Gift Love (COMPLETE)

By Ahsheina

390K 17.3K 308

mencintai atau dicintai ? mana yang akan jadi pilihan paling tepat dalam hidup ? jika mencintai adalah sebuah... More

Medium or Well Done ?
Salt Service
Smoke Phobia
New Journey
Wifey Moon ?
Emotional Taste
Dark Story
I Dont Care !!
The Legend of Kastangel
Come and Back
Hurt
Heart and Flower
I Love You More, Husband
Sharing to Caring
Bad Dream
Different !!
It's True !!
Okey, Fighting !!
Design Your Fate
leave !!
Find You
Dad's Plann
Lembang In Love
Problem its Clear ?
Everythings Will Be Ok
Home Sweet Home
New Member
Ice Man Come Back !!!
Twinnies
Tell Me
Wedding KK
Holiday
Little Gift
Hello World
Triplet ? (ENDING)
More Info

Little Jamie ?

10.2K 478 7
By Ahsheina

Gelap dan tenang. Suasana pagi yang didapati Anne kali ini nampak berbeda. Kamarnya masih tertutup gorden dengan rapat. Di sebelah kirinya tampak James tertidur dengan damainya. Lengannya yang besar berada di atas pinggang Anne.

Yaa berpelukan. James menemaninya tidur dengan memeluknya sepanjang malam. Hal yang pertama kali terjadi sepanjang mereka menikah.

Setelah pertengkarannya di gazebo belakang mansion malam tadi, pria itu tampak berbeda dari yang biasa dilihat Anne. Anne yang sudah cenderung menyerah karena lelah nyatanya harus dikejutkan oleh tindakan James yang di luar dugaan.

Pria itu menciumnya !! Hal yang membuat Anne tersenyum pagi ini dan meraba kembali bibirnya. Menatap James yang masih tertidur dengan lelapnya, Anne menelusuri garis wajah pria itu. Anne yakin bahwa ia memang sudah menjatuhkan hati pada suaminya ini.

Bergerak sejenak untuk bangun dari tidurnya, Anne menggeserkan lengan James yang tampak masih melingkari pinggangnya. Meninggalkan pria itu dalam tidur lelapnya, Anne menarik selimut untuk menyelimuti kembali tubuh besar suaminya.

Belum sempat mandi, Anne turun menuju dapur dan mendapati Grace sedang merapikan meja makan.

"Hari ini aku yang akan membuat sarapan Grace, kamu bisa melakukan tugasmu yang lain" Anne berkata sambil tersenyum.

"Tapi saya bisa dimarahi tuan jika membiarkan nyonya kembali ke dapur untuk memasak. Nyonya sedang sakit" Grace mengeluarkan pendapatnya pelan. Terlihat jelas raut cemas di wajahnya.

"Dia tidak akan memarahimu Grace, jika dia marah, itu akan menjadi urusanku. Aku sudah lebih baik sekarang"

"Baik nyonya" Grace menundukkan kepalanya dan segera berlalu dari dapur untuk melanjutkan pekerjaannya yang lain.

Mengikat rambutnya dengan satu ikatan cepolan, Anne mulai bersiap mencuci tangannya dan menggunakan apronnya untuk memasak. Ia melihat dan mengeluarkan beberapa bahan makanan yang ada di dalam kulkas.

Menu indonesia sepertinya bisa jadi pilihan yang menarik. Anne membuat nasi liwet dengan magicom yang ada di dapur, menumis bumbu untuk cah kangkung dengan saus tauco dan membuat bumbu untuk gurame saus padang yang akan dibuatnya.

Terlalu fokus dengan kegiatannya memasak, Anne tak menyadari bahwa sepasang tangan sudah melingkari pinggangnya dan memeluknya dengan erat dari belakang saat ini. Membuat Anne sedikit tersentak.

"Sulit sekali rasanya melarangmu memasuki dapur belakangan ini" James berkata pelan sambil memeluk Anne dari belakang.

"Kamu membuatku kesulitan bergerak Jamie !! Kamu bisa menunggu sarapan pagimu dengan kembali tidur di kamar"

"Bagaimana jika kamu yang mengantarku ke kamar" James mengucapkan kalimat itu dengan jelas.

Anne membalikan tubuhnya untuk menatap James.

"Kamu baik-baik saja saat tadi aku meninggalkanmu di kamar Jam, jadi untuk apa aku mengantarmu ?"

"Aku kehilangan pelukan gulingku jika kamu memintaku kembali ke kamar hanya untuk tidur" James berkata dengan senyumnya.

Membuat Anne merona karenanya. Hati perempuan itu seperti bunga-bunga yang bermekaran.

"Hey wajahmu memerah, its okey aku akan jogging sebentar sambil menunggu masakanmu siap, kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu" James berkata sambil mencium perlahan kening Anne dan mengusap rambutnya.

Pria itu berjalan menuju halaman belakang mansion dan berbicara sejenak dengan Hans dan Ron.

Anne masih diam tak bergemin dan kemudian melanjutkan kegiatannya memasak. Senyuman itu menghiasi wajahnya sepanjang ia memasak kali ini.

Anne berusaha jujur pada dirinya sendiri mengenai perasaannya. Suaminya, pria berperangai dingin itu nyatanya sudah memenangkan hatinya saat ini. Entah James mengetahuinya atau tidak, bagi Anne perasaan ini sangat menyenangkan. Terlebih melihat sikap dan perlakuan James sejak semalam padanya.

Pria itu berubah seolah-olah menjadi sangat manja dan takut kehilangan Anne. Tak ingin menyenangkan hatinya dengan cepat dengan mengatakan bahwa James memiliki perasaan yang sama seperti yang dirasakannya, Anne hanya merasa cukup bersyukur dengan keadaan ini.

Seperti Tuhan yang menjawab doa-doanya, Anne sudah berusaha menguatkan hatinya bahwa ia akan memperjuangkan pernikahan ini, memperjuangkan perasaannya pada James, dan seperti yang dikatakan Rossie, Anne bertekad akan membuat pria itu menjatuhkan hatinya padanya.

Setengah jam berlalu, dan Anne sudah siap dengan segala hidangan yang dibuatnya pagi ini. Setelah membagikan sarapan pagi kepada para pekerja yang ada di sekitaran mansion, Anne menata meja makannya sambil menunggu James kembali dari kegiatannya joggingnya.

"Menungguku ?" James berjalan menuju dapur sambil membawa sebuah handuk kecil di pundaknya. Pria itu tampak berkeringat dan tampan.

"Smoothies ?"

James menatap wajah Anne keheranan. Biasanya Anne akan memberika kopi atau teh di pagi hari sebagai minuman pembukanya.

"Aku akan membatasimu mengkonsumsi kopi mulai sekarang. Kamu berolahraga tapi terlalu banyak mengkonsumsi kafein juga tidak terlalu bagus" Anne mengeluarkan alasannya sambil menyodorkan segelas smoothies rasa strawberry.

"Apa ini bentuk perhatian seorang istri kepada suaminya ?" James menerima smoothies itu kemudian meminumnya sampai habis.

"Yaa jika kamu mau mendengarkanku" Anne menjawab singkat sambil menyendokkan sepiring nasi liwet untuk James.

"Bagaimana jika kita belajar untuk saling mendengarkan ?" James memulai pembicaraannya.

"Aku sedang melakukannya"

"Maksudku, aku juga akan melakukannya" James menjawab sebelum memulai ritual makannya.

"Berkomunikasi maksudmu ? Saat yang lain berbicara, kamu harus belajar mendengarkan dan memahaminya. Aku tidak ingin kamu merasa.."

"Aku akan belajar melakukannya. Itu bisa meringankan masalah bukan ? Aku akan berbicara mengenai apa yang tidak nyaman bagiku dan kamu mendengarkan untuk memahaminya, pun aku akan melakukan sebaliknya. Kamu bisa menceritakan hal yang tidak nyaman bagimu dan aku akan mendengarkan. Kita akan mencari jalan keluarnya bersama-sama" James menjawab perkataan Anne dengan jelas. Pria itu menatapnya dengan dalam.

"Well itu terdengar baik untuk kita. Kamu bisa mulai memakan makananmu sebelum dingin Jam !! Ini kali pertama aku memasak makanan ini untukmu"

"Indonesian food ?" James bertanya dan melirik makanan yang tersaji di hadapannya.

"Yaa jika kamu mau mencobanya. Selama ini aku selalu memasakanmu hidangan western karena mom bilang kamu terlalu lama tinggal di Netherlands" Anne menyendokkan cah kangkung buatannya ke piring James.

"Aku tinggal di sana bukan berarti aku melupakan budaya negaraku Anne, mom tidak pernah memasak makanan indonesia sejak Vivian meninggal" James menjawab dengan pelan. Berusaha menekuni kegiatan makannya.

"Vivian adikmu ?"

"Ya, dia adik pertamaku sebelum Vanesha. Rossie pasti sudah menceritakannya padamu. Diantara kami bertiga hanya Vivian yang tumbuh besar di Indonesia. Mom selalu memasakannya makanan indonesia karena memang hanya itu yanh disukainya. Sejak Vivian tidak ada, Mom hanya memasak makanan yang menjadi favorit Dad, atau aku dan Vanesha yang cenderung menyukai western food. Aku tahu itu salah satu bentuk mom menjaga perasaannya" James menjelaskan lagi dengan perlahan.

Membuat Anne tak menyangka bahwa ada luka dalam hati suaminya selama ini. Menggenggam lengan James, Anne tersenyum dan berkata "kepergiannya bukan kesalahanmu Jamie"

"Thanks Anne, tapi sepertinya memang aku yang belum memaafkan diriku sendiri untuk itu" James menjawab sambil tersenyum. Merasa senang jika akhirnya ia bisa berbagi soal apa yang dirasakannya kali ini.

Melanjutkan kegiatan makannya, Anne berkutat dengan pikirannya sendiri terkait perasaannya. Memikirkan alasan perubahan dari sikap James padanya sejak semalam.

Ada rasa takut dan khawatir muncul mengingat kemungkinan-kemungkinan yang aka  terjadi. Mengerutkan wajahnya dan tampak beberapa kali mengaduk-aduk makanannya sendiri membuat James menatap Anne dalam kebingungannya.

"Kamu bisa mengatakan padaku jika ada yang mengganggu fikiranmu Anne"

Anne menoleh mendapati James yang kini menatapnya dalam diam. Pria itu tampak berusaha membaca suasana hati Anne saat ini.

"Aku boleh bertanya padamu ?"

"Jika aku bisa menjawabnya mengapa tidak. Kita akan memulai komunikasi seperti yang sebelumnya kita bicarakan bukan" James menjawab sambil menghabiskan sisa-sisa makanannya.

"Ada apa denganmu ? Kamu berubah sangat cepat James"

Meletakkan sendok dan garpunya di atas piringnya, James mengambil segelas air putih di hadapannya dan meminumnya beberapa teguk sebelum berbicara.

"Kamu tidak menyukai perubahanku ini ? James balik bertanya.

"Bukan begitu. Hanya saja ini terlalu cepat untukku. Kamu terlihat sangat baik saat ini setelah banyak hal yang terjadi"

"Aku tidak memiliki jawaban untuk itu Annelise. Karena aku sungguh tidak tahu. Tapi melihatmu sakit, menangis dan rapuh seperti kemarin karena ulahku, itu membuatku tidak nyaman. Aku merasa seolah-olah aku terluka juga karenanya" James menjawab dengan jujur.

"Kamu pernah berbicara untuk memperbaiki hubungan ini. Mempertahankannya dan mencari tahu serta membuka hati dalam pernikahan ini, aku sedang berusaha untuk itu saat ini. Aku merasa tidak lebih baik saat kamu membicarakan perceraian sebagai pemecahan masalah kita" James berkata lagi.

Anne terdiam mendengarkan ucapan James. Pria ini ingin mengulang kembali dari awal mengenai perjuangannya mempertahankan pernikahan mereka bahkan di saat Anne hampir menyerah.

"Kamu ingin kita memulai kembali dari awal ?" Anne bertanya dengan polosnya.

"Aku ingin menjalankan tugasku menjadi suami yang baik untukmu" James berkata tanpa ragu.

"Jika ini ternyata tidak berhasil dan aku kembali tersakiti ?" Anne menantang dengan perasaan yang juga takut didengarnya. Tapi seorang perempuan butuh kepastian !!

"Kamu boleh meninggalkanku, aku tidak akan memaksamu untuk tetap tinggal jika ini lebih menyakitimu" James menjawab dengan tenang.

"See, we can do this !! Just talk, learn, and solve problem together" Anne berkata pada James sambil tersenyum.

"Yeah, anyway makanan ini enak, aku tidak keberatan jika kamu memasak ini untuk lain waktu" James memuji masakan Anne.

Anne membereskan meja makan saat James kembali dari kamarnya dengan sebuah ponsel di tangannya. Menghampiri Anne dengan kesibukannya sementara Grace tampak membantunya dengan cekatan.

"Bisakah kamu berhenti melakukan ini ? Aku membayar banyak pegawai untuk melakukan kegiatan favoritmu seperti mencuci piring" James datang dengan ocehannya yang membuat Anne tersenyum.

"Jangan berbicara seperti itu, kamu tidak melihat wajah Grace menjadi pucat saat mendengar suaramu, lagipula ini bagian dari profesiku" Anne menjawab setelah mencuci tangannya di wastafel.

"Kamu perlu mempersiapkan diri untuk nanti malam ketimbang sibuk dengan kegiatanmu membersihkan dapur" James berkata lagi dengan pelan.

Membuat Anne bingung dan tampak termenung beberapa saat. Ada rasa cemas dan takut di wajah perempuam itu.

"Nanti malam yang aku maksud adalah menghadiri acara Rossie sahabatmu" James tersenyum menggoda Anne.

"Apa yang kamu fikirkan dengan kepala cantikmu ini Annelise ? Aku tidak akan, ehemm maksudku belum akan meminta hakku sebagai..."

"Stop it !! Aku tidak mau mendengarnya, kamu terdengar seperti pria mesum !!" Anne berbicara sambil menutup telinganya dengan kedua tangannya. Wajahnya sudah merah padam menahan malu.

"Kamu yang memulainya sayang !! Jangan menuduhku" James tertawa lagi sambil menggoda Anne.

"Okey.. jadi kamu ingin aku menemanimu ke salon ? Atau kita perlu ke butik untuk membeli gaun baru ?" James terlihat serius bertanya pada Anne.

Anne hanya kebingungan karena dia benar-benar tidak tahu soal acara yang dibuat oleh Rossie. Perempuan itu tidak mengabari apapun saat kemarin datang berkunjung.

"Kamu bilang Rossie mengadakan acara ? Dia tak memberiku kabar apa-apa" Anne akhirnya menjawab.

"Hahahaha sudah kuduga dia pasti merahasiakannya. Roger membuat acara itu bersama dengan keluarganya sebagai tanda syukur karena kehamilan Rossie" James berkata sambil tertawa.

"Rossie tidak menyukai acara semacam itu jadi jelas dia merahasiakannya" Anne berkomentar.

"Kamu tidak perlu mengantarku ke salon atau ke butik" Anne berkata lagi.

"Kamu meminta Hans yang mengantarmu, no !! tidak aku tidak mengizinkannya" James berdecak malas.

"Bukan, aku memang tidak akan ke salon ataupun butik. Aku tidak terlalu menyukai kegiatan seperti itu. Aku bisa merawat dan merias tubuhku sendiri jika memang ada acara yang perlu aku datangi" Anne menjelaskan.

"Kamu yakin ? Aku bukan pria miskin yang tak sanggup membelikanmu gaun mahal Annelise"

"Hahaha yeah i know !! Tapi sungguh aku bisa melakukannya sendiri. Kamu bisa mengisi waktumu di ruang kerja sementara aku ingin beristirahat sebentar di kamar"

Cup !! Anne berlalu menuju kamarnya setelah mencium hangat bibir James. Meninggalkan James dalam senyumannya dan perasaan yang membuncah luas.

********

Tak membutuhkan waktu lama, Anne selesai merias dirinya di hadapan cermin, mengenakan bathrobenya, Anne melihat James keluar dari walking closetnya dengan kemeja biru mudanya. Pria itu tampak gagah  dan hanya tinggal mengenakan dasi dan jasnya saja.

Ia berjalan mendekati Anne sambil membawa sebuah dasi berwarna navy kesukaannya.

"Bisakah kamu membantuku memakaikan ini ?" James menyodorkan dasinya pada Anne.

Perempuan itu sudah selesai dengan riasannya dan hanya tinggal mengganti pakaiannya saja.

"For the first time, aku harap ini tidak akan menyakitimu" Anne tersenyum sambil menarik simpul pada dasi yang dikenakan James.

"Dimana aku harus menunggumu ?"

"Disini tidak apa-apa, aku akan mengganti pakaianku di ruang walking closet" Anne berjalan menuju walking closet saat sudah menyelesaikan tugasnya memasang dasi untuk James.

Berjalan perlahan menuju lemari gaunnya. Anne melihat dan menilai gaun mana yang cocok dikenakannya malam ini. Tak ingin membuat James terlalu lama menunggu, Anne menjatuhkan pilihannya pada gaun berwarna biru muda. Tampak senada dengan kemeja yang dikenakan James.

Mengenakannya dengan perlahan nyatanya Anne tetap membutuhkan bantuan. Gaun ini memiliki resleting di bagian belakang sehingga Anne mengalami kesulitan untuk mengakses bagian punggungnya dan menarik resletingnya.

Menghampiri James yang baru saja selesai memakai jasnya. Dengan ragu-ragu Anne meminta bantuannya.

"Bisakah ?" Anne berbicara sambil menunjukkan bagian belakang gaunnya kepada James.

Terdengar derap langkah kaki pria itu, Anne menahan nafasnya saat tangan James menyentuh bagian punggungnya untuk menaikkan resletingnya.

"Sejujurnya aku lebih senang saat kamu memintaku untuk melepasnya dibandingkan menutupnya seperti sekarang" James berbisik di telinga Anne dengan pelan.

Membalikan tubuh perempuan itu dan menatapnya dengan dalam.

"You're so beautiful Annelise"

"Thanks" Anne menjawab pelan. Menerima perlakuan James yang istimewa dan mengecupnya dengan dalam.

Sebuah ciuman yang kini mulai bisa dinikmati Anne. James sudah menarik pinggang Anne agar bisa lebih dekat dengannya. Anne mengusap pelan rambut kepala James  dan mengusap rahangnya perlahan. Membuat James kehilangan arah dan justru memperdalam ciumannya.

Drtttttt.... Drrrrrttttt... sebuah getaran di saku celana James berhasil menghentikan kegiatannya dengan Anne. Melihat wajah Anne yang tampak merona dan malu James hanya tersenyum.

"Hans sudah siap mengantar kita. Kamu ingin waktu untuk memperbaiki riasanmu ? lipstikmu jadi rusak karena ulahku" James tersenyum sambil menyapukan ibu jarinya di bibir Anne.

"Five minutes please" Anne mengucapkannya dengan pelan sambil berjalan menuju meja rias. Membuat James tertawa memperhatikan istrinya itu.

Berselang 5 menit, Anne turun dari kamarnya dan menyusul James yang sudah berdiri di depan mansionnya. Pria itu menunggunya di depan pintu mobilnya.

"Hans tidak akan ikut malam ini, jadi aku yang akan menyetir" James berkata sambil membukakan pintu untuk Anne.

Merasa istimewa Anne hanya mengikuti arahan dari James. Sepanjang perjalanan James banyak bercerita soal kantornya dan masa kecil Vanesha. Membuat suasana di dalam mobil tersebut terlihat lebih hidup.

Pun saat mereka tiba di lokasi yang dituju, James dengan manisnya membukakan Anne pintu mobil dan menggenggam tangannya dengan erat memasuki ruangan tempat acara berlangsung.

"Sahabat-sahabat sialanku ada disini Anne, dan pastikan mereka tidak mengotori otak cantikmu dengan bualan mereka hari ini" James berbisik di telinga Anne.

Membuat Anne tersenyum seketika saat mendengarnya. Meski begitu, langkah kaki mereka tetap menuju ke kumpulan para pria yang disebut James sebagai sahabatnya.

Joddy, Nick, Kenneth, dan Roger duduk di sebuah meja besar melingkar yang sepertinya memang sudah disiapkan untuk mereka. Tampak disisi sebalah kanan Roger, Rossie duduk dengan wajah bosannya. Namun ada yang tampak berbeda, di sebelah Kenneth ada seorang perempuan cantik yang sebaya dengan Anne dan Rossie. Duduk diantara kerumunan pria itu dengan wajah ramahnya.

"Akhirnya yang ditunggu datang juga, kufikir kamu akan menghabiskan waktu berlama-lama dengan drama panjangmu itu Jam !!" Nick berucap seraya berdiri. Memeluk James dan Anne bergantian. Hal yang juga dilakukan oleh pria-pria lain di meja itu.

"Anne bahkan tidak tahu Rossie mengadakan acara hari ini" James menjawab sambil melirik ke arah Anne.

Rossie yang mendengar itu lantas berdiri dan memeluk Anne dengan erat.

"Anne tahu bahwa aku tidak menyukai acara semacam ini, oh syukurlah kamu datang Anne, ini semua ulah pria bodoh yang mengaku suamiku itu" Rossie berkata dengan memutar matanya. Tampak lelah dan jengah dengan acara yang diadakan untuknya.

Perkataannya jelas membuat Joddy dan Nick, dua pria paling konyol dalam kelompok itu tertawa.

"Aku turut prihatin pada kehidupan pribadimu Roger !!" Joddy berkata bodoh sambil menepuk bahu Roger.

"You know me so well honey !! Aku hanya ingin berbagi cerita bahagiaku pada semua orang" Roger yang diam sedari tadi akhirnya angkat bicara.

"Tidak usah mendengarkan mereka Anne, oh hey kamu belum mengenal Karen" Rossie berkata sambil tersenyum memandang perempuan yang sejak tadi duduk di sebelah Kenneth.

Perempuan yang dimaksud tersebut lantas berdiri dan mengulurkan tangannya sambil tersenyum ramah. Ia cantik dan tampak sangat ramah. Cukup memahami untuk tahan duduk bersama dengan pria-pria konyol itu dalam waktu yang cukup lama.

"Hai aku Karen, senang bertemu denganmu Annelise" Karen berkata sambil memeluk Anne.

"Just Anne, kamu bisa memanggilku dengan panggilan itu. Terdengar lebih nyaman untukku" Anne menjawab sambil membalasa pelukan hangat Karen.

"Aku berharap Karen bisa menjadi keluargaku segera dan bagian dari kita jika saja sepupuku yang bodoh itu tidak terlambat untuk mengungkapkan perasaannya" Rossie berkata dengan nada sindiran.

Sindiran yang sejak tadi diarahkan kepada Kenneth yang hanya duduk diam menikmati minumannya.

"Fokuslah pada kehamilanmu Rossie, sejak tadi kamu banyak membuang energi hanya untuk celotehanmu itu" Kenneth menjawab sambil mengaduk secangkir kopi di tangannya.

"Aku tidak mampu membayangkan hidup Roger setiap harinya Nick" Joddy berbisik pada Nick namun dengan suara yang cukup keras. Membuat Nick membalasnya dengan ucapan bodohnya yang lain.

"Kamu tidak berniat bertanya bagaimana dia bisa melakukannya ?" Nick meremehkan sambil tertawa.

"Bisakah jika James disini bersama kami Anne ?" Kenneth berkata dengan ramah kepada Anne.

"Oh akhirnya kamu mengatakan itu, jelas aku akan membawa Anne dan Karen ke meja lain karena kami membutuhkan woman time kami" Rossie yang menjawab dengan segera. Bersamaan dengan itu tampak Karen ikut berdiri dan berdiri di sebelah Rossie.

James tampak memandang Anne perlahan.

"Kamu bisa menikmati waktumu bersama Rossie dan Karen, aku akan berada disini dengan mereka. Kabari aku jika kamu sudah selesai atau merasa lelah"  James berkata sambil mencium rambut Anne.

Anne tersenyum untuk menjawab perkataan James. Beberapa orang disana hanya nampak terdiam melihat sesuatu yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Seorang James yang dingin melakukan hal-hal manis kepada wanita.

Menarik lengan Anne, Rossie dan Karen membuat mereka meninggalkan kelompok pria itu dengan segera. Memilih duduk di ujung ruangan yang berdekatan dengan jendela, Rossie tampak duduk di sofa dengan malas dan lelah.

"Kalian akan merasakan ini jika hamil nanti. Belum-belum bayi ini lahir, aku hampir berdebat dengan bayi besar itu setiap harinya, bahkan untuk hal-hal sepele" Rossie berkata sambil meneguk segelas orange jus di tangannya.

"Ini masalah hormonal Rossie, perempuan menjadi lebih sensitif dan pria menjadi lebih overprotective. Terlebih ini hal pertama bagi kamu dan Roger" Karen menjawab sambil tersenyum.

"Oh aku lupa mengatakan pada Anne bahwa Karen adalah seorang dokter. Kamu bisa berkonsultasi dengannya jika berniat merencanakan program kehamilan Anne" jawab Rossie.

Anne yang sejak tadi berusaha menikmati minumannya lantas tersedak tiba-tiba dan melotot tajam ke arah Rossie. Sahabatnya ini benar-benar tidak tahu waktu saat harus membicarakan hal yang bersifar privacy. Bahkan di hadapan orang baru.

"Come on Anne, tidak usah merasa aneh seperti itu. Aku jelas melihat perubahan James padamu hari ini. Dan lagi Karen sudah mengenal pria-pria bodoh dalam kelompok itu sejak mereka kuliah" Rossie menjawab dengan santai.

"Aku mengenal Kenneth sejak kami kuliah bersama Anne. Jadi secara tidak langsung aku mengenal teman-temannya juga. Kami sering bertemu dulu meski berbeda jurusan" Karen menjawab dengan ramah.

"Jika aku hamil sekarang, bagaimana dengan kafe baru kita Ros ? Belum-belum memulainya saja kamu sudah cuti karena hamil. Jelas aku tidak bisa mengandalkan Kean karena dia masih sibuk bolak-balik Penang-Jakarta untuk restonya" Anne berusaha berkilah dengan alasan yang menurutnya cukup logis.

"Yah maybe kamu dan James bisa menyusul tahun depan. Usia kandunganku baru menginjak 4 bulan, Karen bilang sekitar usia 5 bulan kondisiku bisa jauh lebih baik dan normal dibanding sekarang" Rossie menjawab sambil mengelus perutnya.

"Soal kehamilan perlu komunikasi yang intens antara kedua pasangan. Kamu bisa mulai membicarakannya dengan James Anne, aku memang bukan dokter khusus kandungan, tapi jika kamu berminat aku memiliki seorang kerabat dekat yang bekerja dan concern di bagian program kehamilan" Karen berkata sambil menyerahkan sebuah kertas yang sepertinya adalah brosur mengenai program kehamilan dari salah satu rumah sakit.

Meski masih merasa bingung, Anne menerimanya dan memasukkannya segera ke dalam tasnya.

"Aku cukup mengenal James Anne. Sepanjang aku mengenalnya dia memang sangat dingin dalam beberapa hal. Tapi saat melihatnya hari ini denganmu, aku merasa sudah banyak yang jauh berubah" Karen berbicara sambil memegang tangan Anne.

Wajah perempuan itu sangat tulus. Meski baru mengenalnya, Anne tahu bahwa Karen cukup peduli padanya. Atau memang karena profesinya yang menjadikan dia sepeduli ini terhadap sekelilingnya.

"Emm sebenarnya aku dan James masih mencoba untuk saling.."

"Aku tahu Anne, aku melihat itu. Teruslah berjuang untuknya. Kita tidak pernah tahu batas dimana perjuangan kita" Karen menjawab.

"Kamu dan Kenneth ?"

"Aku jauh lebih rumit dari yang kamu fikirkan. Seandainya aku juga mengalami perjodohan singkat sepertimu mungkin aku tidak berada disini hari ini" Karen menjawab sambil tersenyum.

"Tapi setiap perempuan punya cerita. Kita sedang berjuang untuk cerita kita masing-masing. Dan kita selalu berharap semua berakhir indah" Karen menjawab lagi.

Meski Anne tidak tahu sejauh apa dan serumit apa hal yang sedang dihadapi Karen, Anne cukup memahami bahwa perempuan ini juga sedang berusaha mengupayakan hal terbaik untuk hidupnya.

Bertemu dengan Karen dan menutup hari ini, Anne yakin bahwa ceritanya dan James mungkin baru akan dimulai. Soal akhir yang menyenangkan ? Anne kini akan berusaha untuk mewujudkannya.

Continue Reading

You'll Also Like

971 84 9
Winwin menolak keras untuk dijodohkan dengan Taeyong namun melihat papanya yang memohon kepada dirinya membuat Winwin terpaksa menerima perjodohan te...
113K 15.4K 55
Rencana pernikahan yang sudah di depan mata harus pupus karena 'kesalahan' yang sama sekali tidak dia sengaja. Diputuskan sepihak oleh Sena dengan hi...
2.5M 269K 47
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
29.7K 1.2K 28
"Sebelum meninggal, kedua orang tua kalian menuliskan wasiat untuk kalian agar mau menikah. Setidaknya kalian harus menjalankan pernikahan selama dua...