Long Sequence II Yuri X Baekj...

By Taneevnxx

636 74 35

Yuri X Baekjin II Yurijin II JXR Ini adalah malam pertamaku disini. Aku tidak mengharapkan sesuatu yang lebih... More

It Must Have Been The Wind
Love Is a Fragile Dance
Pretending

I Built A Friend

169 19 6
By Taneevnxx

Yuri telah berdiri didepan pintu apartemen itu untuk beberapa saat. Ia berulang kali tersenyum kikuk ketika ada orang-orang yang menatapnya bingung karena tidak melakukan apa-apa disana. Sebenarnya, Yuri juga ragu tentang alasan kedatangannya kekamar tetangganya itu lagi. Namun, hati Yurilah yang menyeretnya sampai ketempat itu. Ia hanya ingin tau, ada apa dengan laki-laki itu semalam. Yuri berdehem kasar guna menghilangkan kegugupannya, ia mengangkat sebelah tangan, hendak mengetuk pintu. Detik itulah, pintu terbuka. Yuri sedikit terhuyung kebalakang. Ia tersenyum canggung kepada laki-laki mungil yang kini justru menatapnya dengan tatapan dingin.

"Wae?" Laki-laki itu menyandarkan tubuhnya didinding dengan tangan bersedekap. Ia mengenakan kaus tanpa lengan yang menunjukan guratan tato disepanjang lengan putihnya. Yuri menelan ludah, ia tak melihat tato itu semalam.

"E-eh, aku hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja"

Laki-laki itu menatap Yuri aneh, ia memperhatikannya dari atas kebawah. Yuri salah tingkah, ia memegang tengkungnya dan memalingkan wajah. Ia baru menyadari bahwa kalimat yang ia ucapkan tadi terdengar ambigu bagi orang yang belum mengenalnya.

" Bukan begitu maksudku. Kau terlihat kacau semalam, aku hanya ingin memastikan"

Laki-laki mungil itu berdecak dan membuang muka, ia mendesis lirih. "Lupakan"

"Maksudmu?"

"Anggap saja kejadian semalam tidak ada, anggap saja kita tak pernah bertemu"

Yuri mengeryitkan dahi dan tersenyum aneh. "Hey, kau sudah berjam jam duduk dikamarku dan menggangguku tidur, dan sekarang kau minta aku melupakannya? Yang benar saja"

Laki laki itu menatap Yuri tajam, wajahnya yang pucat terlihat memerah. "Ya! Apa perlu aku membayarmu karena duduk diapartemenmu semalam? Hey! kalau aku mau aku bisa membeli seluruhnya, kau tau! Dasar namja perhitungan"

Yuri yang diteriaki seperti itu bukannya merasa takut, ia justru kini menutup mulutnya dengan sebelah tangan, menahan tawa karena laki-laki diepannya justru terlihat menggemaskan saat mengoceh seperti itu. Ia memasukan kedua tangannya kesaku dan menatap laki-laki itu dengan tatapan mengejek.

"Jangan marah-marah seperti itu. Memangnya aku takut? Harusnya kau sadar, tubuhmu hanya sependek pundakku. Kau hanya seperti anak kecil yang sedang megomel, tahu?"

Laki laki itu mengepalkan tangannya. Tanpa berkata-kata ia menutup pintu apartemennya dengan keras. Namun, Yuri sigap mencekal tangannya, ia mendekatkan wajahnya pada laki-laki itu dan tersenyum aneh. "Aku pikir kau sudah baik-baik saja. Hidungmu sudah tidak seperti badut lagi sekarang"

Laki-laki itu menghepaskan tangan Yuri kasar, ia membanting pintu apartemennya tepat didepan wajah Yuri. Yuri menyisir rambutnya kebalakang, ia terkikik geli. Ah, sepertinya keputusannya untuk pindah ke apartemen baru adalah pilihan yang tepat. Ia punya hiburan baru sekarang.

                                                                                                               -

Yuri's Apartemen

10.00 KST

Yuri mematut tubuhnya dicermin. Ia tersenyum puas saat menatap tubuh bagian atasnya yang tak tertutup sehelai benangpun. Program work out yang ia tekuni beberapa tahun belakangan berhasil memahat tubuhnya dengan baik. Tidak hanya itu, Yuri juga diberkahi wajah yang sangat tampan. Tatapannya yang melelehkan membuat ia banyak digandrungi banyak wanita selama ini. Yuri juga memiliki tahi lalat yang menambah aksen manis diwajahnya. Ah, Tuhan pasti sedang bahagia saat menciptakan laki-laki itu.

Yuri mengambil kaus hitam yang ia letakan diatas ranjang. Gerakannya terhenti saat handphonenya tiba-tiba berbunyi. Sebuah pesan singkat baru saja masuk. Yuri membacanya, mengabaikan kaus hitamnya yang kembali teronggok diatas kasur.

'Hari ini kau tak perlu datang. Pekerjaanmu ditunda sampai besok, ada sedikit masalah di lokasi'

Yuri tersenyum kecil. Sepertinya, ia bisa bersantai hari ini. Yuri menghempaskan tubuhnya diatas ranjang dan memejamkan mata. Namun, ia merasa terganggu ketika sebuah makhluk kecil berbulu naik keatas tubuhnya. Ah, Yuri tau apa itu. Yuri membuka matanya, ia melihat kucing berbulu abu abu yang kini berbaring diatas tubuhnya. Itu lyolik. Kucing peliharaannya yang sangat menggemaskan. Yuri tersenyum kecil, ia kembali memejamkan matanya dan perlahan jatuh tertidur.

                                                                                                          -

Yuri terbangun ketika lyolik menggaruk hidungnya berulang kali dan mengeong ribut. Yuri mendudukan dirinya, ia mengelus kucing itu lembut. Ah, sepertinya little lyolik sedang lapar. Yuri beranjak dari ranjang lalu menuangkan sereal kucing dimangkuk dan meletakannya di sudut kamar. Lyolik berlari antusias, ia kini sibuk memakan makanannya dengan lahap, tidak peduli bahkan ketika Yuri berulang kali memanggilnya. Yuri memegang perutnya yang tiba tiba berbunyi, ia juga butuh makan. Yuri segera berganti baju. Ia mengenkan kaus putih lengan pendek dan celana denim hitam. Meskipun ia hanya menggunakan pakaian sederhana, namun ketampanannya bahkan tak berkurang sedikitpun. Yuri mengelus lyolik, berkata singkat bahwa ia akan pergi. Tapi lyolik tidak peduli, ia bahkan tak menoleh ketika Yuri menghilang dibalik pintu apartemennya. Yah, Yuri jadi berpikir kenapa ia memelihara kucing tak tau diri seperti itu. Ia kini berharap lyolik tiba-tiba tersedak.

In the Street

15.00 KST

Yuri sudah selesai makan, moodnya semakin membaik sore itu. Laki-laki itu kini berjalan menuju halte bus sembari sesekali menyedot bubble tea yang ia pegang. Tiba-tiba langkahnya terhenti ketika menangkap seorang laki laki pendek yang terlihat didalam toko penyewaan CD game. Yuri tersenyum aneh. Tanpa berpikir panjang, ia masuk kedalam toko tersebut. Yuri berjalan kebalik rak, ia menguping pembicaraan si laki-laki pendek dengan pegawai toko. Senyumnya semakin mengembang ketika mendengar nama subuah game dan letak raknya dari si pegawai. Ia punya ide bagus. Yuri bergegas menuju rak yang dimaksud dan dengan cepat mengambil sebuah CD. Tepat ketika ia membalikan badan, laki-laki pendek yang ia lihat tadi berdiri didepannya dan menatapnya dingin. Laki-laki itu membuang muka dan berjalan melewati Yuri tanpa bicara. Namun langkahnya terhenti ketika melihat sebuah CD game ditangan Yuri.

"Ya! Berikan CD itu, aku yang akan menyewanya lebih dulu." Laki-laki itu berbicara ketus. Ia mendongak dan menatap Yuri galak.

Yuri mengeryitkan dahi, membalas tatapan laki-laki itu dengan tatapan meremehkan.

"Aku yang mengambilnya duluan. CD ini miliku." Yuri melenggang meninggalkan laki-laki itu, namun tangannya tiba-tiba dicengkram erat.

"Dasar pengecut! Berikan CD itu"

Yuri membalikan badan, ia berjalan mendekati laki-laki itu, membuatnya tersudut dan menabrak salah satu rak CD.

"Kau mau CD ini?"

Laki-laki itu tak menjawab. Ia memalingkan wajahnya dan mendesis kesal

"Akan kuberikan, tapi kau harus memenuhi persyaratanku, bagaimana?" Yuri berjalan mundur, mengambil jarak. Senyumnya semakin mengembang ketika melihat laki-laki itu terlihat semakin marah.

"Apa?"

Yuri berpikir sejenak, ia menyeringai dan menyimpan kedua tangannya kedalam saku.

"Battle game. yang menang akan menyewa CD itu lebih dulu. Bagaimana?"

Laki-laki itu menghela nafas kasar, ia mendorong pundak Yuri dan berjalan pergi.

"Ambil saja. Aku tidak membutuhkannya"

Yuri membalik badan, ia berkata meremehkan. "Kau takut?"

Langkahnya terhenti. "Maksudku, kau takut aku mengalahkanmu?" Laki-laki itu berbalik dan berjalan cepat mendekati Yuri. Ia berkata tajam. "Datang keapartemenku sore ini. Kau akan kalah"

Laki-laki itu berjalan pergi. Senyuman Yuri berubah hangat ketika memandang pundak laki-laki itu yang berjalan menjauh. Jin-ah, sesulit inikah?

-

In the Apartemen

16.00 KST

Laki-laki pendek itu tak henti memakinya sedari tadi. Berulang kali Yuri mengalahkannya dalam setiap ronde. Ia hanya tersenyum tipis mendengar semua itu. Yuri bahkan tak perlu berusaha keras untuk mengalahkannya. Laki-laki itu terlalu payah walau hanya untuk bertahan lebih lama. Tak lama, laki-laki itu melemparkan joysticknya keatas sofa dan menatap Yuri marah.

"Pergi dari apartemenku, sombong! Bawa sekalian CD game itu. Aku tidak membutuhkannya lagi"

Yuri beranjak dari sofa, ia terseyum lembut menatap laki-laki itu. "Jangan marah seperti itu. Aku gemas melihatnya"

"PERGI BODOH!" Laki-laki itu melempar Yuri dengan bantal sofa. Yuri berusaha menghindar, ia terkiki geli. "Baik, baik. Aku pergi dulu ya, jangan marah lagi, oke"

Yuri berjalan keluar, ia dapat mendengar laki-laki itu terus memakinya. Saat pintu tertutup, Yuri menghela nafas. Sejujurnya, ia tak tau apakah semua ini benar. Satu hal yang ia paham sepenuhnya. Yuri hanya ingin dekat. Salahkah?

Hongdae Street

20.00 KST

Yuri kini berjalan diantara ramainya orang-orang dijalanan Hongdae. Sebenarnya tadi, Yuri tanpa sengaja melihat tetangga pendeknya itu keluar dan pergi dari apartemen. Saat itulah, pikirannya menarik Yuri untuk mengikutinya dan akhirnya membawa Yuri sampai ditempat ini. Sedangkan kini, laki-laki itu sibuk merutuki kekonyolannya. Ia berjalan tak tentu arah, ragu ragu mendekati salah satu kerumunan. Tetangga pendeknya itu ada ditengah sana. Ia tampak berbeda dengan headband hitam dan jaket sewarna yang ia pakai. 

Laki-laki pendek itu tersenyum cerah, ia menari percaya diri ditengah kerumunan. Yuri yang berdiri dibelakang, tak mampu menahan senyum. Tarian laki-laki pendek itu terlalu luar biasa, jauh berkembang sejak kali pertama Yuri melihatnya. Gerakan-gerakan sulit yang ia lakukan tak sekalipun gagal mengundang sorakan bersemangat dari orang-orang yang menontonnya. Tiba-tiba tatapan mereka bertemu, senyum cerah laki-laki itu seketika lenyap. Ia bahkan setengah hati melanjutkan tariannya. Ah, sepertinya Yuri lebih baik pergi dari tempat itu, atau jika tidak, ia harus siap dimaki laki-laki itu untuk kesekian kalinya. Yuri begidik ngeri, ia memilih segera pergi. 

Hongdae Street

23.00 KST

"Kopi?" Yuri menyodorkan segelas kopi yang masih mengepul kepada tetangga mungilnya yang kini tengah menyeka keringat sembari duduk diatas trotoar. Laki-laki itu mengabaikan Yuri, pura-pura tidak mendengar. Namun, Yuri justru kini duduk disebelah laki-laki itu,ia menyesap kopi miliknya dan memperhatikan jalanan Hongdae yang perlahan sepi.

"Jadi namamu Baekjin ya? Aku dengar orang orang meneriakan namamu tadi." Yuri menatap laki-laki itu. Ia sama sekali tak merespon dan justru sibuk mengikat tali sepatunya. Laki-laki itu berdiri. Ia pergi meninggalkannya tanpa sepatah katapun. Yuri bergegas mengikutinya dan berusaha menyamakan langkah, urusan mereka belun selesai.

"Aku tau kau kesal padaku, aku tau kau marah. Aku hanya ingin minta maaf"

Laki-laki itu mempercepat langkahnya. Sebenarnya itu bukan masalah besar bagi Yuri, ia dapat dengan mudah menyamakan langkah dengan kaki-kakinya yang panjang. Namun, Yuri tak ingin menjelaskannya seperti ini. Laki-laki itu harus mendengarkan perkataannya dengan baik, dan bukan justru setengah berlari seperti ini. Yuri tak tahan, ia mencekal sebelah tangannya dan menaikan nada bicaramya. "Berhentilah sebentar, dengarkan aku dulu."

Laki-laki itu tak melawan Yuri, namun ia juga enggan menatapnya. "Aku salah, aku sadar telah membuatmu marah berkali-kali. Aku minta maaf atas semua itu, aku tak akan melakukannya lagi"

Laki-laki itu tak merespon. Ia justru sibuk memperhatikan ujung sepatunya yang terlihat baik-baik saja. "Sebenarnya aku ingin berteman denganmu, tidah boleh ya?" ujar Yuri lirih.

"Terserah." Baekjin bergumam kecil. Yuri yang tak begitu mendengarnya mengeryitkan dahi.

"Kau bilang apa?"

"Akubilangakumintanmaafkarenaseringmemakimu" Baekjin menyambung kalimatnya cepat. Yuri seketika tersenyum cerah, walaupun tidak jelas, tapi Yuri tahu apa yang Baekjin katakan. Laki laki itu menatap Baekjin dengan tatapan menggoda, ia kembali bertanya seolah olah tidak mendengarnya. "Kau bilang apa tadi?"

"Aish, lupakan." Baekjin mencebik kesal. Ia melepaskan cengkraman Yuri dan melangkah meninggalkannya. "Hey, tunggu aku"

Yuri dan Baekjin berjalan bersisihan. Yuri menatap Baekjin dengan senyum cerah.

"Ngomong-ngomong tarianmu tadi keren" Baekjin tidak merespon ucapannya. Namun Yuri dapat melihat laki-laki itu tersenyum malu-malu.

"Ah, satu lagi!" Kali ini Baekjin menoleh kearah Yuri, ia menunggu apa yang akan Yuri katakan.

"Kau harus sering tersenyum Jin-ah. Kau manis saat tersenyum"

Baekjin terdiam sesaat, wajahnya yang pucat terlihat memerah. Laki-laki itu lalu berteriak kesal dan berjalan mendahului Yuri.

"DASAR BODOH! AKU TAK AKAN MEMAAFKANMU!"

Yuri tertawa kecil. Ternyata, pilihannya untuk datang ketempat itu bukan hal buruk. Ia justru sangat senang malam ini. Entah kenapa.

                                                                                                             -


Catatan tanggal 19 September 2019

Aku tidak menyangka akan secepat ini. Sejujurnya aku sangat senang, namun aku khawatir akan melewati batas dan menyakitimu. Jin-ah, menjadi temanmu bukanlah keinginan besarku, namun sementara ini, itulah yang terbaik untuk kulakukan. Satu lagi, kau harus sering tersenyum , karena aku menyukainya. Kalaupun sulit, aku akan selalu berusaha menjadi sebabmu untuk terus melakukannya. Beristirahatlah.

-Pyr

To Be Continue

Akhirnya teman-teman telah sampai di akhir part ini. Gimana,gimana, mualkah? panaskah? Demamkah? Masih sanggup bernafas yeorobun? Walaupun begitu, jan lupa vote dan komen kenistaan ini supaya kehaluan bersama kita terus berlanjut. SETUJU!?

Ngumung-ngumung, Moment Yurijin apa lagi nih yang harus kita halukan bersama. Tell me kuy. Luv-

@_bananaitupisang (ig)

Continue Reading

You'll Also Like

98.5K 16.8K 25
Kecelakaan pesawat membuat Jennie dan Lisa harus bertahan hidup di hutan antah berantah dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya berpikir, merek...
102K 18K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
74.5K 7.2K 20
Romance story๐Ÿค Ada moment ada cerita GxG
240K 36K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...