Between Us // Book 1 [DO NOT...

By bbybreads

34.1K 3.7K 2.1K

Sudah terlalu lama aku diam tak berkata. Tak bisa menyapa apalagi mengutarakan rasa. Sedang kalian tertawa... More

Between Us - 1
Between Us - 2
Between Us - 3
Between Us - 4
Between Us - 5
Between Us - 7
Between Us - 8
Between Us - 9
Between Us - 10
Between Us - 11
Between Us - 12
Between Us - 13
Between Us - 14
Between Us - 15
Between Us - 16
Between Us - 17
Between Us - 18
Between Us - 19
Between Us - 20
Between Us - 21
Between Us - 22
Between Us - 23
Author's Note
Between Us - 24
Between Us - 25
Between Us - 26
Between Us - 27
Author's Note / 2
Between Us - 28
"Looking For You [Short Story]"
Between Us - 29
Between Us - 30
Between Us - 31
Between Us - 32
Between Us - 33
Between Us - 34
Sequel - REACQUAINTANCE
REACQUAINTANCE PUBLISHED!! (harap dibaca)

Between Us - 6

1K 125 31
By bbybreads

|Elena's Pov

Mataku memanas. Dan aku masih tidak bisa berkata apa-apa.

"Ya, aku juga minta maaf. Selamat malam, Helena," gumamku. Setelahnya aku berusaha memejamkan kedua mataku.

Aku mengerjapkan kedua mataku ketika terbangun. Sekarang jam 9 malam. Apa tadi aku ketiduran?

Aku bangun dari tidurku dan mengambil segelas air putih di atas nakas.

Kenapa ada suara orang tertawa?, batinku.

Aku berjalan ke arah jendela dan mengintip ke luar. Di beranda tidak ada siapa-siapa. Lalu siapa yang tertawa?

Pandanganku menangkap sosok Greyson yang berdiri ke arah kamarku dari beranda kamarnya sambil menelpon.

Greyson menelpon siapa malam-malam begini? Begitu sadar siapa yang dia telpon, aku menengokkan kepalaku ke kiri. Benar juga ternyata, mereka sedang mengobrol melalui telpon di beranda.

Kenapa sesakit ini ya Tuhan rasanya? Aku menghapus air mata dari mataku yang mulai sembab.

Aku tidak bisa mengambil Greyson dari Helena. Aku pasti bisa melupakan Greyson.

. . .

|Greyson's Pov

Tak ada yang bisa aku lakukan saat melihat mereka saling menyahut seperti tadi. Seperginya Elena dari meja makan, aku dan Helena sama-sama diam.

"Ma- makasih Grey," ucap Helena tiba-tiba.

"Buat?" Helena hanya menatapku.

"Oh, iya gak apa-apa dan maaf Helena, tadi aku tidak sengaja," ucapku menyadari maksudnya.

Ada apa denganmu Greyson? Kenapa aku jadi gugup begini di depan Helena?

"Mungkin, aku akan pulang sekarang," ucapku tiba-tiba. Sekarang sudah jam setengah 8 malam. Jadi aku harus segera pulang.

"Oh, oke," sahut Helena.

"Sebenarnya aku ingin pamit juga ke Elena. Tapi aku gak mau mengganggunya dulu," ucapku ketika berdiri.

"Aku akan sampaikan nanti," sahutnya. Aku lalu mengangguk.

"Oke. Aku pulang ya Helena," pamitku.

"Mom, Greyson mau pulang," Helena ke arah dapur menghampiri ibunya.

"Oh iya sayang, sering-sering ya main ke sini," ucap Tante Milla ketika keluar dari dalam dapur.

"Iya, tante, Greyson pulang dulu. Terima kasih makan malamnya. Selamat malam," pamitku.

"Malam,"

. . .

|Helena's Pov

Sepulangnya Greyson, aku langsung berlari menuju lantai atas ke kamar Elena.

"Elena, aku minta maaf. Tidak seharusnya aku berteriak seperti tadi padamu," ucapku setelah mengetuk pintu kamar Elena pelan. Tak ada sahutan dari dalam kamar.

"Aku, benar-benar minta maaf," ucapku lagi. Masih tidak ada sahutan.

"Oiya, Greyson ingin pamit pulang. Dan dia tidak ingin menganggu istirahatmu. Begitupun aku. Jadi, selamat malam Elena," ucapku dan masih tidak ada suara yang menyahut. Setelahnya aku memutuskan kembali ke kamarku.

. . .

|Greyson's Pov


"Greyson pulang," ucapku ketika aku membuka pintu rumah dan tak ada sahutan.

"Kenapa sepi ya?" gumamku. Karena keadaan benar-benar sepi.

Mungkin Mom belum pulang, pikirku. Aku pun langsung berjalan ke kamarku di lantai dua.

Saat aku ingin masuk ke dalam kamarku, aku mendengar suara shower dari kamar mandi di kamar sebelah kamarku. Aku berjalan ke kamar itu, masuk dan berjalan ke arah kamar mandi. Namun tiba-tiba suara showernya berhenti.

Aku membuka pintu kamar mandinya dan, "Boo!!" teriak seseorang mengagetkanku dari dalam kamar mandi. Aku mundur hingga tersungkur ke belakang dan kepalaku membentur ujung tempat tidurku. Lalu terdengar suara seseorang yang menertawaiku.

"You're so cutie my little bro!" ucapnya sambil tertawa.

Ya Tuhan. Aku kenal suara ini!

"Alexa!! You're so-" sentakku. Aku baru ingin meneriakinya, tetapi kepalaku rasanya sakit sekali akibat benturan tadi. Aku meringis memegangi kepalaku.

Sedangkan Alexa masih tertawa di depanku. Dasar kakak kejam. Tertawa di atas penderitaan adiknya sendiri. Aku masih terduduk dan meringis. Biar saja dia merasa sangat bersalah padaku.

"Hei, are you okay?" tanyanya. Aku yang sedang tertunduk masih bisa melihat kakinya berjalan menghampiriku. Dia membantuku berdiri dan duduk di atas tempat tidurnya.

Ingin tertawa kencang rasanya melihat Alexa merasa bersalah seperti ini.

"Say something dumb-ass!" dia menggoyangkan kedua bahuku. Sedangkan aku masih menunduk. Mendalami actingku untuk mengelabuinya.

Ya Tuhan, aku jadi tidak tahan mengerjainya seperti ini.

Masih dalam keadaan terduduk aku menahan tawaku. Kedua tanganku beralih memegangi perutku. Serius, benar-benar lucu melihat wajahnya memelas saat ini.

"Heh? Kenapa sih?" tanya Alexa.

"Mukamu," aku menyahut masih tertawa geli.

"Damn you! It's not funny at all! Aku khawatir dan kau ternyata mengerjaiku?" serunya. Kayaknya dia marah deh. Dia pun beranjak dan meninggalkanku yang masih tertawa. Aku spontan menarik tangannya.

"I miss you so much," ucapku dan langsung memeluknya.

Ternyata Alexa pulang lebih cepat. Entahlah apa yang direncanakan kakakku yang satu ini. Padahal dia bilang padaku kalau akan pulang besok. Tapi nyatanya, hari ini dia sudah muncul di depanku.

"I miss you more shit head!" dia balas memelukku sebentar lalu langsung menjitak kepalaku.

Aku kembali meringis. Untuk kepalaku yang sakit, itu diluar sandiwaraku. Benar-benar kejam Alexa ini.

"Ceritakan," ucapnya.

"Apa?" tanyaku.

"Ceritakan darimana saja kau! Mom bilang kau pulang sekolah saat sore. Lalu kenapa baru muncul malam-malam begini?" tanya Alexa padaku.

Yah, sebagai adik yang baik, akupun menceritakan kepindahanku ke sini. Sekolahku, teman-temanku, dan yang pasti si kembar Elena dan Helena.

. . .

Satu jam kemudian, aku baru selesai bercerita pada Alexa. Aku memang tidak pandai bercerita, dua hari saja bisa aku singkat jadi satu jam.

Tapi, semua itu sudah kurangkum dengan baik. Aku juga bercerita tentang perasaanku pada Helena.

"Dan kau sudah bisa membedakan si kembar itu?" tanya Alexa setelah aku selesai bercerita.

"Bodoh, aku kan tadi sudah mengatakannya padamu, Elena berambut pendek sedangkan Helena berambut panjang," jelasku lagi dan Alexa hanya mengangguk-nganggukkan kepalanya di depanku.

"Aku jadi ingin melihat mereka. Kau harus mengenalkannya padaku kapan-kapan," ucapnya.

"Kita kan tinggal bersebelahan. Kau akan mudah menemuinya di hari libur," sahutku.

"Sudahlah, aku ingin tidur," ucapku lalu beranjak dari tempat tidur Alexa dan kembali ke kamarku.

"Selamat memimpikan Helena, adikku," ucap Alexa ketika aku baru saja ingin menutup pintu kamarnya.

"Terima kasih kakakku," aku memutar kedua bola mataku saat mengatakannya. Jujur, tampak bodoh sekali diriku.

Sekembalinya dari kamar Alexa, aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidurku. Kenapa aku jadi bosan ya? Ah ya! Lebih baik aku telepon saja Helena. Tiba-tiba aku jadi rindu padanya.

Sekarang jam 9 kurang. Aku memutuskan untuk meneleponnya di beranda. Semoga saja aku tidak menganggunya.

. . .

Selesai menelepon selama setengah jam, aku memutuskan untuk merebahkan tubuhku di tempat tidur.

Kenapa denganku? Kenapa aku jadi semakin menyukai Helena seperti ini? Padahal jarak rumah kami sangat dekat, tapi aku selalu merindukan senyumnya.

Di samping itu, aku juga memikirkan saran dari Alexa. Rasanya seperti kaset yang terus-terusan terputar ulang di kepalaku.

'Kalau kau mencoba mendekatinya, cari tau dulu, apakah ada hati lain yang tersakiti,'

Tapi aku sendiri masih bingung dengan perkatannya itu. Yah, lebih baik aku tidur saja dari pada memikirkan hal yang membuatku bingung.

. . .

|Elena's Pov

Ini sudah memasuki bulan kedua di semester kedua. Sampai saat ini aku masih menghindari hal-hal yang akan membuatku dekat dengan Greyson. Hasilnya memang masih terlalu buruk.

Soalnya, hampir setiap hari, Greyson datang ke rumah untuk menemui Helena. Walau sesekali Ia datang untuk mengerjakan tugas denganku. Jadi itu belum membuatku berhenti menyukainya.

"Apa kau ada acara sepulang sekolah?" tanya Greyson saat aku sedang memasukkan bukuku ke dalam tas.

Mr. Treft tidak masuk saat pelajaran terakhir. Jadi setelah Mr. Treft meninggalkan kelas aku segera merapikan mejaku agar bisa bersantai.

"Entahlah, aku tidak membuat jadwal," jawabku sambil menyeleting tasku. Aku lalu duduk dan menyandar pada kursi.

"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat," ucap Greyson. Tanpa menengok aku memilih diam di tempat. Aku yakin telingaku hari ini tidak bermasalah.

Tidak, tidak. Aku pasti salah dengar.

"Elena! Kau mendengarku kan?" tanya Greyson. Aku spontan menoleh ke arahnya.

"Mendengar? Mendengar apa?" tanyaku.

"Sudahlah. Kuanggap itu 'ya'. Pokoknya nanti kau ikut saja denganku." ucapnya secara sepihak.

Aku masih diam. Pikiranku masih menerka perkataan Greyson. Kemana dia akan membawaku? Dan bagaimana dengan Helena? Apa Greyson tidak mengantar Helena?

"Grey-" aku tidak jadi memanggil karena tidak menemukan Greyson di tempat duduknya.

"Kemana Greyson?" tanyaku pada Hilly yang duduk di depan Greyson.

"Tadi dia keluar," jawab Hilly lalu kembali memainkan handphonenya.

Keluar? Kemana? Tapi, tasnya masih ada di bangkunya.

Aku memutuskan untuk tidak memikirkan hal itu lagi. Aku lalu memasangkan headset di telingaku dan membiarkan lagu-lagu dalam playlist musikku mengalun.

. . .

"Elena, bangun," ucap seseorang yang membangunkanku sambil menggoyang-goyangkan bahuku. Aku mengerjapkan kedua mataku.

"Greyson?" gumamku ketika menukan sosok Greyson yang tadi membangunkanku.

"Kau ini. Masa aku harus menunggumu bangun," ucap Greyson lalu mengambil tas miliknya dari bangkunya.

"Udah pulang ya?" tanyaku. Aku lalu mengambil tasku dan menggendongnya.

"Sejak satu menit yang lalu," sahutnya.

"Kenapa gak-"

"Ssstttt, kau diam saja, oke? Hari ini aku kan akan mengajakmu ke suatu tempat," sela Greyson menarik lenganku ke luar dari kelas.

Aku mengangguk pelan mematuhi perkataan Greyson. Sampai saat ini pun, Greyson belum memberitahuku kemana dia akan membawaku. Dan apa alasan dia mengajakku. Dan kenapa hari ini dia tidak mengantar Helena pulang.

"Kau gak antar Helena pulang hari ini?" tanyaku ketika lagi menuju parkiran.

"Aku udah bilang padanya," jawab Greyson.

"Bilang apa? Kau gak bilang kalau pergi denganku kan?" tanyaku panik. Bagaimana kalau Helena tau Greyson ternyata pergi denganku?

Greyson hanya tertawa menanggapi pertanyaanku. Sedangkan aku memasang wajah heran karena menurutku tidak ada yang lucu dari pertanyaanku barusan.

. . .

Aku terus-terusan memandangi tempat di sekelilingku. Kenapa Greyson membawaku ke sini?

Tempat ini lebih mirip restoran, tapi tepat di depan kami ada lapangan rumput yang luas. Di setiap sudut lapangan rumput di sini ada beberapa tumpuk kardus. Greyson bilang nanti malam akan ada pesta kembang api di sini.

Lalu apa tujuan Greyson membawaku?

"Greyson? Ngapain kita ke sini?" tanyaku lagi yang selalu di jawabnya dengan senyum yang tidak bisa aku mengerti.

"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu," jawabnya kali ini masih dengan senyum. Entah kenapa, jantungku jadi berpacu lebih cepat. Aku mulai merasakan tubuhku mengeluarkan keringat dingin.

"Me- menanyakan sesuatu?" gumamku. Dan Greyson mengangguk.

"Menanyakan apa?" tanyaku. Lagi, Greyson kembali tersenyum.

. . .

"Kau baru pulang, sayang?" tanya Mom ketika aku melangkah melewati Mom yang sedang duduk di ruang tamu. Aku yang tadinya terdiam jadi tersentak ketika mendengar suara Mom.

"Uh, iya Mom. Aku dan Hilly habis mendiskusikan tugas di sekolah," jawabku. Mom hanya mengangguk menanggapiku.

"Aku ke atas ya Mom," ucapku lagi.

"Iya, jangan lupa bersihkan dirimu ya," sahut Mom ketika aku baru ingin menaiki tangga.

Namun kemudian aku berhenti melangkah.

"Oh iya Mom, Helena udah pulang?" tanyaku setengah berteriak.

"Dia ada di kamarnya sayang," jawab Mom. Oh, oke. Jadi Helena sudah pulang.

Aku melesat masuk ke dalam kamarku.

"Jadi, apa aku harus memberitahu pada Helena, apa saja yang Greyson katakan padaku?" gumamku saat aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Aku melirik ke arah jam dinding di kamarku.

"Ya Tuhan. Sebentar lagi jam 7 malam. Greyson akan menjemput ke sini," gumamku dan sontak aku merubah posisiku jadi duduk. Aku lalu berdiri dan mondar-mandir tidak sabar.

"Berpikir Elena! Berpikir!" gumamku.

Tok tok tok

Aku berhenti mondar-mandir ketika terdengar suara ketukan pada pintu kamarku.

"Elena kau di dalam?" tanya sebuah suara dari luar. Itu suara Helena!

"I-iya Hel, kenapa?" sahutku.

"Boleh aku masuk? Aku ingin menanyakan sesuatu padamu," tanyanya lagi. Aku terdiam sebentar.

'Menanyakan sesuatu? Menanyakan apa?', batinku.

"Masuk aja, Hel," ucapku akhirnya.

. . .

|Greyson's Pov


Akhirnya rencana yang sudah kususun bareng Alexa hampir berhasil.

Aku melirik jam dinding di kamarku, sebentar lagi jam 7 dan aku akan menjemputnya.

Aku memakai pakaian yang cukup simple. Kemeja abu-abu, jeans hitam dan sneakers hitam kesukaanku.

Setelah aku pamit dengan Mom dan Alexa, Aku pun segera menuju moses dan mengendarainya menuju rumah Elena.

"Good luck, Grey!" ucap Alexa menyemangatiku. Dan aku melihat Mom hanya menatap kita heran sambil menggeleng-gelengkan kepala.

. . .

Sesampainya di rumah Elena. Aku segera memencet bel rumah.

Ting-tong ting-tong

"Permisi," panggilku.

Gak lama, terdengar suara langkah kaki yang mendekati pintu. Pintu pun terbuka dan menampilkan sosok wanita dengan blouse yang warnanya senada dengan jeansku. Dia terlihat sangat cantik.

"Jadi, kau siap, Helena?" tanyaku. Dan dia tersenyum lalu mengangguk singkat.

× × ×

[To be continue]

[a/n] :
Keep reading and vomments! Thank u :))

-naadiaasa

Continue Reading

You'll Also Like

361K 12.7K 41
فيصل بحده وعصبيه نطق: ان ماخذيتك وربيتك ماكون ولد محمد الوجد ببرود وعناد : ان مارفضتك ماكون بنت تركي !
29.1M 921K 49
[BOOK ONE] [Completed] [Voted #1 Best Action Story in the 2019 Fiction Awards] Liam Luciano is one of the most feared men in all the world. At the yo...
6M 47.5K 55
Welcome to The Wattpad HQ Community Happenings story! We are so glad you're part of our global community. This is the place for readers and writers...
23.9M 832K 69
"The Hacker and the Mob Boss" ❦ Reyna Fields seems to be an ordinary girl with her thick-framed glasses, baggy clothes, hair always up in a ponytail...