Naughty Dorm No. 69 [END]

By yeonbinight

102K 13.9K 4.3K

"Ambigu sekali!" Tunggu sebentar! Jangan salah paham! Judulnya sedikit mengerikan. Tapi ini tidak seperti yan... More

Blurb
Kesatu: Tragedi Hi-Hello
Kedua: Tragedi Bola Basket
Ketiga: Tragedi Mati Listrik
Keempat: Tragedi Surat Cinta
Kelima: Tragedi di Perpustakaan
Keenam: Tragedi Sebuah Mimpi
Ketujuh: Tragedi Tidur Seranjang
Kedelapan: Tragedi Sebuah Kebenaran
Kesembilan: Tragedi Beberapa Rahasia
Kesepuluh: Tragedi Sebuah Romansa Manis
Kesebelas: Tragedi Pergi Tanpa Pamit
Ketigabelas: Tragedi Sebuah Pengakuan
Keempatbelas: Tragedi Bersama Seorang Perempuan
Extra Chapter

Keduabelas: Tragedi Sebuah Pertikaian

5.6K 733 243
By yeonbinight

Sudah seminggu.

Yeonjun bermalas-malasan di atas ranjang. Tubuhnya di atas kasur, sementara kepalanya menggantung di pinggiran ranjang.

Mata lucunya mengerjap menatap Soobin yang begitu sibuk. Bibirnya mengerucut. Di sedikit kesal, juga tersentuh.

Besok pagi kelas sebelas mengadakan acara berkemah. Yeonjun sangat senang dan antusias untuk mengikutinya. Pagi-pagi sekali dia sudah sibuk untuk mengemasi barang-barang yang dia perlukan.

Namun sayangnya dia harus mundur teratur sembari mengerucutkan bibir ketika Soobin melarangnya.

"Naik ke ranjang! Biar aku yang siapin. Nanti kamu malah capek." Begitu katanya.

Mau apa lagi? Jika Yeonjun membantah, maka dia harus menerima hukuman berupa pukulan di pantatnya. Tidak sakit, pukulan itu hanya seperti sentuhan. Dan terkadang sebuah rematan. Membuat Yeonjun berwajah gelap dan muram.

Jadi demi menyelamatkan pantatnya, dia menurut. Naik ke atas ranjang dengan patuh. Hingga seperti ini lah keadaannya. Dia seperti kucing pemalas namun menggemaskan.

"Jangan baringan kaya gitu! Lehermu bisa sakit!" Soobin mulai terganggu dengan cara tidur Yeonjun yang tidak sehat.

"Masih lama? Kita cuma pergi sehari semalem. Gak perlu bawa banyak barang." Yeonjun memilih tidak menanggapi Soobin dan justru mengalihkan topik.

"Baringan yang bener!" Soobin tidak akan melepaskan topiknya begitu saja. Si kucing kecil yang nakal ini harus didisiplinkan.

"Umm!" Yeonjun semakin mengerucutkan bibirnya. Dia membenarkan posisi tidurnya. Membalik tubuhnya dan tengkurap.

Posisi ini sama saja tidak sehat. Sebelum Soobin kembali mengomel, Yeonjun sudah membungkamnya dengan rayuan manis.

"Aku pengen liat kamu!" Begitu alasannya.

Soobin senang, dia tidak mengomel lagi. Dia kembali menyibukkan dengan obat-obatan untuk dibawa besok.

Yeonjun tengkurap sembari menahan pipi dengan kedua telapak tangannya. Kakinya ditekuk dan digoyang-goyangkan. Matanya berbinar menatap Soobin yang berjongkok di lantai. Bibirnya melengkung sangat manis.

Begitu beruntungnya memiliki pacar tampan dan perhatian!

"Masih lama? Apa kamu gak capek? Barangnya terlalu banyak! Aku gak perlu obat sebanyak itu!" Yeonjun berkomentar.

Dia menautkan alisnya. Apa-apaan ini? Dia hanya pergi untuk berkemah. Lalu kenapa Soobin memasukkan obat yang beragam jenisnya? Dia bahkan memasukkan obat sembelit.

Soobin masih mengabaikan Yeonjun. Mereka akan berkemah dan tidak berada di satu tenda. Soobin khawatir akan terjadi apa-apa pada pacarnya yang manis ini.

Yeonjun kesal. Dia diabaikan. Betapa menyedihkan! Dia seperti pacar yang dianggurkan.

"Soobin!"

Tidak ada tanggapan.

"Choi Soobin!"

Tidak ada tanggapan lagi. Pertahanan Soobin masih kokoh.

"Binbinnn~"

Soobin sedikit goyah. Pertahanannya sedikit retak.

"Sayang~"

Dan akhirnya pertahananya roboh!

Soobin menengadah. "Hmm?"

"Ayo bobo!" Yeonjun berguling-guling di atas kasur. Rambutnya bergerak kesana kemari. Wajahnya memerah nampak menggemaskan. Saat ini dia seperti anak kucing yang ingin dimanjakan pemiliknya.

Pertahanannya yang sudah roboh kini terlihat semakin luluh lantak. Soobin berdiri dan mengangkat tubuh Yeonjun untuk membaringkannya dengan benar.

Yeonjun memposisikan diri. Tubunya meringkuk menghadap Soobin, menunggu lengan besar dan hangat yang akan merengkuhnya.

"Selamat malam, Soobin!" Ucap Yeonjun setelah pingganya dipeluk.

"Selamat malam."

Lampu dimatikan setelah bibir mereka menempel.

Fajar menyingsing. Matahari mengintip dengan malu-malu.

Soobin dan Yeonjun sudah siap untuk berangkat dengan tas besar. Mereka duduk bersampingan. Soobin menatap Yeonjun tanpa kata.

Malam ini mereka tidak akan tidur bersama. Bahkan tenda mereka berjauhan. Soobin sedikit khawatir jika Yeonjun satu tenda dengan orang lain.

"Ada apa?" Yeonjun mengusap rambut Soobin.

"Jangan luka. Kalo sampe kamu kenapa-kenapa, aku bakal marah!" Tidak ada candaan dalam kalimatnya. Dia memang akan marah, tetapi bukan marah kepada Yeonjun. Melainkan marah pada dirinya sendiri.

"Janji!" Yeonjun mengangguk. Dia bukan anak kecil yang mudah luka!

"Cium dulu!" Soobin mendekatkan pipinya pada bibir Yeonjun.

Yeonjun melengkungkan bibirnya. Wajahnya sedikit memerah. Dengan gerakan lembut, dia menempelkan bibirnya di pipi Soobin.

Mereka bergegas ke sekolah bersama. Berjalan berdua menuruni tangga asrama. Soobin menggendong tasnya, di tangan kananya dia memegang tas milik Yeonjun.

"Nanti tanganmu sakit. Biar aku yang bawain!" Yeonjun sedikit khawatir. Tas Soobin sendiri saja sudah cukup berat.

"Bawel terus, aku cium nih!"

Yeonjun cemberut dan memilih untuk diam. Tidak peduli seberapa banyak ia menasehati Soobin, si tinggi ini tidak akan mendengarnya. Bahkan jika Yeonjun menasehati hingga bibirnya berbusa pun tidak ada kemajuan.

Pagi ini sangat cerah. Murid-murid terus sibuk berjalan kesana-kemari. Sesekali mereka akan melirik pada pasangan ini. Hubungan mereka tidak dipublikasikan. Tetapi melihat Soobin si bintang sekolah berjalan dengan Yeonjun si wajah rubah cukup menarik perhatian. Pada akhirnya mereka akan menjadi ketakutan setelah Soobin memberikan tatapan tajam.

Yeonjun menggernyitkan keningnya. Akhir-akhir ini tidak ada siswi yang ada di sekitar Soobin. Kemana perginya gadis-gadis itu?

Setelah memasuki gerbang sekolah, mereka berpisah dengan setengah hati. Yeonjun pergi ke kiri. Sementara Soobin masih berdiri mematung di tempat. Matanya memandang punggung Yeonjun yang semakin menjauh.

Hanya satu hari satu malam. Kenapa terasa berat melepaskan kucing kecil itu?

Perjalanan dengan bus ditempuh tiga jam. Yeonjun yang duduk di samping Sean merasa bosan setengah mati. Ia menoleh, mendapati Sean yang tertidur dengam mulut terbuka dan air liur menetes. Pemandangan yang buruk! Buru-buru Yeonjun menutupi wajah Sean dengan jaket milik Sean.

Saat itu bus berhenti di lampu merah. Yeonjun melirik ponselnya, ada satu pesan yang masuk.

Bin
Liat ke kanan!

Yeonjun menautkan alisnya. Dia duduk di dekat kaca, ketika dia menoleh ke kanan yang dia dapati adalah bus Soobin yang berhenti di samping busnya. Dan yang paling mengejutkan, tepat di sebelahnya adalah Soobin!

Senyum Yeonjun merekah. Dia mendapati Soobin menggerakkan jari telunjuknya di kaca. Ia menorehkan sesuatu, itu sebuah hati! Untuk Yeonjun!

Wajah Yeonjun memerah dan terasa terasa terbakar.

Hingga lampu berganti hijau, bus mereka kembali berpisah.

Tiga jam sudah berlalu. Murid-murid sibuk limabelas menit setelahnya. Mereka mendirikan tenda. Satu tenda dapat menampung lima orang. Sean dan Yeonjun tentu saja satu tenda.

Yeonjun menoleh kesana kemari. Di mana letak tenda Soobin? Apa lokasi tenda murid IPA dan IPS berjauhan? Yeonjun ingin sekali melihat wajah Soobin. Dia sedikit rindu.

Beruntung ini hanya kemah untuk bersantai. Jadi mereka diperbolehkan membawa ponsel. Yeonjun pun berncana untuk mengirim pesan pada Soobin nanti malam sebelum tidur.

Dan waktu yang Yeonjun tunggu sudah tiba. Setelah acara malam, mereka dibebaskan untuk mengobrol atau tidur. Yeonjun memilih untuk masuk ke tenda. Dia ingin sekali menghubungi Soobin.

To: Bin ❤
Soobin!

Beberapa menit berlalu. Tidak ada balasan. Apakah Soobin sedang mengobrol dengan temannya, Joshua?

To: Bin
Aku kangen

Tidak ada balasan lagi!

Yeonjun melemparkan ponselnya dengan kesal. Biasnya Soobin sangat cepat dalam membalas pesan darinya. Kemana dia?

Yeonjun tidak bisa tidur. Dia sudah terbiasa tidur di pelukan Soobin. Dan malam ini, tidak ada yang memeluknya.

Yeonjun menoleh ke samping. Tidak mungkin dia minta dipeluk Sean!

"Ngapain liat-liat? Jangan sentuh aku!" Sean menyilangkan tangan di dadanya.

"Nggak sudi!" Yeonjun mendengus. Dia tidak homo! Dia hanya menyukai Soobin. Itu saja!

Yeonjun menyerah. Dia keluar tenda untuk mencari udara segar. Dia sedang malas berdebat dengan Sean. Jadi dia memilih berkeliling di sekitar tempat kemah.

Kakinya terus melangkah. Jauh dari tendanya. Saat itu tiba-tiba kakinya berhenti.

Di balik pohon, Yeonjun melihat Soobin tengah berdiri. Yeonjun mengusap matanya, benar itu Soobin! Dan, di sampingnya, ada seorang perempuan?

Jantung Yeonjun terasa mencolos. Dia berdiri kaku. Kenapa Soobin di tempat gelap seperti ini? Siapa perempuan yang bersamanya?

Yeonjun enggan gegabah. Mungkin saja itu hanya teman sekelas Soobin. Jadi dia tidak bertindak dan memilih untuk tetap berdiri di tempat.

Diam-diam Yeonjun mengamati si perempuan. Wajah si perempuan nampak memerah. Dia sesekali menunduk, terkadang memberanikan diri menatap Soobin dengan malu-malu.

Sementara itu wajah Soobin masih dingin seperti biasa!

Yeonjun tidak bisa mendengar obrolan mereka. Namun setelah waktu berlalu, kakinya tiba-tiba saja terasa lemas. Yeonjun bahkan hampir tumbang.

Di depannya, sebuah adegan telah menyayat hatinya. Perempuan itu mencium pipi Soobin!

Yeonjun terkejut. Dia tanpa sadar memegang dadanya yang terasa nyeri. Pandangnya tidak fokus. Dia ingin menangis!

Siapa perempuan itu? Kenapa dia mencium Soobin!

Yeonjun melangkah mundur dengan kakinya yang lemas. Dia ingin lari namun pijakannya goyah. Tubuhnya tumbang dan jatuh di tanah cukup keras.

Hal itu mencuri perhatian dua orang di balik pohon. Soobin menoleh dan terkejut melihat Yeonjun yang sudah berada di tanah. Dia mendorong perempuan di sampingnya dan menghampiri Yeonjun.

Saat ini Yeonjun sangat marah! Dia tidak mau melihat Soobin. Buru-buru ia bangkit dan lari. Yeonjun berlari secepat mungkin ke tendanya.

Sean membelalakkan matanya ketika melihat Yeonjun yang berlinang air mata dengan pakaian kotor.

"Kamu kenapa?" Sean yang khawatir membawa Yeonjun untuk duduk. Dia memang kesal pada Yeonjun, namun setelah melihat keadaan Yeonjun seperti ini, rasa kesalnya sudah melebur.

"Sean!" Yeonjun terlihat kacau. Dia melemparkan diri dan memeluk Sean. Dia ingin menangis sangat keras. Hatinya terasa sakit.

Hubungannya dengan Soobin masih seukuran kecambah. Mereka harus merawatnya dengan baik agar tumbuh sehat. Namun seolah Soobin baru saja menginjak-injak kecambah itu hingga hancur tanpa sisa!

"Ada apa? Kamu darimana? Kenapa kamu nangis? Ini baju kamu, kenapa bisa kotor?" Sean mengusap punggung Yeonjun. Dia sangat peduli pada sahabatnya. Jika ada yang menyakiti Yeonjun, dia akan berdiri di garis depan untuk membela sahabatnya.

"Sean, telponin mamaku!" Yeonjun semakin sesenggukan. Dia mencengkram jaket Sean begitu kuat.

"Mama kamu? Jun, sebenernya ada apa? Kenapa minta telponin mama kamu? Siapa yang udah bikin kamu kaya gini?" Sean memasang wajah bingung. Setahunya, setiap ada masalah Yeonjun tidak pernah menceritakan pada mamanya.

"Aku mau pulang! Telponin mamaku, suruh jemput aku! Aku mau pulang Sean, aku mau pulang!" Rintihan Yeonjun sangat menyayat hati. Yeonjun tidak pernah seperti ini sebelumnya.

Sean tidak tega. Dia menelepon mama Yeonjun dan memintanya untuk menjemput anaknya.

"Sean, sakit!"

___________





Jadi apa yg terjadi selanjutnya?

Putus?

Tamat?

Continue Reading

You'll Also Like

75.2K 11.2K 26
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
1.2M 62.1K 66
"Jangan cium gue, anjing!!" "Gue nggak nyium lo. Bibir gue yang nyosor sendiri," ujar Langit. "Aarrghh!! Gara-gara kucing sialan gue harus nikah sam...
81.4K 7.2K 79
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
246K 25.9K 28
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...