The Greener Grass

By Ivyluppin

25.3K 2.9K 1.3K

Melihat ke atas tak pernah cukup, melihat ke bawah tak pernah syukur. Naruto, pekerja magang dengan gaji pas... More

Prolog
Pancake Kubis
Forget Me Not
Keluarga
Hitungan Ke-100
Perang Cinta Tahap 1
Posesif Check
Jangan Pernah Lupakan Aku
Perang Cinta Tahap II
Pertempuran Dimulai
Catatan Konsultasi
OPEN ORDER

Gelang Pertemanan

2.2K 293 176
By Ivyluppin

Dua bola mata sehitam jelaga bergulir menatap seorang pria yang lebih muda di kursi paling ujung, diam-diam mengigit bibir dan merenungkan mengapa adiknya tampak selalu sendu meski semua orang di sekitarnya berusaha memberinya suasana ramah. Itachi kadang diselimuti penasaran apa gerangan yang membuat Sasuke lebih diam dalam beberapa hari terakhir, apa yang sedang dia pikirkan?

Di beberapa poin---sebelum dia selesai dengan kontemplasinya, Kakashi memanggilnya dengan lemparan pertanyaan.

"Tuan, apakah saya perlu menyiapkan naskah pidato untuk acara minggu depan?"

Itachi menatap Kakashi "Tidak perlu."

Matanya kembali memandang ke Sasuke, tersenyum sebelum dia berkata "Sasuke, akan ada peluncuran badan amal baru milik group, kali ini tidak hanya berfokus pada pendidikan tapi pemberian dukungan moril bagi anak-anak korban bencana alam." Itachi menghentikan kalimatnya, kecewa bahkan Sasuke masih enggan memalingkan wajahnya dari buku yang dia baca "..aku berencana mengajakmu. Kau mau?" tawarnya.

Tidak ada respons tapi setelahnya Sasuke mengangguk tanpa memalingkan wajahnya dari buku di tangannya.

Mereka di ruang tengah saat sasuke duduk begitu tenang di ujung dekat perapian yang mati sedangkan Itachi mengurus beberapa pekerjaan yang tersisa sambil berpikir gaya santai dengan melakukannya di ruang tengah bersama asisten pribadinya Kakashi.

Senyum puas tergambar di wajahnya saat dia menerima anggukan itu. Dia memalingkan wajahnya ke arah Kakashi "Ah aku lupa, dimana panitia menyiapkan venuenya?."

"Downtown Magatama Hotel & Exhibition." ujar Kakashi lalu Itachi mengangguk, namun Kakashi tiba-tiba melanjutkan "...itu rencana awal, tapi karena miss communication dari Sales Banquet mereka yang justru memasukkan event pameran berlian Hondo di tanggal yang sama, jadinya batal. Secara khusus GM mereka, Mr. Charles, sudah menyampaikan permohonan maaf dan mengarahkan acara ke Magatama Marquis. Ms. Tsunade sudah menerima inquiry dan menyiapkan tempat." Jelas Kakashi panjang lebar.

"Sembrono." Ujar Itachi.

Matanya kembali bergulir ke arah Sasuke.

Dia kembali tersenyum "Apa kau ingin berkuda besok? Kita sudah jarang berkuda bersama, Sasuke."

Sasuke mengangguk.

Itachi tersenyum lebih cerah.

.

.

###

.

.

5 am I can't eat right, I can't sleep right
I can't do anything without you
I've been running from you all night and now it feel like
I can't do anything without you
Want you I want you babe
I want it baby
Want you I want you babe
Yeah I need it baby
Want you I want you babe
I want it baby

(5AM_Calvin Harris)

"Uhhuuuuyyyy~" Ino dan Lee bergoyang-goyang sembari mengangkat cermin kecil di depannya sambil bernyanyi.

Director Yahiko masih dinas di Luar Kota, ada sebuah pertemuan Conference Leader Summit khusus Departemen Humas di bawah Magatama Hotels & Resorts group yang diadakan di Taiwan. Suasana kantor menjadi gila dan semarak. Departemen paling gila dan ramai adalah departemen Humas dan Sales. Dua departemen berisi orang-orang bawel dan penggosip ulung.

"Apa kau yakin kita menampilkan ini saat Staff Gathering?" tanya Sakura.

"HR kemarin kan bilang kalau tema bulan depan Metro Party, aku akan menciptakan koreografinya dengan Lee. Jangan khawatir, jangan khawatir. Uhuuyyy~ Want you I want you babe, I want it baby..."Ujar Ino.

Naruto sedang bertugas melakukan media monitoring dari beberapa situs online dan cetak, suasana masih ramai hingga Ms. Tsunade masuk dan keheningan yang super canggung berderap naik melalui tulang punggung mereka seperti belati.

GM adalah Yang Mulia ke 2 setelah Maha Dewa Owner.

"Berisik sekali, kalo tidak Sales sedang kumpul sambil makan-makan di kantor. Humas kalian justru karaoke." Ujar Ms. Tsunade sambil menghela nafas.

Tsunade, "Hari ini acara Badan Amal owner di lantai 9, sudah kalian check?" tanyanya.

"Sudah beres bu, saya sudah bertanya pada Tetsuna hari ini akan ada beberapa media yang hadir. Kami akan kesana setelah ini, bu." Jawab Sakura.

"Usahakan ada release, owner sendiri akan datang, minta ijin pada asistennya untuk wawancara."

Semua orang mengangguk lalu Tsunade nampak mengangguk-angguk lalu memandang ke arah Naruto sebelum pergi.

Setelah Tsunade pergi, rasanya gletser mencair. Semua orang menghela nafas dan musik benar-benar dimatikan. Ino mendekati Naruto sambil merapikan rambutnya.

"Adik kecil, kalau sudah selesai media monitoring, kau bisa naik lantai 9 untuk melihat acara owner. Akan ada banyak media, jadi kau bisa sekalian belajar bagaimana menjalin relasi dengan mereka." Ino memberikan kedipan dan senyuman.

Sebuah senyum lebar menghiasa wajah Naruto, inti dari PR adalah menjalin relasi dengan media demi mendapatkan exposure produk dalam rangka pembentukan citra positif. Jadi kesempatan emas macam ini harus dia manfaatkan.

Naruto mengangguk seperti anak ayam mematuk beras, matanya berbinar dan Ino tertawa.

"Oh aku membawa coklat, kemarin kakakku baru pulang dari Rusia. Untukmu saja, aku sedang diet ketat, anggap hadiah karena kau membantu laporanku bulan lalu." Ujar Ino sembari menyerahkan satu bungkus besar berisi 25 bungkus coklat.

"Terima kasih kak." Naruto membungkuk bahagia.

Menjadi anak magang dan orang termuda di Departemen membuatnya seperti adik laki-laki bagi semua orang. Karena Naruto rajin dan suka membantu, seluruh seniornya benar-benar menyukainya.

.

.

Dia akan naik ke lantai 9 setelah laporan media monitoring selesai diupload di Drive untuk di check oleh seniornya. Naruto yang penuh semangat menekan lift dan melihat orang-orang ramai di depan pintu masuk Peninsula Ballroom.

Semua kebanyakan tamu undangan resmi dan berpakaian rapi, dari dalam Ballroom suara MC terdengar, mungkin mereka sudah sampai di tengah acara.

Ketika akan melangkahkan kakinya masuk, dia tidak sengaja melihat siluet orang yang dikenalnya. Dan dia melotot. Langkahnya panjang dan segera menarik paksa lengan orang tersebut, menariknya menuju pintu tangga darurat dan menutupnya.

Nafasnya terengah-engah. Lalu dia memandang pria di depannya.

"Kau sedang apa sih?" tanya Naruto "Aiyayahh... kalau mau ketemu kan ada nomor telephone di kartu namaku kemarin. Nggak perlu datang ke tempat kerjaku." Katanya mengeluh.

Pria di depannya hanya diam sambil memandang Naruto dengan emosi yang bermacam-macam di air mukanya.

Naruto memandang pria di depannya diam sebentar, lalu matanya khawatir, "Apa kau baik-baik saja?" tangannya mendarat di telapak dahi pria itu.

"Apa konsep bunuh diri masih menggelora di jiwamu? Apa kau mendapatkan ide-ide gila di kepalamu?" Tanyanya dengan serentetan pertanyaan.

Pria itu memandang dimana tangan Naruto terletak di dahinya, jenis pandangan tajam yang membunuh. Melihatnya cepat-cepat Naruto menurunkan tangannya.

"Maaf ini hanya dorongan impulsifku. Wajahmu pucat, jadi kupikir kau sakit. Haha.." Naruto tertawa canggung.

"Kau tidak tahu siapa aku?" tanya Pria itu dengan suara mencela.

"Manusia dengan obsesi kematian tinggi?" Jawab Naruto cepat, wajahnya merengut "Ckckck, nadamu itu kok membuatku kesal, memang siapa kau? Anak perdana menteri? Anggota parlemen? Owner hotelku?" Naruto mendengus, kekesalan tumbuh dalam dirinya lalu dia menyentak "Yaakk!! Siapa memang dirimu? Siapa namamu?"

Pria di depannya ingin sekali membuka mulut dan berkata dengan keras 'Uchiha Sasuke, owner hotelmu, mati kau sekarang!" Namun sebuah dorongan dalam dirinya membuatnya bungkam. Dia melirik sekitar, memandang bahwa mereka berada di tangga darurat dimana bagian sebelah kanan adalah kaca tembus pandang. Dia menatap sesuatu di jalanan kota dan menyadur hal pertama yang tertangkap matanya. Sebuah papan reklame besar sedang memasang produk kipas angin terbaru.

Tanpa berpikir panjang, Sasuke itu berkata "Temuji.. namaku Temuji."

Ada lapisan keheningan yang membungkus mereka dalam sesaat hingga tawa terbahak-bahak lepas dari Naruto. Bagaimana bisa seseorang dengan wajah super tampan memiliki nama jadul? (Di Indonesia, seperti pria setampan Rio Haryanto tapi punya nama Suparjo).

Naruto mengelap air mata di sudut matanya, perutnya kram karna tertawa sedangkan pria di depannya masih berdiri tangguh tanpa ekspresi "Berapa umurmu sekarang? Jangan menakut-nakuti seseorang dengan latar belakang. Kau sangat dangkal."

Naruto menghela nafas "Baiklah kakak Temuji satu ini, kau sengaja mencariku ya. Tapi aku sedang kerja sekarang." Naruto duduk di tangga, meluruskan kakinya lalu menarik tangan pria di sampingnya untuk duduk.

"Sudah makan?" tanya Naruto.

Pria itu menggeleng.

Naruto menarik tangan Sasuke, terdiam sejenak melihat bagian nadi pria itu ada bekas sayatan besar.

Ini..dia juga mencoba bunuh diri dengan cara ini..

Melihat arah pandang sepasang mata cemerlang itu, Sasuke hendak menarik kembali lengannya namun di tahan, pemuda bernama Naruto di depannya meletakkan sesuatu di telapak tangannya "Ini, kubagi coklat punyaku. Ini coklat Rusia jadi ada pahit-pahitnya gitu. Makan ini dulu ya sementara." Kata Naruto lalu dia memakan coklatnya sendiri.

"Kalau mau curhat denganku, tunda sampai lusa gimana? Aku off besok kamis. Kita ketemu di mandatory tourism spot okee."

Sasuke menoleh, alisnya terangkat "Dimana itu? Tidak pernah dengar."

Naruto tertawa, si Jadul ini.. batinnya

"Tempat patung Hachiko, turis internasional suka memberikan caption mandatory tourism spot kalau foto disana. Itu kan istilah gaul."jelas Naruto lalu berdiri.

"Aku harus balik kerja lagi." dia menaiki tangga dan membuka pintu, Sasuke mengikuti di belakang. Naruto menyeret Sasuke ke lift.

"Kau tahu arah jalan pulang kan? Ada halte dekat sini, tapi kau pakai kereta bawah tanah saja lebih cepat. Cha, aku pergi dulu ya. Temuji aniki, hati-hati di jalan." Naruto bergegas pergi, dia melambaikan tangan ke arahnya.

Sasuke masih diam di depan lift memandangi kemana pemuda bernama Naruto itu pergi hingga sosoknya tidak terlihat lagi. Dia membuka genggaman tangannya, sebuah bungkus coklat kecil di genggaman tangannya, dia berdecih.

Derap langkah beberapa orang menghampirinya.

"Sasuke-sama, a-anda baik-baik saja?" ujar salah satu dari mereka bertanya.

"Hmm." Tanggapnya.

"Mari lewat sini, Itachi-sama khawatir karena Anda tiba-tiba menghilang."

Sasuke pergi mengikuti mereka.

.

.

###

.

.

Lusanya mereka bertemu di dekat patung Hachiko, Naruto berpakaian santai dengan kaos dan celana jeans sedangkan Sasuke memakai kemeja dan celana bahan. Naruto berkedip-kedip ketika memperhatikan bagaimana rapinya Sasuke dalam berpakaian.

"Apa kau tahu mau kemana kita?" tanya Naruto, Sasuke hanya meliriknya.

"Pasaaaar! Kita akan belanja bahan masakan. Saat libur aku suka masak di rumah dan mencoba menu baru. Kau akan menjadi orang terhormat karena mencoba resep baruku." Ujar Naruto riang.

Mereka berjalan ke pasar, Sasuke memperhatikan antusiasme mengalir memenuhi wajah Naruto saat dia mulai membeli bahan-bahan masakan. Dia hanya mengikuti Naruto dengan tenang. Di dalam dirinya, Sasuke bertanya-tanya kenapa dia bisa begitu saja datang ke tempat janjian mereka. Kenapa dia memutuskan untuk membuang waktunya bersama pemuda tidak jelas di depannya.

Melihat wajah Naruto dan mendengarnya berkata

Temuji aniki ini..

Temuji aniki itu..

Dan menariknya kesana kemari membuatnya kesal, jadi katakan, kenapa dia harus memenuhi ucapan Naruto untuk datang dan bertemu?

"Nah ini adalah tomat-tomat yang baru datang. Lihat-lihat, mereka segar-segar, aku akan memberimu potongan 10 yen kalau membeli dalam jumlah besar." Ujar seorang pedagang ibu-ibu padanya.

"Haha.. bibi aku hanya akan masak dalam porsi kecil, tapi akan sangat bersyukur jika kau juga memberiku potongan harga." Ujar Naruto.

"Aish, anak muda kau masak sendiri?" si Penjual tertawa lalu matanya bergulir menatap Sasuke, "Apa si Tampan ini kakakmu? Wah, dia tampan sekali, jantung bibi berdebar-debar. Baiklah kemari kau mau beli berapa? Akan kuberi kalian potongan harga." Si Penjual tersenyum lebar.

Si Penjual menyerahkan tomat dan dia mengeluh pada Naruto karena wajah Sasuke yang dingin dan tidak ada kesan ingin berterima kasih. Melihat itu Naruto tertawa tidak enak, dia memegang lengan Sasuke.

"Haha.. bibi yang cantik, maafkan dia. Dia itu punya semacam penyakit, kelumpuhan saraf bagian wajah jadi wajahnya kaku dan dingin seperti gunung es. Jika Anda akrab dengannya, wajahnya sebenarnya mengucapkan terima kasih." Naruto tertawa, dia menggoyang-goyangkan lengan Sasuke "Iyakan... aniki.. Temuji aniki... hahaha..." tertawa melihat Sasuke yang hanya meliriknya datar.

Si Penjual juga ikut tertawa, suasana menjadi cair "Astaga kasihan sekali masih muda penyakitan, ini ini kuberikan beberapa tambahan tomt gratis."

Naruto berbinar "Aiyaya.. Anda berhati malaikat. Terima kasih." Naruto menunduk dan menarik Sasuke pergi.

.

.

Mereka berhenti di sebuah cafe karena Naruto mengeluh haus. Membeli satu buah Matcha dan Americano Ice dan membayarnya melalui Magatama Pay (kaya Dana atau Ovo) milik Sasuke. Naruto sempat mendelik saat mengetahui saldo Magatama Pay milik pria itu sebesar 1 juta yen dan berpikir bahwa pria di depannya suka sekali belanja online.

Karena cuaca di siang itu cukup panas, akhirnya mereka memutuskan duduk di dalam cafe.

"Daria Hosetsu, VP of Promotions Magatama Group mengungkapkan rasa terima kasihnya pada publik dengan memberikan potongan harga hingga 70% selama minggu pertama musim panas jika belanja di Heiwa. Promo ini direlease untuk menyambut ulang tahun ke 5 Heiwa serta keberhasilan mereka menjadi startup Unicorn dengan nilai profit tertinggi dalam 2 kuartal pertama tahun ini..."

Naruto mendongak memperhatikan berita di televisi sambil menyedot matcha miliknya, di sisi lain Sasuke hanya acuh sambil melirik kembali barang belanjaan mereka. Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya dia pergi ke pasar, Sasuke bahkan tidak pernah tahu ada pasar tradisional semacam itu dengan harga yang bisa ditawar. Dia menatap Naruto kembali saat pemuda itu mengoceh kembali.

"Gila, ini tahun ke limanya dan Heiwa sudah memiliki lonjakan investasi besar. Nilai profitnya masih memimpin." Kata Naruto.

Sasuke meliriknya dan mendengus "Edukasi market dilakukan secara gila-gilaan, fakta bahwa jutaan dollar sudah dibakar untuk kampanye brand kupikir setimpal. Startup itu hanya salah satu tentakel dari gurita bisnis Magatama Group." Ujar Sasuke, dengan kata lain 'Seseorang lahir dari keluarga kaya, bagaimana tidak masa depannya cerah. Keluarganya tidak akan membiarkannya menderita.'

Mendengar itu, fokus Naruto beralih ke Sasuke sepenuhnya. Pria itu menyesap kopinya sebentar lalu melanjutkan kalimatnya "Bahkan jika Magatama Group memutuskan menjual sampah, investor masih akan mendatanginya seperti lebah."

Naruto menggeleng, bagaimana dia bisa banyak omong sekarang? Lalu Naruto memutuskan menggoda Sasuke.

"Kau pernah di PHK dari Magatama Group ya? Sentimenmu tidak biasa." Lalu tertawa dan melihat wajah kesal Sasuke, Naruto tertawa lebih kencang.

"Apa bekerja di MarketPlace gajinya besar ya?" Naruto memiringkan kepalanya, sambil menyedot matcha miliknya.

Sasuke, "Kau suka uang?"

Naruto mengangguk keras seperti anak ayam mematuk biji padi "Uang, uang yang banyak."

Sasuke mendengus "Apa yang bagus dari uang yang banyak?"

Naruto menopang pipinya "Orang bilang kau bisa menyelesaikan 90% masalahmu dengan uang. Aku lebih memilih menanggung masalah yang 10%. Jika dilihat secara statistik, kau akan 9 kali lebih bahagia dibandingkan mereka yang memilih menanggung 90% masalah yang dapat diselesaikan dengan uang. Bagaimanapun, saat angka-angka yang bukan uang dan digunakan pada manusia, angka-angka itu selalu bohong."

"Kau tidak tampak seperti gold digger, oh apa aku salah menilai?" Sasuke mengamati Naruto dari atas ke bawah, nampak menilai.

Naruto diam sejenak, memandang mata Sasuke dengan sepasang mata bulatnya yang lebar "Aku suka uang, aku butuh yang banyak untuk hidup lebih baik. Tapi sikapku yang dermawan membuatku kesulitan, andai menjadi gold digger semudah itu. Tapi tidak, aku mudah kasihan dan berakhir mementingkan orang lain."

"Kau menyesalinya?" Tanya Sasuke.

Naruto menggeleng "Tidak, itu membuatku senang. Meski kadang aku akan mengeluh betapa susahnya mencintai diri sendiri."

Sasuke tertawa pelan "Kau aneh. Langka, sangat langka. Kau tidak cocok dengan habitat kota, ada banyak orang yang akan memanfaatkan sikapmu itu."

Pundak Naruto mengendur, gestur tubuhnya mengiyakan perkataan Sasuke. Mereka kemudian diam lalu tak lama kemudian Naruto menarik tangan Sasuke dan menaikkan sedikit lengan kemejanya.

Sasuke melotot menarik tangannya kembali saat bekas luka sayatan miliknya terlihat begitu jelas, Naruto kembali menahan. Dia mengeluarkan sesuatu, sebuah gelang tangan. Tanpa suara dia memakaikan gelang itu ke Sasuke.

"Temuji aniki, coba lihat bagus kan. Tidak perlu menutupi bekas lukanya lagi, sekarang sudah terlihat indah." Kata Naruto dengan cengiran lebar.

"Apa ini?" tanya Sasuke

Naruto menggerutu, si Katrok ini..

"Itu gelang persembahan untuk Dewa RA, impor langsung dari Mesir. Digali dengan empati tinggi dari makam Firaun." Ujar Naruto kesal.

Sasuke nampak tidak percaya dan mengerutkan alisnya.

"Ayo ayo, pasangkan buatku juga." Dia menyerahkan tangan kanannya dan Sasuke membantu mengikatkan gelang tersebut.

Naruto menaruh tangannya dekat tangan Sasuke. Menyandingkannya dan wajahnya terlihat puas.

"Kau pembohong, mana mungkin benda semacam ini milik Firaun." Kata Sasuke, mengingat-ingat bahwa meski kakeknya adalah kolektor benda langka tapi tidak pernah ada hal semacam ini.

Naruto mengacak-acak rambutnya, kesal karena Sasuke tidak bisa diajak bercanda. Dia berkata dengan kesal, "Aiyooohh, Temuji nii-san. Ini disebut gelang pertemanan, aku beli di pasar tadi."

Dia memandang wajah Sasuke, binar matanya yang cemerlang seolah ada sungai bintang berkilauan dan berkedip-kedip di kedalaman matanya yang biru jernih, kilauan itu menatap Sasuke lembut dan dia kembali berkata "Temuji aniki, suatu waktu kau kesepian kau lihat gelang ini. Kau punya aku, temanmu. Lihat gelang handmade ini dan tahan dirimu dari keinginan menyayat tanganmu lagi, jika kau melakukannya berarti kau juga ingin menyayat tanganku juga. Lihat milik kita sama kan."

Sasuke mengangguk, lalu Naruto menambahkan "Lagian, jarang-jarang ada promo beli satu gratis satu seperti ini."

Naruto tertawa dan Sasuke hanya diam sambil memandang gelang di tangan kirinya.

.

.

###

.

.

Pertemanan mereka melewati hari demi hari, pertemuan itu dari jarang menjadi lebih sering. Tapi jika Naruto tidak mengajak duluan atau menelphone dan mengirimkan pesan lebih dulu maka Sasuke akan pasif dengan tidak melakukan apapun.

Jika di hari sibuk Naruto tidak sempat menghubungi Sasuke bahkan untuk 3 hari berturut-turut mereka tidak bertukar kabar, maka di sisi lain, Sasuke –meski dia sangat ingin menanyakan kabar Naruto- tidak benar-benar bisa mendorong dirinya untuk bertanya. Dan ke pasifan semacam itu sudah biasa bagi Naruto, dia bahkan tidak memikirkannya sama sekali.

Tapi mereka benar-benar melewati 1 bulan lebih berteman. Sasuke mulai menyukai semua hal yang Naruto masak dan bertahan dengan ocehannya. Dia tahu bahwa Naruto akan menjadi jinak, tenang, dan patuh saat di kantor menurut analisa keluhan pekerjaannya, tapi ketika bersamanya dia akan mengoceh banyak hal.

Naruto sering mengeluh tentang banyak hal: cuacanya jelek; engsel pintunya rusak; laptopnya jadul; harga gula dan telur naik; harga laundry makin mahal; atau pakaian kerjanya yang cuma itu-itu saja. Dia terus mengoceh banyak hal, mengeluh kemudian tertawa untuk hal-hal kecil.

Naruto pernah  mengajaknya ke Pasar lagi dan cengengesan karena uangnya kurang. Sasuke akan memutar mata dan membayar sisanya, entah sebagai rasa bersalah dia akan memberikan lebih banyak porsi makan untuk Sasuke dan mulai mengoceh lagi.

.

.

###

.

.

"Ada sawah yang luas, mungkin sekarang mereka sudah hijau. Terbentang seperti lautan." Naruto menjelaskan panjang lebar, Sasuke masih diam melihat bagaimana Naruto tampak antusias menceritakan tentang desanya.

Dingiat-ingat kembali, Naruto memang selalu antusias untuk banyak hal.

"Ada belut sawah yang hanya bisa ditangkap di malam hari. Kami akan membawa penerangan dan umpan, berjongkok di pematang sawah dan mencari sarang-sarang mereka. Kau tahu aniki, jika mereka di masak dengan bumbu pedas maka rasanya sangat guring sekali. Dipanggang dulu dan disiram dengan saus lobak pedas benar-benar istimewa.."

Sasuke hanya mendengarkan sambil meminum kopinya.

Dia tidak tahu kenapa rasanya begitu nyaman dan menarik bersama Naruto, emosi pemuda itu sangat beragam dan semarak. Dia sangat muda, mungkin baru akan mencapai kuartal awal hidupnya dan sangat ekspresif.

Naruto bercerita mengenai pekerjaannya, masakan-masakan yang ingin dan akan dimasaknya, sekolahnya, kakeknya, desa Konohanya, apalagi?... sangat banyak..

Sore itu mereka menghabiskan waktu ke tempat Cafe langganan Naruto. Pemuda itu suka disana karena murah dan tanpa bertanya bagaimana pendapatnya, pemuda itu akan langsung menariknya masuk.

Srooottt..

Matcha Naruto kandas, dia mengoyang goyangkan minumannya lalu mendesah ".. ne aniki, liburan musim panasmu mau kemana?" tanyanya.

Sasuke mungkin akan berkata 'Oh aku akan berlibur ke Hawai.' Atau semacam 'Coba tebak, Milan.. Spanyol.. Dubai..atau mungkin ke Kutub Selatan memancing Pinguin.., kami orang kaya punya banyak hal gila untuk dilakukan di Musim Panas' dia yang dulu akan berkata tajam seperti itu.

"Entahlah." katanya

"Ikut aku saja, kau pernah makan belut? Aku akan masak belut pedas untukmu." Naruto tersenyum.

"Belut itu apa?" tanya Sasuke

Si Norak ini lahir dimana sih?Belut ya belut, Ujar Naruto dalam hati, meringis bahwa daritadi dia mengoceh tentang resep belut pedas dan pria itu bahkan tidak tahu apa itu belut.

"Konoha desaku itu tempat yang permai, kau tidak akan menyesal. Kalau kau mau, kita bisa pergi bersama." Kata Naruto

"Akan kupikirkan."

.

.

###

.

.

Pada suatu hari, untuk pertama kalinya dalam hidup Sasuke dia mengundang seseorang datang ke apartemennya. Naruto, makhluk satu-satunya yang dia biarkan masuk. Sasuke iba ketika pemuda itu mengeluh di ponsel tentang laptopnya yang tiba-tiba rusak sedangkan ada tugas mendadak dari seniornya dan harus dikirim pada hari itu juga.

Alhasil dia membukakan pintu dan pemuda pirang itu telah mematung selama 5 menit di ruang tengah apartemennya.

"Ini sungguh-sungguh apartemenmu?" tanya Naruto dengan wajah melongo.

Sasuke melirik Naruto sebentar lalu melanjutkan bacaan bukunya "Ini laptopnya, kau kerjakan segera." Katanya singkat.

"Ooh.." jawab Naruto sambil mengangguk.

Dia menghabiskan satu jam untuk mengetik entah apa itu dengan wajah serius.

Keheningan itu membungkus mereka seperti lembaran timah, sesekali Sasuke melirik Naruto yang masih sibuk. Mungkin sebuah jus akan membuat otaknya lebih rileks. Sasuke bangkit menuju dapur.

"Mau kemana?" tanya Naruto

"Ambil jus." Jawab Sasuke.

"Tidak usah repot-repot, aniki... tapi kalo ada cemilan juga boleh, hehe." Naruto nyengir dan Sasuke hanya mendengus menanggapi.

Ditinggal sendiri justru membuat Naruto tidak bisa konsentrasi, matanya melihat kesana kemari. Begitu besar dan mewah, apartemen itu bahkan memiliki cerobong asap dan kursi-kursi kulit yang mewah dan empuk. Pajangan berupa kepala binatang dan senjata tajam yang estetik, seperti rumah bangsawan. Tapi Naruto merasakan hal yang janggal, di ruangan seluas ini, tidak ada foto satu pun.

Apa aniki tidak suka berfoto? Dia benar-benar pria kuno yang membosankan, keluh Naruto

"Oh..itu.." matanya menangkap sesuatu di pojok ruangan, sebuah pigura kecil dimana di dalamnya ada seorang anak kecil yang sedang memegang pesawat terbang mainan, menatap datar ke arah kamera.

"Ohooo.. ini pasti dia waktu kecil. Lihat muka gunung esnya sudah ada sejak lahir." Ujar Naruto mencemooh. Dia terkekeh lalu berencana menggoda Sasuke.

Ketika Naruto berjalan kembali ke meja dan melihat Sasuke meletakkan jus dan beberapa kue, dia tidak bisa menahan diri menggoda pria itu.

"Ini.. kau lucu sekali waktu kecil. Mirip tembok, datar." Sambil menyerahkan foto ke Sasuke.

Mata Sasuke mendelik, merebut foto itu dengan kasar dan menatap nanar pada bingkai foto.

Suara-suara yang pada akhir-akhir ini jarang muncul kembali mendobrak kepalanya saat dia menatap foto itu. Sasuke menunduk, mencengkram kepalanya.

"Aniki.. Temuji aniki, kau kenapa?" Naruto mendadak cemas.

Sasuke menyentak, dia memegangi kepalanya dan berteriak. Sakit kepalanya datang kembali, bukankah kakaknya sudah berjanji untuk tidak memasang foto apapun dimana dia tinggal? Kenapa masih ada satu yang tersisa?

"Temuji nii-san." Naruto khawatir.

"Apa menyenangkan? Apa menurutmu bermain-main dengan orang depresi sepertiku menyenangkan?" Sasuke berbicara rendah, lalu memandang Naruto dengan mata memerah dan melotot "KAU BERTINGKAH BAIK DAN BERKATA SEOLAH-OLAH KAU TAHU AKU. KAU ORANG ASING MEMUAKKAN, DIAM-DIAM KAU PASTI MENERTAWAKANKU KAN?"

Sasuke mulai berteriak, matanya melihat kesana kemari dengan tatapan liar dan linglung. Naruto tidak bisa menahan keterkejutannya mengenai tingkah Sasuke yang mendadak berubah. Selama ini pria itu selalu tenang dan diam bahkan bagaimanapun Naruto menggodanya.

Sasuke tertawa, "Lihat pria itu, kasihan sekali dia, biarkan aku berikan beberapa kebaikan dan lihat bagaimana dia tertipu dengan sedikit perhatian. Pecundang macam dia mudah dibodohi... SEPERTI ITU KAN? KAU DIAM-DIAM MENGOLOK-OLOKKU SEPERTI ITU KAN? APA KAU TEROBSESI MENJADI PAHLAWAN JADI SOK PEDULI PADAKU SEPERTI INI?"

Air mata Sasuke meluap, dia telah kehilangan pengendalian dirinya. Di tengah-tengah tangisannya dia mulai tertawa kembali.

"Jika kau tidak ingin mendengar tentang perasaanku, katakan saja. Jangan berpura-pura kasihan dan berteman denganku. Jangan mengasihaniku. Jangan jadikan aku objek rasa bersalahmu pada temanmu yang mati karena depresi... berhenti mengasihaniku."

Naruto mematung, matanya ikut memerah dan dia gemetar, lirih dia berujar, aniki..kenapa? Kau kenapa seperti ini?

Sasuke menutup mulutnya, mendelik dan dia merasakan mual luar biasa. Air matanya makin deras dan dia lari ke toilet, muntah dan merasa tersiksa oleh rasa mual. Dia memuntahkan semua yang dia makan di hari itu dan semua sakit hatinya.

Traumanya yang berat membuatnya mual luar biasa.

Naruto menyusul ke toilet dan berjongkok sambil menepuk-nepuk punggung Sasuke. Dia mengoceh, aniki..aniki..aku disini..aku disini, dengan suara gemetar menahan tangis. Naruto tidak tahu apa yang harus dia lakukan, dia merasa sedih.

"PERGI! PERGI KAU, KEPARAT!!" Sasuke membentak dan mendorong Naruto.

Pemuda itu terdorong kebelakang, air mata mengalir di pipinya dan pandangannya nanar. Dia berlari pergi sambil menangis.

Sasuke diam di lantai, seperti orang linglung. Matanya menoleh kesana kemari dan melihat pintu.

Sepi.. hening..suram..

Dia kembali sendiri..

Pada akhirnya dia selalu sendiri

Dia selalu mengusir orang-orang dan mendorong mereka pergi, jadi dia berakhir sendiri

Semua orang yang peduli padanya di dorong pergi

Sasuke menekuk kedua kakinya dan merapatkan lengannya di sekitar lutut, matanya menatap gelang pemberian Naruto di tangannya.

Pada akhirnya dia mendorong satu-satunya temannya

Dia mencengkram kepalanya, tidak ingin sendirian tapi tidak ingin dikasihani..dan pada akhirnya tidak ada yang pernah bertahan di sisinya, tidak ada yang bisa mengerti

Bagaimana kabur dari lembah kesepian yang tidak terbatas macam itu?

Sasuke menenggelamkan kepalanya, bayangan masa lalunya berputar-putar dalam benaknya. Suara-suara yang menganggunya kembali hadir

Bodoh, tidak becus, kakakmu lebih baik..

Kau mempermalukan keluargamu, mencoreng darah bangsawanmu..

Harusnya kau tidak dilahirkan, ibumu tidak harusnya mati karenamu..

Kau benar-benar produk gagal..

Apa dia Uchiha Sasuke? Apa dia penerus kedua keluarga Uchiha? Apa dia sanggup? Tidakkah sebuah aib memiliki putra lemah dan tidak berdaya seperti dirinya?

Lihat dia bunuh diri lagi, harusnya dia sudah mati dari dulu-dulu..

Tidak berguna..

Tidak berguna...

Sasuke mencengkram lengannya dan bernafas terengah-engah..

.

.

.

::tbc::

Hope you guys enjoy

Oh iya aku penasaran, menurut kalian, kenapa kalian suka baca tulisanku? diksi? karakter tokoh? plot? 

Lemme know ya

Continue Reading

You'll Also Like

279K 8.3K 93
Daphne Bridgerton might have been the 1813 debutant diamond, but she wasn't the only miss to stand out that season. Behind her was a close second, he...
68.9K 1.6K 31
!Uploads daily! Max starts his first year at college. Everything goes well for him and his friends PJ and Bobby until he meets Bradley Uppercrust the...
1.3M 57.7K 104
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC
140K 6.5K 36
"I can never see you as my wife. This marriage is merely a formality, a sham, a marriage on paper only." . . . . . . She was 10 years younger than hi...