samping dan melempar tubuh gadis itu kasar ke lantai. Menimbulkan bunyi menyakitkan.

Empat perempuan lain hanya bisa menatap cemas pada gadis itu. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa dengan tangan dan kaki yang diikat dan mulut yang disumpal.

Titan maju, seolah belum puas. Setelah ia sampai di hadapan bocah tadi, dia menendang perempuan itu dengan kasar. Membabi buta. Menimbulkan suara menyakitkan, erangan menyayat hati. Mengerikan, pria itu seolah tengah mengubah sosoknya. Dari lelaki dingin menjadi lelaki gila.

Jika dia pernah berkata Kevin tampak seperti psiko, maka sebenarnya Titan tidak berbeda jauh dengannya. Hanya saja, ia mampu mengendalikan karakter ini dengan baik hingga tak mampu diendus oleh siapa pun.

"Pelacur sepertimu memang harus diberi pelajaran!" serunya setelah selesai menghujam beberapa tendangan. Membuat wajah gadis itu membiru dengan bibir yang sobek dan darah yang keluar di mana-mana.

Titan mundur, lalu menatap nyalang pada semua anak buahnya setelah selesai melakukan aksi keji tersebut. "Aku ingin anak ini yang jadi pelacur utama malam ini. Aku tidak peduli bagaimana cara kalian menutupi memar itu, tapi jangan buat aku kecewa. Kalau hal itu terjadi, kalian tahu sendiri akibatnya."

"Siap, Tuan!" seru anak buahnya bersamaan.

Titan menatap jarinya yang berbekat gigi lalu meludah tepat di atas wajah gadis tadi. Kemudian, ia berbalik. Melangkah pergi dari tempat itu sembari menyunggingkan senyum puas. Sama sekali tidak menyesal dengan apa yang ia lakukan.

Bukankah sudah pernah ia bilang? Ia sama sekali bukan orang yang baik.

Titan Claimiliton, dia bisa berperan menjadi apa saja.

**

William menyandarkan tubuhnya yang terasa lelah dan menarik napas. Perkataan Myserille terus terngiang-ngiang di kepala membuat ia semakin merasa bersalah sekaligus benci dengan perempuan itu. Tidak ada salahnya mencintai seseorang, tetapi mencintai William yang jelas-jelas jahat padanya ... bukankah itu bodoh?

Tapi kau juga pernah mencintai Margo yang jelas-jelas mencintai Daniel dan hanya memanfaatkanmu, Will. Kau sudah lupa akan hal itu?

William mengacak rambutnya frustrasi karena suara dari benaknya sendiri. Ia tidak pernah mengerti kenapa kehidupan cintanya bisa jadi serumit ini. Seakan, ia tidak pernah ditakdirkan untuk bahagia.

Di sela-sela rasa gundahnya, suara bariton milik seseorang terdengar. Membuat William terlonjak dan langsung melotot ke arah pria familier yang entah sejak kapan berdiri di hadapannya.

"Apa yang terjadi padamu, Will?Kenapa mengacak-ngacak rambut sendiri seperti itu?"

William mengerjap, lalu berdiri. Dirinya tampak tak percaya dengan siapa yang berdiri di hadapannya, lalu sedetik kemudian ia memeluk pria itu. "Erick, kapan kau pulang?"

Erick Doughteen, kakak kandung Margo, sahabatnya yang sudah lama pergi ke luar negeri tanpa kabar untuk urusan bisnis akhirnya kembali. Lelaki itu tampak jauh lebih tampan dari sebelumnya. Mata hazel yang sama dengan milik Margo, rambut blonde yang baru William lihat, dan senyuman menawan bahkan ketika usianya sudah menyentuh angka 38 tahun tampak tak berubah.

Erick melepaskan pelukan William dan tersenyum. "Kemarin. Aku pulang untuk mengantarkan sesuatu."

"Apa itu?" William menaikkan alis. Penasaran. Erick tidak pernah memberinya hadiah apa pun.

"Ini." Erick merogoh kantongnya dan mengeluarkan sebuah kertas yang tampak mewah dengan dominasi cokelat emas. "Undangan pernikahanku."

"Kau menikah?! William membulatkan mata. "Dengan siapa?"

"Bukankah kau sudah menikah lebih dulu?" sindir Erick. William memang tidak mengadakan pesta besar-besaran di pernikahannya mengingat acara itu didasari paksaan. Jadinya ia tidak mengundang siapa pun kecuali kerabat dekat.

"Maaf. Itu ... perjodohan yang tidak kuinginkan."

Erick terkekeh. "Aku tahu. Aku sudah mendengar semuanya dari Mamamu." Lelaki itu menepuk-nepuk pundak William perlahan sebelum menarik napas. "Kuatlah, Will. Nantinya kau pasti bahagia, aku yakin itu."

"Pasti. Aku pasti bahagia," kata William yakin sambil menarik senyum tipis. Lengkungan yang bahkan sudah tak lagi terlihat selama tiga tahun untuk kali pertama menampakkan diri lagi. "Jadi, kau menikah dengan siapa?"

"Aku?" Erick tertawa sebelum melanjutkan. "Dengan wanita yang usianya berbeda 20 tahun dari kita."

"Dia 58 tahun?" terka William terkejut.

"Dia 18, bodoh!" Erick memukul tangan William keras. "Maksudku, apa aku terlihat seperti orang yang menyukai tante-tante?"

"Kau menikahi anak kecil?" William membulatkan mata.

"Dia bukan lagi anak kecil kalau kau mengenalnya," kata Erick sambil menarik senyum. "Ah, sudahlah. Kapan-kapan kuceritakan. By the way, jangan lupa datang, ya? Ajak istrimu."

"Istri?" William membeo. Lalu dia menarik napas. "Oh, iya. Aku punya istri."

Erick tertawa paksa. "Aku juga mengundang dia by the way. Perusahaan kami bekerja sama. Besar kemungkinan dia akan datang."

"Siapa maksudmu?"

"Titan," sebut Erick ragu. Ia menatap air muka William yang kemudian berubah. "Lelaki yang menikahi mantan pacarmu itu ... mungkin saja dia akan datang."

***

yang gaktau erick pasti ga baca the bastard that i love

Continue Reading

You'll Also Like

16.4M 657K 38
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
5.5M 292K 56
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
419K 17K 34
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
2M 154K 31
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...