Being Popular When We Were A...

Von chacafaza

4.9K 463 32

Masa SMA seharusnya menjadi momentum dimana remaja seusia Rintik memanfaatkannya sebagai kesempatan pencarian... Mehr

Tokoh
Prolog
[2]: Seorang Puteri Kerajaan
[3]: Apa Yang Sebetulnya Aku Inginkan?
[4]: Cowok Itu! Si Pemilik Hoodie Lusuh!

[1]: Pembagian 'Kelas'

1K 119 8
Von chacafaza

"Rin, ini, aku udah ambilin kertas pendaftaran ekskul cheers,"

Di siang hari yang panas ini, lebih enak adalah bersantai sambil meminum segelas es buah yang super dingin. Tetapi, bayangan Rintik Widuri Senjani itu tampaknya harus buyar ketika selembar kertas berwarna pink terang mendarat dengan mulusnya di atas meja kantin. Kening cewek itu berkerut, lantas mengangkat benda itu menunjukkannya pada sosok laki-laki yang membuat suasana makin memanas.

"Aku kan nggak bilang mau di cheers, Bar,"

"Rintik, kita udah bicarain itu dari kemarin loh," cowok berambut ikal berwarna cokelat itu menuangkan sedikit sambal ke mangkuk bakso miliknya. "Kamu juga udah setuju,"

"Aku nggak bilang kalau aku setuju. Aku minta waktu ke kamu untuk mikirin semuanya,"

"And yes, i did," tekan cowok itu menutup sambal. "Aku udah kasih kamu waktu selama liburan dan sekarang saatnya kamu menentukan," dia menunjuk kertas di genggaman Rin. "Write it."

Rintik menggelengkan kepalanya. "No!"

"What do you mean? No?" alisnya terangkat menatap Rintik tidak suka.

"Aku mau masuk ekskul panahan,"

"Aku nggak setuju,"

"But, I want it!"

"But, I'm not," menggeser mangkuk ke samping, cowok itu meraih tangan Rintik dan mengenggamnya kuat. "Rin, listen to me. Kalau kamu di panahan kulitmu bakalan kebakar dan wajah yang udah kamu rawat susah payah itu pasti jadi rusak,"

"Lalu apa bedanya kalau aku di cheers? Mereka juga akan membakar kulitku karena latihan diluar lapangan!"

"Nggak, itu nggak akan terjadi,"

"Apa maksud kamu?" tanya Rintik heran.

Cowok itu mengulas senyuman senang. "Pokoknya kamu tenang aja, kegiatan cheers nggak ada yang diluar ruangan semuanya dilakukan di lapangan indoor," dia melepaskan tangan Rintik kemudian mulai beralih pada baksonya lagi. "Aku udah bicara dengan ketua cheers dan mereka setuju untuk diadakan di dalam ruangan,"

"Hah?" mata Rintik tampaknya sudah siap keluar. "Kamu minta mereka buat begitu?" mendapat anggukan singkat dari kekasihnya membuat Rintik menghela napas kesal. "Bara, itu melanggar kebijakan sekolah! Gimana pun juga cheers harus ada di lapangan baik itu indoor maupun outdoor! Saat ada lomba antar sekolah dan bukan sekolah kita tuan rumahnya pasti sekolah lain yang nggak punya lapangan indoor akan melakukannya diluar kan?"

"Kalau begitu kamu nggak usah ikut saat lomba dengan sekolah yang nggak punya lapangan indoor,"

"Berarti aku nggak professional dong? Percuma aku masuk cheers kalau nggak ikut kegiatan penting!"

Cowok itu menarik napas panjang. "Kamu hanya nggak ikut ketika kegiatannya yang langsung ketemu sama matahari kalau nggak ya kamu ikut, Rintik,"

"Ta—"

"Just for your information," cowok itu memotong ucapan Rintik. "Aku udah kasih tau Mama kamu dan dia senang banget karena kamu ikut kegiatan yang positif,"

"Kamu bahkan udah kasih tahu Mama tanpa bicara dulu sama aku!"

"Kamu kan tahu kalau mamamu memang suka menanyakan kabarmu ke aku," jawabnya santai. "Lagipula kalau kamu ada di cheers, kamu bakalan makin terkenal, Rintik. Coba bayangin kamu itu pacar aku, Melintang Bara Lindidjawa, siapa sih yang nggak kenal Bara? Siapa juga yang nggak tahu kalau kita berdua itu pacaran? Nggak seimbang dong kalau cuma aku yang famous dan kamunya nggak," ucapnya mulai mencerahami Rintik dengan kalimat yang sama seperti dulu. "Anak cheers itu semuanya terkenal dan kamu harus masuk! Aku nggak mau punya pacar yang kuper dan bau matahari lalu berteman dengan orang bar-bar,"

"Maksudmu?"

"Entahlah, aku cuma mendengar kalau anak panahan itu isinya bar-bar semua, kabarnya mereka nggak akan segan-segan melepaskan panah mengenai kepala sekolah!"

Rintik memutar bola mata. "Rumor has it, Bara."

"Yes, I know. Maka dari itu aku nggak mau namamu keseret ke rumor buruk itu. Ayolah, Rintik, kita udah kelas 11 dan kita harus meningkatkan pergaulan kita supaya mudah masuk Universitas! Kamu bilang mau ke luar negeri, kan? Salah satu alumni anggota cheers ada yang diterima di Universitas yang kamu inginkan! Kalau kamu berada di sana, kamu akan mendapat keuntungan yang lebih dari orang lain."

🌦

Sudah sejam lamanya Rintik memandangi kertas pendaftaran jadi anggota Cheerleader. Dia tidak memiliki minat untuk menorehkan tinta dan mengukir namanya dengan indah di sana, justru kebalikannya, Rintik ingin sekali merobek lalu membuangnya ke tong sampah. Seandainya saja dia bisa mungkin saja Rintik tidak akan segalau ini sekarang.

Merenggangkan tubuhnya, Rintik membiarkan kertas itu di atas meja belajar. Dia meraih ponselnya yang sedang diisi daya kemudian membuka salah satu aplikasi chatting yang sejak tadi berbunyi menunjukkan adanya notifikasi dan benar saja, grup beranggotan tiga orang itu ramai oleh kicauan mereka tanpa Rintik.

Pecinta Captain Ri (3)

Anyelir:
Gue bingung mau ambil ekskul apa :(

Samudra:
Ngapain bingung? Teater paling cocok buat lo, Nye

Anyelir:
Cocok darimananya sih? Gue aja nggak bisa acting!

Samudra:
Cocok. Lo kan ngedrama mulu idupnye
Awokwowk

Anyelir:
Ih sialan ketawa lo bikin merinding!

Samudra:
Ah, bikin kangen kali
Btw ini nama grup kenapa gini sih? Mabok drama mana lagi sih lo pada?

Anyelir:
CLOY! Lo harus nonton, Sam! Sumpah bagus banget!

Samudra:
Hah? Coli?

Rintik:
Crush Landing On You, bego, Sam

Anyelir:
Crash Landing On You
Duh punya temen kok otaknya nggak ada se-ons sih???

Lalu pesan demi pesan pun bergulir, mereka membicarakan tentang drama korea yang ditonton oleh Anyelir Bestari. Cewek penggila Ahjussi, berbeda dengan Rintik yang lebih cinta pada Oppa maka selera Anye adalah pria dewasa. Hingga percakapan mereka pun berada pada kepentingan yang membuat mereka sejak tadi pusing di rumah masing-masing.

Rintik:
Bara nyuruh gue masuk cheers.

Anyelir:
Dari dulu kan dia minta lo di sana?
Terus gimana? Udah dapat kertasnya?
Gue denger kabar kertas pendaftaran cheers tuh cepet banget habisnya gara-gara banyak yang mau masuk

Rintik:
Udah... Bara tadi yang ngasih
Gue nggak tau mau masuk atau nggak karena...
Kalian tau kan kalau gue itu pengen banget panahan?

Anyelir:
Iya sih tapi mau gimana lagi? Lo udah ngomong sama Bara?

Rintik:
Udah

Anyelir:
Then?

Rintik:
Dia nggak izinin gue. Katanya kalau gue di panahan nanti gue bisa keseret rumor nggak bener, hasil skincare-an gue tiap malam jadi sia-sia karena panas-panasan.

Anyelir:
Gue setuju sih sama Bara.

Rintik:
Kok gitu?

Anyelir:
Ya soalnya bokap nyokap lo juga nggak kasih lo izin buat kena matahari kan? Coba inget-inget, tahun lalu pas lo pertama kali jerawatan bokap lo langsung bikin appointment sama Dokter kulit saking nggak sukanya liat lo bulukan!
Nah, let us think. Kalau lo ikut panahan bukannya makin amsyong tuh bokap lo?

Rintik:
Bener sih tapi...

Rintik menghentikan jempolnya yang siap mengetikkan pesan balasan. Dia bingung ingin menyanggah apa lagi dari komentar Anyelir yang memang benar adanya. Orangtua Rintik selalu menjaga Rintik agar tidak terkena sinar matahari secara berlebih, terutama Ayah, pria itu mengatakan dia tidak suka jika anak perempuan satu-satunya tumbuh jadi perempuan yang memiliki kulit tidak seputih susu dan lembut. Bahkan untuk membersihkan rumah seperti menyapu, mengepel dan memasak pun Ayah sampai menggaji dua pembantu supaya Rintik dan istrinya tidak melakukan pekerjaan kasar itu.

Bagi Ayah, menjadikan wanita sebagai mahkota di rumahnya adalah suatu kewajiban dan pihak laki-laki harus bekerja keras untuk memanjakan wanita. Itulah didikan yang selama ini ditekankan Ayah kepada Alam—kakak lelaki Rintik. Meskipun begitu Rintik tidaklah manja. Ada kalanya Rintik diminta Ayah membantunya mengerjakan urusan kantor supaya bisa mendapatkan uang jajan tambahan dan Alam akan disuruh membersihkan gudang atau kendaraan pribadi jika menginginkan kelonggaran pada jam malam. Ayah yang terkesan memanjakan sebetulnya mendidik mereka dengan bijak dan dewasa.

Oleh karena itu Ayah sangat senang dengan kehadiran Bara. Melintang Bara Lindidjawa, cowok tampan yang diagung-agungkan di seluruh sekolah itu adalah kekasih Rintik sejak setahun yang lalu. Mereka resmi berpacaran setelah sebulan pendekatan, saat itu mereka sedang berkeliling sekolah pada masa orientasi siswa, Bara beriringan dengan Rintik, cowok itu mengulurkan tangannya lebih dulu mengajak Rintik berbicara. Lalu ketika tahu ternyata keduanya satu kelas, percakapan singkat itu pun berkembang jadi luas hingga Bara memberanikan diri meminta nomor ponsel Rintik.

Tadinya Rintik merasa bahwa Bara merupakan cowok paling setia dan pengertian, dia bisa memahami mengapa Rintik tidak bisa diajak keluar siang hari kalau tanpa mobil—tentu saja Ayah yang melarang. Rintik juga sempat khawatir pada Bara yang memiliki lingkungan pertemanan luas itu, jika bisa saja Bara berpaling ke cewek lain tapi nyatanya daripada membiarkan Rintik mengalami kecemasan Bara mengenalkan Rintik kepada teman-temannya hingga ruang lingkup mereka pun sama. Teman Bara adalah teman Rintik. Begitupula sebaliknya.

Alam yang dikenal sebagai orang paling selektif dalam urusan pertemanan, merentangkan tangannya lebar-lebar menyambut Bara saat ada di rumah. Mereka luar biasa akrab, bahkan Alam merelakan kamar yang biasanya tidak pernah dia izinkan orang asing untuk masuk—sekalipun itu Rintik—dia mengajak Bara main pes di sana.

Melihat Bara yang diterima dalam sosial maupun lingkungan sekitar Rintik membuat cewek itu lega. Dia bersyukur sebab memiliki kekasih yang menyenangkan dan menyayanginya. Namun, kesenangan itu rupanya tidak bertahan lama sebab semakin Rintik mengenal Bara, dirinya seperti melompat ke dalam gua yang dipenuhi lahar panas dari gunung merapi.

Menjebak dan menyakitkan.

Bara sangat terobsesi pada penilaian sosial terhadapnya. Dia menginginkan semua orang untuk mengakui keberadaannya dan meningkatkan derajatnya sehingga tidak ada satu orang pun di sekolah bahkan di dunia yang tidak mengenalnya. Segala cara akan Bara lakukan, bahkan bila perlu dia akan menjilat dan memuntahkannya kembali saat tidak ada orang yang melihat. Bagi Bara menjadi teratas dan memiliki kekuasaan adalah kunci mengapa seseorang bisa mendapatkan seluruh yang dia mau.

Tapi, keinginan Rintik hanyalah kehidupan biasa, bersenang-senang dengan teman-teman, menemukan dan mengembangkat bakat serta minat tanpa adanya pembagian berdasarkan kelas sosial yang mereka dapatkan selama berteman di Global Jaya International School.

Satu-satunya SMA yang menerapkan adanya tingkat hirarki dalam pertemanan jika menginginkan kedamaian bersekolah di sana.

🌦

How about it?

Ramaikan ya biar aku semangat ngetiknya <3

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

336K 25.4K 32
Adrian Martadinata pemuda manis yang harus meninggal karena penyakitnya yang kambuh. Saat sadar Adrian ternyata kembali ke masa lalu.....
95.3K 3.4K 16
"siapa namamu?" "o-oline kakk"
312K 17K 19
[VOTE AND COMMENT] [Jangan salah lapak‼️] "Novel sampah,gua gak respect bakal sesampah itu ni novel." "Kalau gua jadi si antagonis udah gua tinggalin...
470K 11.9K 37
🔞MARKHYUCK🔞 "gak mau nambah anak lagi ??" "mauu" BxB GAYY HOMO 🔞🔞🔞🔞🔞