Belimbing Musim Hujan

By Nely_Sintia

2K 660 310

Cinta dan cita-cita mana yang harus aku pilih? Mengejar cita-cita yang menjadi alasan hidupku atau hidup ber... More

Prolog
Cast
1. Hujan dan Belimbing
2. Rumah dan Keluarga
3. Joging sama Kakak
4. Bubur untuk Bapak
5. Kado untuk Anan
6. Anan VS Roby
7. Ibu dan Anan
8. Ibu atau Anan
9. Hari Pertama Sekolah
10. Gara-Gara Novel
11. Terima Kasih Frengky
12. Ibu Jangan Pergi
13. Menuju Babak Baru
14. Awal yang Buruk
16. Anan Sakit?
17. Frengky Cemburu?
18. Serangan Kedua
19. Balas Dendam
20. Nge-mall atau Nge-date
21. Ada Apa dengan Isha?
21,5. (?)
22. Prestasi dan Obsesi
23. Kafe dan Pelarian
24. Isha Rindu?
25. Anan dan Dilema

15. Apa Salahku?

33 5 1
By Nely_Sintia

Anan pulang dengan wajah kusut. Kejadian tadi masih terngiang di pikirannya. Setiap senyum yang mereka ukir terasa seperti belati yang menusuk hatinya. Anan benci mereka. Sangat benci.

"Akan kuhabisi mereka semua dengan tanganku," gumam Anan.

Andi melihat wajah Anan dari spion. Ia ingin bertanya. Tapi niatnya diurung karena keburu sampai di rumah.

"Masuk! Gue mau lanjut kerja. Jangan ke mana-mana! Nanti malem gue bawain makanan," pintah Andi setelah menurunkan Anan.

Anan berjalan menuju rumah tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Semoga firasat gue salah," batin Andi memutar balik motornya.

Tawa nyaring terdengar dari balik pintu yang sedikit terbuka. Aroma tuak tercium hingga ke luar.

Anan membuka pintu, menemukan Roby sedang main kartu dengan teman-temannya sambil minum tuak. Anan tidak peduli. Ia segera menuju kamar.

"Woi! Ambilin minuman gue!" pintah Roby tiba-tiba.

Anan tak peduli.

"Woi! Lo punya kuping nggak?!" bentak Roby melempar botol kosong ke arah Anan.

Anan tak sempat menghindar, tetapi lemparan Roby memang meleset. Botol itu pecah setelah membentur dinding.

Anan berbalik. Kemarahannya atas kejadian tadi pagi bercampur kekesalannya pada Roby pecah menjadi sebuah amukan. Anan memukuli Roby secara membabi buta. Ia sudah tidak tahan lagi.

Roby tidak tinggal diam. Ia menarik benda pipih yang melingkari pinggangnya. Lalu memukuli punggung Anan dengan benda itu.

Anan menjerit, tapi tak menghentikan serangannya. Ia meninju pipi Roby hingga mengucurkan darah segar.

Roby memegang rahangnya yang berdarah. Kemarahannya semakin menjadi. "Dasar anak kurang ajar!" bentak Roby menarik rambut Anan dan melemparnya ke dinding.

Anan berhasil menahan dinding sebelum kepalanya terbentur. Tapi, ia tak bisa menyangkal bahwa kepalanya sakit akibat tarikan Roby.

Anan menggenggam tangannya marah. Matanya mengkilat. Serangan kembali ia lancarkan. Kali ini ia mengambil potongan kaca dari botol yang pecah dan mengarahkannya ke Roby.

Roby memegang lengan kanannya yang sobek.

Anan tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia segera lari meninggalkan rumah.

Teman-teman Roby yang sedari tadi berperan sebagai penonton hanya menatap bingung kepergian Anan.

"Kalian lihat apa? Ayo cepat tangkap dia!" pintah Roby kepada para pria berandal yang duduk di kursi rotan.

Tidak ada satu pun yang bergerak. Semua saling menatap, melempar pertanyaan siapa yang mau duluan.

"Woi! Lo semua patung ya? Cepat kejar!" pintah Roby sekali lagi.

Semua tersentak. Mereka segera pergi, tetapi bukan untuk mengejar Anan. Mereka pulang ke rumah masing-masing karena tidak mau ikut campur urusan Roby.

***

Isha mengayuh sepedanya perlahan. Menikmati hembusan angin yang membelai rambut panjangnya. Jalan-jalan di sore hari seperti ini memang menyenangkan, apa lagi ada imbalannya.

Isha baru saja membeli gorengan di ujung jalan atas perintah Sandra dengan imbalan beberapa pisang goreng. Maklum, anak akuntansi mana ada yang mau rugi. Enak saja Sandra hanya duduk manis di kamar, sementara Isha harus berpanas-panasan di luar.

Bruk!

Isha menabrak seseorang yang tiba-tiba muncul dari persimpangan jalan. Untung kecepatannya tidak terlalu tinggi. Jadi, bisa dengan mudah direm.

Isha turun dari sepedanya untuk melihat kondisi korban. Anan tidak mengalami luka yang berarti. Hanya sedikit lecet di lutut dan telapak tangan. Namun, ia terlihat sangat ketakutan.

"Memangnya aku seseram apa sih?" Isha membatin.

Isha merendahkan tubuhnya. "Apa kau terluka? Maafkan aku."

Anan menatap Isha takut. Ingin mundur, tapi kakinya sakit.

Isha heran. Diambilnya tangan kiri Anan yang masih menyentuh tanah. "Cuma luka kecil. Yuk! Ke rumah aku. Biar aku obati." Isha membantu Anan berdiri. Mendudukkan anak laki-laki itu di belakangnya lalu memboncengnya ke rumah.

Anan tak menolak. Ia memang sedang butuh tempat persembunyian dari kejaran Roby.

***

"Aku pulang!" seru Isha membuka pintu.

"Selamat datang!" sahut Hani dari dalam.

"Kamu tunggu di sini, ya. Aku ambilin obat dulu," ucap Isha setelah Anan duduk di sofa.

"Bu, kotak P3K di mana?" tanya Isha pada Hani yang sedang mengiris tomat.

"Di sana," Hani menunjuk rak kayu di samping kulkas. "Siapa yang luka?"

"Temen. Tadi ketabrak sepeda aku," Isha menyengir kemudian kembali ke ruang tamu.

Hani hanya menggeleng, kemudian melanjutkan aktivitasnya.

Isha menuangkan alkohol ke kapas untuk membersihkan luka Anan. "Sini aku lihat."

Anan memberikan tangan kirinya ragu-ragu.

Isha membersihkan luka Anan pelan-pelan.

Anan menarik tangannya.

"Perih, ya?" Isha meniup luka Anan.

Anan merintih kesakitan.

"Tahan ya, sebentar aja."

Isha mengobati luka Anan satu persatu. Sedikit heran dengan luka goresan di tangan kanan anak itu. Luka sedalam itu tidak mungkin karena jatuh.

"Luka ini bekas apa?" tanya Isha.

Anan cepat-cepat menarik tangannya.

Isha heran.

"Ya sudah. Jika kau tidak mau menjawab tidak apa-apa. Sini biar aku obati," pintah Isha mengeluarkan kain kasa.

Sandra keluar dari kamar setelah menunggu terlalu lama. Diamatinya Isha yang sedang duduk di sofa bersama seorang lelaki asing.

"Siapa dia?" Sandra penasaran. Ia menghampiri mereka.

"Gorenganku mana?" tanya Sandra.

Isha menegakkan kepalanya.

"Masih di sepeda," jawab Isha menyengir.

"Terus ini siapa?" Sandra menatap Anan heran.

"Temen, tadi ketabrak sama sepedaku. Gara-gara kakak sih suruh aku beli gorengan!"

"Idih pake nyalahin aku! Kamu sendiri yang nggak hati-hati. Untung nggak mati anak orang."

Isha nyengir lagi. "Sana ambil gorengannya! Jangan lupa bagianku!" usir Isha.

Sandra pergi mengambil gorengan. Tidak lupa menjulurkan lidahnya pada Isha.

"Isha, temanmu sudah selesai dikasi obat?" Hani keluar sambil membawa secangkir teh hangat untuk Anan.

"Ini dikasi minum dulu," Hani meletakkan cangkir tehnya di meja.

"Hampir selesai, Bu," jawab Isha menempelkan pleter terakhir ke lutut Anan.

"Anan, silakan diminum," Isha mempersilakan.

Anan tak menyentuh cangkirnya. Tangannya masih sakit.

"O, iya aku lupa! Tanganmu kan sakit!" Isha menepuk dahinya. "Sini aku bantu," Isha mengangkat cangkir dan mendekatkanya ke bibir Anan.

"Cie... Cie..." suara Sandra dari belakang membuat Isha menoleh. Teh di tangannya hampir tumpah.

"Maaf," ucap Isha mengembalikan perhatiannya.

Sandra meletakkan gorengan di atas meja dan duduk di samping adiknya. Mengambil sebuah bakwan lalu menggigitnya.

Mata Isha menangkap saliva Anan hampir menetes. "Mau ini?" Isha menawarkan pisang goreng kepada Anan.

Anan mengangguk, tidak bisa berbohong bahwa dirinya sedang lapar.

Isha mengambil satu dan mulai menyuapi Anan.

"Kacang! Kakaknya di sini bukannya diajak ngobrol malah asyik pacaran!" dumel Sandra merasa terabaikan. Ia berjalan ke kamarnya sambil menghentakkan kaki.

Tiba-tiba seorang pria masuk tanpa mengetuk pintu. Sandra berbalik, Isha menganga, Anan ketakutan.

Roby menarik Anan secara paksa.

"Ampun," Anan merintih kesakitan saat rambutnya ditarik.

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.7M 274K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
4.5M 268K 62
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
3.6M 175K 64
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
677K 78.8K 10
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...