Kellisa

Від Ssazzhra

933 11 3

"Jika benar itu cinta, mengapa terasa menyakitkan?" - Kellisa - "Sampai saat ini, aku belum menemukan seseora... Більше

1
2
3
4
5
6
7
8

9

69 2 1
Від Ssazzhra

"Kamu nggak papa?" tanya Bagas yang melihat Kellisa mengangkat wajahnya.

"Hm. Aku mau ke kelas, Gas." Kellisa berdiri. Hendak berjalan, tetapi kemudian berbalik menengok kepada Bagas.

"Aku nggak tau kenapa, ini udah kesekian kalinya kamu bantuin aku, Gas. Makasih ya!" lanjut Kellisa.

"Iya, sama-sama." Bagas tersenyum tipis dan mengangguk.

Kellisa melambaikan tangannya.

"Kapan sih kamu sadar, Kel?" Bagas bergumam pada dirinya sendiri. "Aku harus gimana coba?"

***

Derry sedang berada di kantin. Kantin sangat ramai. Membuatnya harus menelusuri pandang, mencari kursi yang kosong.

"Ayo, Na." Derry menarik Diana yang sedang membawakan makanan.

Diana mengikuti langkah Derry. Mereka berdua duduk di depan Yansen dan Wildan.

"Kalian beneran pacaran?"

"Iya." Jawab Diana sambil tersenyum ceria.

Yansen dan Wildan saling pandang, Yansen mengerdikkan bahunya. 

"Gas?" Yansen menyapa Bagas yang tiba-tiba sudah ada di belakang Derry dan Diana.

"Hm?" Jawab Bagas dengan raut wajah dinginnya.

"Ngapain? Sini dulu. Makan disini aja, duduk aja sama kami?"

"Aku mau ngomong sama Derry."

"Hah?"

"Eh?"

Derry menoleh. Pandangan mereka bertemu. Mendadak suasana di sekitar mereka jadi aneh.

"Kalian kenapa sih?"

"Mau ngomong sama Derry." Kata Bagas penuh penekanan di setiap katanya, membuat yang lain ikut merinding ngeri. Mereka bisa merasakan tanduk Bagas mulai terlihat.

"Soal apa?" Derry menimpali. Dia beranjak dari duduknya dan berhadapan dengan Bagas.

"Penting."

"Ngomong disini aja." Sahut Derry ketus.

"Jangan disini."

"Sepenting apa sih?" Derry seakan menantang Bagas.

"Jangan disini. Mumpung aku masih sabar sama kamu."

"Kenapa? Kamu marah sama aku, Gas?"

"Hm? Kamu udah nyakitin anak orang masih bisa ketawa-ketawa disini. Kamu punya hati nggak sih, Der? Perasaan dulu kamu nggak begini amat."

"Maksud kamu siapa?"

"Kellisa."

"Terserah akulah. Emang kamu siapanya dia? Nggak usah sok jadi pahlawan deh, Gas." Derry mendorong kasar tubuh Bagas ke belakang.

Bagas menghela napas, "Aku mau ngomong baik-baik, Der."

***

Kellisa menaruh kepalanya diatas meja. Dia sama sekali tidak semangat. Jam istirahat kedua dia hanya duduk diam di kursinya.

Dwi dan Tiara tidak berani mengusiknya. Mereka tau suasana hati Kellisa sedang buruk.

"Kel. Ayo ke kantin."

"Ngapain sih?" Kellisa mengerucutkan bibirnya, tanpa menoleh sama sekali. "aku nggak nafsu makan."

"Derry sama Bagas mau kelahi."

"Hm? Hah? Kelahi? Siapa?" Tanya Kellisa panik.

Kellisa menoleh, menatap Dwi dengan tatapan terkejut.

"Bagas sama Derry."

"Mereka ngapain sih?"

"Bagas kayaknya nggak terima, kamu dijadiin taruhan. Derry juga nggak terima bilang itu bukan urusan Bagas."

"Ih. Bagas ngapain sih!"

Kellisa mengikuti langkah Dwi dan Tiara yang tergesa-gesa menuju Kantin. Sesampainya di kantin, segera Kellisa menerobos kerumunan orang-orang yang menonton Bagas dan Derry.

"Gas. Ayo pergi." Kellisa menarik tangan Bagas ketika cowok itu hendak memukul Derry.

Dia nggak mau image Bagas sebagai ketua osis sirna seketika. Apa kata orang-orang kalau ketosnya aja kayak gitu?

Bagas menepis tangan Kellisa. "Kamu kenapa sih? Mau-maunya dimainin sama orang kayak dia." Tangan Bagas menunjuk-nunjuk ke arah Derry.

"Bacot kamu, Gas. Nggak usah sok jadi pahlawan deh!"

Kellisa menarik Bagas dengan kasar menjauhin kerumunan anak-anak dikantin yang menyaksikan adu mulut mereka.

***

Kellisa menarik Bagas menyusuri koridor sekolah. Orang-orang menoleh menatap mereka dengan pandangan penuh tanya.

"Kamu kenapa sih? Kamu sadarkan kamu siapa? Masa iya kamu mau kelahi sama Derry? Kamu ketos, Gas. Ingat itu! Orang-orang bisa salah paham sama kamu dan apa kata guru-guru nanti, kalau sampai kamu beneran kelahi." Jelas Kellisa panjang lebar. Meluapkan segala kekesalannya disana.

Bagas hanya duduk diam. Tidak berniat menjawab kata-kata Kellisa.

"Aku nggak papa. Bahkan aku kan nggak nyuruh kamu ngebalas Derry. Tapi kenapa sih kamu harus kayak gini?"

"Hm?" Bagas mengangkat wajahnya, merasakan nada suara Kellisa bergetar karena hendak menangis.

"Jangan nangis."

Kellisa menutup wajahnya dengan kedua tangan. Menutupi wajahnya yang sudah memerah menahan marah dan tangis.

"Kamu nggak berhak disakitin, Kel. Bahkan Abang kamu aja sayang banget sama kamu. Nggak pernah nyakitin kamu."

Kellisa terisak, "Aku aja yang bodoh." Gumamnya.

"Kamu nggak bodoh."

"Aku yang bodoh. Udah tau Derry begitu, bukannya menjauh aku malah mendekatin Derry. Nggak sadar motif apa yang tersembunyi."

"Hmm udah. Nggak usah nyesal. Udah kejadian, Kel."

"Gas!" Ruro menghampiri Bagas dan Kellisa yang duduk di taman belakang sekolah. "kamu nggak papa?" nada Ruro terdengar khawatir.

"Kenapa, Ro?"

"Aku denger dari anak kelas. Kamu kelahi sama Derry di kantin. Sebenarnya, kalian kelahi gara-gara apa sih?"

Bagas terdiam sejenak. Kellisa melirik Bagas yang sepertinya kebingungan hendak menjawab apa.

"Sebenarnya ini salah aku." ucap Kellisa lirih.

"Hah? Maksud kamu?"

"Bagas belain aku. Jadi ini salah aku. Maaf membuat kalian khawatir. Aku mohon nggak usah peduliin aku mulai sekarang."

Sudut bibir Kellisa terangkat, menampilkan bulan sabit di bibirnya.

"Terima kasih." kata Kellisa kemudian.

"Kamu tau nggak, Ro. Aku merasa Kellisa begitu mencintai Derry." Bagas berbisik.

Ruro mengangguk, "Iya, pasti dia sakit hati."

"Gimana ya caranya biar dia bisa senyum lagi?"

"Kenapa nggak pertanyaannya ku balik? Gimana kalau kamu terus terang aja sama perasaanmu?"

"Ini bukan waktu yang tepat, Ro. Perasaannya sedang buruk, aku nggak mungkin menambah beban pikirannya lagi."

Ruro menggeleng, "Bener-bener, bukan seperti Bagas yang aku kenal."

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi dengan nyaring. Wajah-wajah ngantuk dan kelaparan tergambar jelas pada murid SMA Sinar Harapan.

Kellisa memasukkan buku-buku dan alat tulisnya dengan cepat. Wajahnya datar tanpa senyuman sama sekali.

"Kamu mau langsung pulang?"

"Iya. Bang Trian udah di luar."

"Kel. Kamu nggak papa kan? Muka kamu muram banget." tegur Tiara pada Kellisa yang sudah memakai tas ranselnya.

"Aku nggak papa kok, kalian nggak usah khawatir ya! Aku duluan, dadah!" Kellisa melambaikan tangan sembari tersenyum tipis.

"Sebenarnya aku tau yang dia rasakan. Pasti sakit. Satu tahun ini kan perasaannya buat Derry cukup dalam. Dipermainkan begini, takutnya membuat dia nggak bisa buka hati untuk orang lain." ucap Dwi dengan nada serius.

"Kita cuman bisa nyemangatin dan selalu ada buat dia, Wi. Kamu nggak usah khawatir. Kellisa itu tangguh kok, dia nggak mungkin lenyap dari dunia hanya karena patah hati." jelas Tiara dengan senyum lebar, dia merangkul Dwi.

"Bener juga sih, tumben kamu pintar Ra."

"Yaelah si Dwi." Tiara memberengut sebal.

Kellisa sudah sampai di depan gerbang sekolahnya. Trian sudah tampak menunggu disampingnya ada Bagas.

"Lho, Gas? Nggak pulang?" Kellisa berusaha bertanya dengan tenang. Sebenarnya agak canggung setelah pembicaraan terakhirnya dengan Bagas tadi saat jam istirahat kedua.

Bagas tersenyum tipis, "Ini mau pulang. Kak Trian duluan ya!"

"Hati-hati, Gas. Jangan lupa ntar kalau ada latian futsal kita barengan biar rame."

Bagas mengangguk. Kellisa mengamati sosok Bagas yang melaju dengan motor kesayangannya. Dia melirik ke arah Trian yang sudah bersiap memakaikannya helm.

"Bagas ada ngomong apa ke Abang?" selidik Kellisa kemudian.

"Nggak ada tuh. Dia cuman bahas latian futsal aja sama Abang."

"Oh, begitu."

"Lagian kenapa? Kamu habis bikin masalah ya?" tanya Trian menatap lekat mata Kellisa.

"Ya, nggaklah. Akukan anak baik-baik, ngapain cari masalah segala?" Kellisa naik ke jok belakang motor Trian.

"Iya iya, Abang percaya."

***

Pagi itu, mading sekolah ramai. Kellisa tertarik ingin mengintip ada apa dengan mading. Apakah ada acara sekolah? Atau lomba cerdas cermat? Atau ada lomba olahraga?

"Wah, gila. Kasian banget ini cewek. Udah dijadiin taruhan sama ketua futsal. Terus sekarang ngedeketin ketua osis dan sekertaris osis lagi."

Kellisa mengernyit, matanya membulat sempurna. Tak habis pikir dengan foto-foto dan tulisan yang terpajang di mading. Fotonya sedang bersama dengan Bagas dan Ruro dan isi tulisannya menjelek-jelekkan Kellisa, mengatakannya perempuan murahan dan tak tau malu.

"Ssst." Bisik seorang siswi. "ada orangnya tuh."

"Apaan sih ini? Kenapa jadi rumit kayak gini sih?" gumam Kellisa, menerobos gerembolan orang-orang dan berlari menuju kelas dengan wajah kesal.

Kellisa menabrak seseorang, "Maaf."

"Dilihat dari wajahmu, sepertinya kamu sudah lihat isi mading hari ini?" Derry tersenyum sinis.

"Jangan bilang? Kamu yang nempel itu di mading?" Kellisa seolah tak percaya, sosok yang sangat dikaguminya dulu berubah seratus delapan puluh derajat dalam sekejap.

"Image aku udah terlanjur jatuh gara-gara kamu. Karena ketahuan jadiin kamu bahan taruhan. Seisi sekolah musuhin aku. Aku nggak terimalah, kamu juga harus ngerasain di musuhin satu sekolah."

"Der, aku salah menilai kamu selama ini. Aku menyesal kenal sama kamu." Kellisa mencoba untuk menahan tangannya agar tak sampai menampar Derry. Tangannya sudah terkepal kuat, emosinya meluap ke permukaan.

"Hahaha. Kamu polos banget sih? Kok kamu bisa-bisanya mikir kapten basket kayak aku bisa suka sama kamu yang notabennya orang biasa?"

Kellisa terdiam. Muak dengan kata-kata lelaki dihadapannya ini.

"Semuanya cuman sandiwara, Kel. Oh, iya harusnya kamu seneng dong ya. Kamu jadi terkenal sekarang gara-gara aku juga kan?" Derry tersenyum meremehkan, dia mendekatkan wajahnya ke arah Kellisa.

"Gimana rasanya jadi terkenal? Cewek murahan." bisik Derry di telinga Kellisa.

Plaakkkk....

Kellisa menutup mulutnya, terkejut dengan kejadian di depan matanya. Bagas baru saja menampar keras pipi Derry, memberikan bekas kemerahan di pipi sebelah kanannya.

"Pahlawannya datang ya?"

"Mau kamu apa sih, Der?" Bagas berkata dengan nada tinggi.

"Mau aku simple kok, aku pengen cewek ini ngerasain rasanya disudutin."

"Kamu itu punya hati nggak sih? Kamu keterlaluan. Kamu nganggap Kellisa apa? Mainan?"

"Iya, aku anggap dia mainanku. Kalau aku sudah bosen ya, aku buang. Ngapain aku pakai terus kalau aku bosen?"

Bagas sudah mengangkat tangan kanannya, hendak memukul Derry lagi. Tapi Kellisa mencegahnya, Kellisa mengenggam erat tangan Bagas.

"Gas. Kamu nggak usah ngeladenin orang macam dia."

"Kenapa nggak jadi mukul? Wah padahal kalau misalnya kita kelahi sampai babak belur kan bagus. Kamu bisa turun dari jabatanmu itu."

"Derry! Cukup!" bentak Kellisa.

Derry menatap tajam Kellisa. Sejenak kemudian meninggalkan Bagas dan Kellisa.

"Kamu sadar nggak sih?" Kellisa berkata pada Bagas.

"Kenapa?"

"Kamu bisa masuk ruang bp bk kalau sampai beneran kelahi sama Derry. Aku nggak mau itu terjadi, Gas. Hanya karena belain aku, aku nggak mau orang lain terluka."

Bagas menahan Kellisa agar tidak pergi. Gadis itu menoleh, "Jangan peduliin aku, Gas. Kamu bisa terluka lebih dari ini."

Kellisa melepas cengkraman tangan Bagas. Dia berjalan lurus-lurus ke depan. Entah mengapa kondisinya semakin rumit.

***







Продовжити читання

Вам також сподобається

Players Від Summer Maung

Романтика

753K 19.8K 57
"Real lifeမှာ စကေးကြမ်းလွန်းတဲ့ စနိုက်ကြော်ဆိုတာမရှိဘူး ပျော်ဝင်သွားတဲ့ယောကျာ်းဆိုတာပဲရှိတယ်" "ခေါင်းလေးပဲညိတ်ပေး Bae မင်းငြီးငွေ့ရလောက်အောင်အထိ ငါချ...
1.3M 31.2K 46
When young Diovanna is framed for something she didn't do and is sent off to a "boarding school" she feels abandoned and betrayed. But one thing was...
163K 18.2K 50
#Book-2 of Hidden Marriage Series. 🔥❤️ This book is the continuation/sequel of the first book "Hidden Marriage - Amazing Husband." If you guys have...
371K 21.3K 40
The story continues to unfold, with secrets unraveling and new dangers lurking in the shadows. The Chauhan family must stay united and face the chall...