Ketiga: Tragedi Mati Listrik

5.8K 940 177
                                    

Sebelum baca bab 3, tolong refresh bab 2 dan dibaca ulang

aku baru sadar ternyata bab 2 ada yg kepotong :'(

-----

Hari ini Yeonjun pulang malam. Sore tadi ia harus ke rumah Sean untuk belajar kelompok. Beruntung ia sampai di asrama sebelum jam sepuluh. Asrama ini memiliki peraturan sedikit ketat. Diantaranya adalah asrama yang akan ditutup pada jam sepuluh. Jika penghuni asrama terlambat pulang, maka mereka akan tidur di luar.

Yeonjun memutar knop pintu dan masuk. Di dalam kamar, Soobin tengah duduk di depan meja belajar, entah apa yang dia kerjakan. Mungkin mengahapal kamus Bahasa Inggris tujuh milyar, membaca buku astronomi, atau buku-buku sastra tebal yang membosankan.

Yeonjun meletakkan tasnya dan duduk di kasur. Ia teringat ia belum membuat peraturan kamar untuk Soobin. Sejujurnya Yeonjun bukan tipe orang yang terlalu ribet. Kenapa harus ada peraturan? Berpikir itu terlalu konyol, ia memutuskan tidak membuat peraturan apa pun untuk Soobin.

Saat itu, Soobin tiba-tiba saja berdiri. Ia berjalan dan naik ke ranjangnya. Yeonjun tertegun, ini sudah hampir lima hari mereka sekamar. Tetapi Soobin masih begitu dingin. Bahkan menganggap Yeonjun tidak ada. Jika dihitung, selama lima hari ini mereka bercakap tidak lebih dari empat kali. Itu pun hanya percakapan singkat dan tidak bermakna sama sekali.

Yeonjun masih tertegun. Soobin mulai kembali membuka bukunya sembari bersandar. Yeonjun menautkan alis. Benar-benar kutu buku. Seolah dunianya memang hanya terpaut di buku. Bahkan ketika hujan badai menerpa pun ia masih sempat melirik buku.

Ia mengerucutkan bibirnya. Jika terus seperti ini, ia tidak akan tahan. Yeonjun yang cerewet ini tidak memiliki teman mengobrol. Sungguh sangat kesepian.

Di tengah rasa kesalnya, tiba-tiba Soobin bersuara, "Bau matahari!"

Yeonjun mengerjap. Apanya yang bau matahari? Siapa yang bau matahari? Ia menoleh ke sana kemari. Soobin kembali bersuara, "Kamu!"

Bibir Yeonjun membentuk huruf O. Ia mencium tubuhnya sendiri. Benar, bau matahari. Hari ini Yeonjun memiliki pelajaran olahraga, selain itu ia juga sempat pergi bermain bersama Sean. Wajar saja jika dia bau matahari.

Karena tidak ingin membuat Soobin tidak nyaman, ia berniat untuk mandi. Namun entah kenapa ia lupa mengenai peraturan Soobin. Ia dengan percaya diri membuka bajunya di samping Soobin. Sebelum kancing-kancing itu berhasil ia lepas, tiba-tiba saja ia dihantam sebuah bantal.

"Peraturan nomor 5!" Soobin mengingatkan dengan nada dingin. Membuat bulu roma Yeonjun berdiri. Ia bergidik ketakutan dan segera mengambil pakaian ganti. Ia berlari ke kamar mandi secepat kilat.

Di dalam kamar mandi, sesekali ia mengumpat. Mengguyur tubuhnya sembari berteriak tidak jelas. Hingga beberapa menit kemudian tubuhnya kembali segar. Ia memutar knop pintu kamar mandi setelah berganti baju. Namun entah kenapa pintu itu enggan terbuka. Yeonjun sudah menariknya sekuat tenaga. Ia pun mulai panik. Jika ia berteriak meminta tolong Soobin, apa teman sekamarnya itu akan sudi menolongnya?

Baru saja Yeonjun menarik napas untuk memanggil Soobin, tiba-tiba saja lampu kamar mandi padam. Seketika Yeonjun berteriak keras. Ia sangat takut terhadap gelap. Dengan tubuh gemetar ia terus berteriak bahkan tanpa sadar memanggil nama Soobin. Kakinya melemas hingga membuatnya merosot di lantai sembari menangis terisak.

"Soobin!" Ia berteriak dengan sisa-sisa tenaganya. Yeonjun tidak takut hantu. Ia hanya takut gelap. Jika dia terlalu panik di tempat gelap, dadanya akan terasa sesak. Itu sebabnya ia selalu meletakkan lampu batrai di samping tempat tidurnya. Sebagai jaga-jaga jika terjadi mati listrik.

Naughty Dorm No. 69 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang