Selena's POV
Aku membersihkan wajahku yang terlihat berminyak, setelah itu melepas apron yang sejak tadi kupakai dan langsung mengambil tasku, jam kerjaku sudah selesai, aku melihat Jules yang juga bersiap siap untuk pulang.
"Apa kau ingin pulang bersamaku Jules?"tanyaku padanya.
"Umm duluan saja, aku masih ada urusan dengan Mr.Jared."
"Oh baiklah kalau begitu aku pulang duluan, kau jangan pulang terlalu larut baby"ucapku pada Jules, lalu ia tersenyum padaku.
"Tentu tidak" jawabnya sembari tersenyum.
Aku berjalan keluar restauran dan melirik arloji yg melingkar di tanganku,ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Lelahnya diriku seharian sudah bekerja keras sampai selarut ini. Untung saja jalanan di kota ini masih ramai meskipun sudah larut malam, jadi aku tak takut jika pulang sendirian.
Ini adalah pekerjaanku, aku sangat menyukainya. Yah...walaupun ini sangat melelahkan dan membuatku selalu pulang larut malam. Tapi itu tidak menjadi masalah untukku. Aku melakukannya hanya demi mendapatkan sebanyak-banyaknya Dollar untuk mencukupi kebutuhan hidupku dan dad.
Dari kejauhan gang kecil arah ke rumahku sudah terlihat. Ingin rasanya segera sampai kerumah dan merebahkan tubuhku yang lelah ini ke atas kasur. Saat aku ingin berbelok, aku melihat seorang pria berdiri di bawah pohon tak jauh dari gang. ia memakai Hoodie hitam dan menutupi kepalanya dengan tudung hoodienya. Dengan tangan dimasukkan ke saku celana. Meskipun di sekitarnya gelap, tapi terlihat jelas bahwa Ia sedang menatapku dengan lekat dan tajam, aku terus berjalan memasuki gang dan berusaha untuk tidak melihatnya.
Saat kurasa aku sudah jauh dengannya, aku menoleh ke belakang untuk memastikan apakah pria tadi masih menatapku atau tidak. Dan ya, Ia masih menatapku dengan tajam bahkan ia ingin berjalan menghampiriku. Aku berbalik dan langsung mempercepat langkahku agar cepat-cepat sampai ke rumah.
Sesampainya di rumah aku langsung membuka pintu rumahku dan masuk ke dalam menuju kamar lalu membantingkan tubuhku di atas kasur. Aku mencoba untuk menetralkan nafasku yang tidak teratur. setelah itu aku terlelap.
"Sekali lagi, aku sangat mencintai pekerjaanku. Apapun itu resikonya aku tak peduli"
Esoknya..
Aku bangun dari tidurku setelah cahaya menyilaukan menusuk kulitku, aku bangkit dari kasur dan membereskannya. Ternyata aku masih memakai bajuku yang semalam. Aku ingat diriku langsung tertidur. Tak mau berlama aku menuju ke toilet membersihkan diri dan setelahnya pergi ke dapur untuk membuat sarapan untukku dan Dad.
"Selamat pagi Sayang" sapa Dad ku saat keluar dari kamarnya.
"Pagi juga, aku sudah menyiapkan sarapan untukmu silahkan makan"ucapku sambil membereskan dapur.
"Baiklah baunya sangat sedap, bagaimana dengan rasanya? Tanya dad dengan meledek.
"Tentu saja, bukankah masakanku selalu enak?" Jawabku terkekeh pelan. Aku mulai menyodorkan masakanku dihadapan Dad lalu ia mencobanya.
"Delicious!" Ujarnya sedikit teriak. Dad terlihat sangat menikmati masakanku.
"Mungkin Dad akan menghabiskan semuanya." Sambungnya membuatku tersenyum bangga.
"Bagus jika dad menyukai masakan ku." ucapku bangga sambil tersenyum.
Aku berangkat kerja setelah pekerjaan rumahku selesai.
"Selena!!" seseorang memanggilku saat aku berjalan menuju tempat kerjaku, aku pun menoleh.
"Ya? Oh.. Dave ? Apakah itu kau?" Tanyaku memastikan sambil menghambur ke arah nya.
"How are u? Aku sangat rindu padamu Selena hampir dua tahun kita tidak bertemu." Ujar Dave memegang kedua pundakku.
"I'm ok Dave, yah.. seperti biasanya yang kau lihat waktu dulu, Aku tak berubah" ujarku dengan senyuman lebar.
Dave hanya tersenyum memandangiku tanpa kedip.
"Apakah kau baik-baik saja? Bagaimana bisa kau disini?" Tanyaku.
"Aku baik. Aku dan keluargaku memutuskan untuk tinggal di daerah sini karena perkerjaan dad yang tak bisa ditinggalkan begitu saja. Kami lebih baik ikut dad pindah kesini dan ingin menikmati suasa baru di Los Angeles!" Ujarnya senang.
"Woah baguslah! Apa rumahmu tak jauh dari sini Dave? Tanyaku ingin tahu
Dave mengangguk dana tersenyum lebar.
"Kau hanya berjalan sedikit melewati cake bakery lalu rumahku berada di sampingnya"
Jelas Dave sembari menunjuk ke arah depan kami. Dan benar itu sangat dekat sekali dengan rumahku.
"Sangat dekat! Baiklah aku akan sering berkunjung ke rumahmu nanti jika aku ada waktu." Ujarku lalu Dave terlihat senang.
"Ya tentu saja, Kau akan kemana?" Tanyanya dan mengamati penampilan ku ini yang terlihat biasa saja.
"Aku akan ke tempat kerjaku Dave." balasku dan Dave terkejut.
"Kau bekerja?" Tanyanya tak percaya.
"Ya, kurasa aku cocok dengan apa yang kulakukan sekarang. Mencari uang untuk makan. Itu saja sudah cukup bagiku. Tidak ada kata kuliah. Aku sudah menghapus semua keinginanku " Ujarku.
Dave menatapku sendu. "Kau melakukannya karena itu? Maaf aku tidak bisa membantumu Selena. Seharusnya kau menjadi mahasiswi tapi mau bagaimana lagi, keaadanmu..?"
"Ah sudahlah aku akan terlambat jika aku terus berada disini. Kita bisa lanjutkan lagi kalau bertemu nanti okay?" Ujarku memotong ucapannya secepat mungkin. Aku tak ingin melanjutkan ceritaku. Aku tak ingin Dave merasa kasihan denganku.
"Oh ya? Baiklah kalau begitu selamat bekerja, aku juga ada urusan dengan teman lamaku di sini" ucapnya sambil memelukku.
"Ternyata kau punya teman di sini selain aku ya?" tanyaku sambil melepas pelukannya.
"Hm..keliatannya begitu." Jawabnya dengan cengiran khas kudanya.
"Oh ya ya baiklah tak apa.. sampai jumpa Dave" ucapku sambil melambaikan tanganku, dan ia membalas dengan senyumannya.
"Hati-hati" jawab Dave.
Sepanjang perjalanan aku menyapa orang-orang yang ku kenal seperti Mrs. Sean, tetangga depan rumah yang suka berkebun dan menanam bunga. Mrs.Guitane, pedagang kecil di kaki lima. Mr.Bark seorang pemusik jalanan. Dan... Ya..Mrs.Scupa! Aku tak tau dimana dia sekarang. Dia adalah tetangga samping rumahku. Seorang pedagang pizza terenak di kota kami. Aku tak tau kenapa ia pindah rumah dan sampai sekarang belum bertemu denganku.
---
"Dimana Selena?" tanya seorang pria pada Jules. Dia Alexander Steward, teman kerja Selena juga.
"Aku tidak tau, mungkin dia telat" jawab Jules sambil berjalan mengantarkan pesanan si pelanggan.
"Dhuarr!!.. Selamat pagi Alex!" teriak Selena tiba-tiba mengagetkan Alex. Membuat pria itu melotot kearahnya seakan-akan ingin memangsa Selena. Gadis itu datang tanpa sepengetahuan Alex.
"Selena!! Kau tidak lihat, piring ini hampir jatuh!" Gerutu Alex kesal.
"Ah pagi-pagi kau sudah mengamuk" ujar Selena dan menyengir tanpa berdosa.
"Kau duluan yang memulai bodoh, sudahlah mulailah bekerja jangan menggangguku" ujar Alex kesal.
Selena tersenyum jahil. "Oh ayolah jangan marah" bujuk Selena terkikik.
"Aku tidak marah"
"Lalu?"
"Hanya kesal saja"
"Yasudah maafkanlah aku Alex yang tampan" ucap Selena sambil mencubit pipi temannya itu, terkadang tingkah Alex yg sedang marah terlihat menggemaskan di mata Selena.
"Hmm." Balasnya singkat.
"Cuma begitu saja? Huh" ucap Selena sambil menggembungkan pipinya.
"Ah iya iya, aku maafkan" balas Alex dengan malas.
"Nah begitu dong"
"Selena! Meja no 14" teriak seseorang mengejutkan Selena. Dan setelahnya Selena datang menghampiri ke arah suara tersebut.
Selena's POV
Aku mengantarkan pesanan ke pelanggan ku ke meja no 14. Dengan senang aku berjalan menghampirinya sambil membawa pesanannya, dan tak lupa aku mengembangkan senyumanku kepada pelanggan lainnya yang menatapku.
"Ini tuan pesanan anda, selamat menikma---" ucapanku terhenti tatkala aku melihat siapa yg dihadapanku saat ini. Dia menatapku tajam dgn tatapannya yg sulit diartikan. Aku menelan ludahku dan berusaha memberanikan diriku. Sepertinya aku mengenali pakainnya. Uhm.. maksudku apakah pria ini pria berjubah yang semalam menatapku? Ah aku tersadar ketika ia berdeham keras.
"Se-se lamat menikmati tuan, permisi" ucapku buru-buru lalu aku pergi meninggalkannya dan masuk ke dapur. Aku merasakan bahwa ia terus menatapku.
"Ada apa Sel?" Tanya Cassie. Dan aku berhenti.
"Tidak ada apa-apa" balasku tersenyum kecut lalu mengambil pesanan. Cassie mengernyit bingung dan setelah itu lanjut berjalan lagi.