Gift Love (COMPLETE)

By Ahsheina

390K 17.3K 308

mencintai atau dicintai ? mana yang akan jadi pilihan paling tepat dalam hidup ? jika mencintai adalah sebuah... More

Medium or Well Done ?
Salt Service
Smoke Phobia
New Journey
Wifey Moon ?
Emotional Taste
Dark Story
I Dont Care !!
The Legend of Kastangel
Come and Back
Heart and Flower
Little Jamie ?
I Love You More, Husband
Sharing to Caring
Bad Dream
Different !!
It's True !!
Okey, Fighting !!
Design Your Fate
leave !!
Find You
Dad's Plann
Lembang In Love
Problem its Clear ?
Everythings Will Be Ok
Home Sweet Home
New Member
Ice Man Come Back !!!
Twinnies
Tell Me
Wedding KK
Holiday
Little Gift
Hello World
Triplet ? (ENDING)
More Info

Hurt

9K 496 14
By Ahsheina

James duduk di ruang tamu menunggu Ms. Sophia keluar dari kamarnya. Ia adalah dokter yang sudah sangat lama bekerja pada keluarga James.

Kejadian hari ini seperti berlalu dengan cepat. James yang marah, membalas perlakuan Anne, bertengkar dengan Kean, dan Anne yang tampak kesakitan seolah membuat kepala James ingin pecah.

Meninggalkan pesta tiba-tiba dan meninggalkan pesan melalui Vanesha bahwa ia membawa pulang Anne lebih awal karena sakit membuat sebagian kerabat dan sahabatnya bertanya-tanya. Tak sempat memberitahu Kenneth dan meminta bantuan sahabatnya itu terkait kondisi Anne, mengharuskan James mau tidak mau memanggil Ms. Sophia hari ini.

Sekitar 20 menit menunggu, Ms. Sophia keluar bersama dengan Grace yang tampak membantunya membawa tasnya. Menghampiri James yang sedang duduk menikmati kopinya, Ms. Sophia langsung menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada James.

"Ia terserang gejala tifus. Suhu tubuhnya sangat tinggi. Rasa mual dan tekanan darahnya sangat rendah. Sepertinya istrimu beberapa kali melewatkan jam makannya James"

James terkesiap mendengarnya. Rasanya ia begitu bodoh karena tidak bisa menjaga perempuan itu.

"Aku pikir, saat kamu memanggilku, aku akan mendapati kabar bahagia soal penerus keluarga Kyle. Kedua orang tuamu sering menanyakan padaku soal program memiliki anak" Ms. Sophia berkata lagi.

Anak ? Hal yang bahkan hingga saat ini belum terfikirkan oleh James. Jangankan menyentuh Anne, berbicara dengan perempuan itu tanpa berakhir dengan perdebatan saja terasa sulit bagi James.

"Apa kita perlu memberikan perawatan di rumah sakit ?" James bertanya khawatir.

"Aku memberinya inject hari ini dan beberapa obat untuk meredakan suhu panas dan rasa mualnya. Kita akan melihat perkembangannya dalam 3 hari kedepan. Jika memang tidak ada perubahan yang signifikan, kamu harus segera membawanya ke rumah sakit" Ms. Sophia menjelaskan sambil tersenyum.

"Kamu tidak perlu khawatir. Aku melihat dia perempuan yang cukup kuat. Tapi sekuat-kuatnya seorang perempuan ia tak akan mampu menyembunyikannya kesedihannya lebih lama. Aku melihat itu di wajah Anne"

"Jaga dia dengan baik, keluargamu terlihat sangat menyayanginya Jamie" Ms. Sophia berlalu sambil menepuk ringan bahu James.

Grace tampak siap mengantarnya hingga ke depan mansion. Membuat James berfikir, mungkinkah ada hal yang disembunyikan Anne selama ini darinya ?.

Perempuan itu sedang sakit, tak ingin bergumul dengan pemikiran bodohnya, James mencoba berjalan ke dapur dan menyiapkan makanan untuk Anne. Perempuan itu bahkan tak menghabiskan lasagnanya di pesta tadi.

Ada semangkun cream soup yang dibuat oleh Grace. Cukup sehat dan ringan untuk dikonsumsi oleh Anne. Berharap perempuan itu tak memuntahkan lagi makanannya, James berjalan menuju kamarnya sambil membawa semangkuk soup tersebut dan buah-buahan ringan yang sudah dipotong.

Membuka pintu perlahan, pemandangan pucat di wajah Anne menjadi gambaran pertama yang dilihatnya. Perempuan itu tidak tertidur atau beristirahat layaknya orang sakit, ia justru kelihatan sibuk menyalakan tabnya dan mengerjakan sesuatu disana, tanpa menyadari kedatangan James.

Tak ingin berkata lebih jauh, James mengambil paksa dan tiba-tiba tab yang sedang digunakan oleh Anne setelah menyimpan makanannya di sebelah ranjang.

"Kamu sedang sakit dan masih ingin bekerja ?" James mengetatkan rahangnya. Tampak menahan amarah namun gagal karena nada suaranya terdengar semakin meninggi.

"Aku perlu menghandle beberapa pekerjaan untuk esok hari Jamie" Anne mengeluarkan suaranya pelan.

Menyimpan tabnya di laci sebelah ranjang, James mendudukan dirinya berhadapan dengan Anne. Perempuan itu tampak lebih tirus dibanding beberapa saat lalu mereka bertemu.

"Aku tak bisa mengalihkan pekerjaanku pada Rossie karena suaminya baru saja memberitahu bahwa Rossie hamil dan mengalami morning sickness yang cukup parah dan aku tidak memiliki cukup alasan untuk meminta bantuan Kean setelah suamiku memarahinya tanpa alasan di pesta tadi"

"Kamu ingin berdebat Annelise ?"

Anne hanya diam. Tak ingin mengeluarkan energi lebih banyak lagi untuk berdebat karena kepalanya mulai berdenyut nyeri.

"Dengar, aku bisa memberikan nafkah padamu melebihi hasil pekerjaanmu saat ini Anne. Kamu tidak perlu menyibukkan diri dengan pekerjaanmu itu bahkan disaat kamu sedang tidak baik-baik saja"

"Aku tidak hanya bekerja untuk mendapatkan uang Jamie !! Aku mencintai pekerjaanku dan sejak awal kita .. aw" Anne memegang kepalanya karena saat ini semakin berdenyut nyeri.

"See ? Bisakah kita tidak berdebat saat ini. Jujur saja aku lebih senang bertengkar denganmu disaat kamu terlihat sehat" James menarik bantal ke bagian belakang ranjang agar Anne dapat bersandar dengan nyaman.

Meski masih terlihat marah, Anne menuruti tindakan yang dilakukan oleh James. Mengambil semangkuk soup yang dibawanya tadi, dan membawanya ke hadapan Anne.

"Kamu perlu makan !!" James berbicara dengan nada perintah penuh otoritas.

"Aku tidak lapar"

"Jangan memaksaku menutup restomu hanya untuk melihatmu bisa makan tanpa paksaan Anne !!" James mengancam.

"Aku akan memuntahkannya setelah makan. Itu membuat lambungku lebih sakit" Anne menjawab pelan.

James diam. Memaksa beradu argumen dengan Anne saat ini bukanlah saat yang tepat, tapi perempuan ini perlu mengisi perutnya dengan sedikit ancaman.

"Oke aku akan makan setelah kamu mengembalikan tabku" Anne bernegosiasi.

"Kamu akan mendapatkannya setelah kamu selesai makan" James berdiri dan lantas pergi keluar kamar sambil membawa tab milik Anne. Memaksa perempuan itu setidaknya untuk makan agar perutnya tidak kosong.

Meninggalkan Anne sejenak untuk menghindari pertengkaran, James mengerjakan tugas kantornya selama hampir setengah jam. Meminta Grace memantau keadaan Anne di kamarnya dan memberitahukan perkembangan soal perempuan itu.

"Bagaimana keadaannya ?" James bertanya pada Grace saat mereka berpapasan di depan pintu kamar. Nampak Grace membawa nampan berisi sisa makanan yang sebelumnya James bawa.

"Nyonya berusaha menghabiskan soupnya tapi muntah kembali setelah itu. Saya sudah meminumkan obat yang tadi diberikan dokter Sophie tuan" Grace menjelaskan dengan pelan. Membuat James menggelengkan kepalanya dan langsung pergi berlalu meninggalkan Grace.

Menyusul masuk ke dalam kamarnya, James mendapati Anne tertidur dengan lelap. Wajahnya tampak sembab dan kelelahan. Mengambil selimut di dalam lemari James menyelimuti tubuh perempuan itu dan mengecek suhu tubuhnya dengan memegang dahinya.

"Benar-benar keras kepala !!!"

**********

Tertidur di kamar tamu membuat James jadi lupa waktu. Melihat ponsel di nakas, mata James mengerjap perlahan saat waktu menujukkan pukul 7 pagi. Ia bangun lebih siang dari biasanya.

Berjalan menuju kamarnya, James membuka pintu dengan perlahan berharap decit pintu tidak akan membuat Anne terbangun dari tidurnya. Tapi dugaannya keliru, perempuan itu tidak ada di kamar seperti pemikirannya.

Berjalan menuju kamar mandi dan walking closet, James tak menemukan Anne disana. Berjalan keluar dari kamar dengan tergesa James mencati Grace di dapur.

"dimana Anne ?" James bertanya tanpa basi-basi. Membuat Grace mengehentikan sejenak pekerjaannya dan menghampiri James.

"Maaf tuan nyonya sudah pergi ke resto bersama dengan Hans" jawaban Grace benar-benar membuat amarahnya memuncak. Menggelengkan kepala sambil berdecak sebal, James mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Hans dengan segera.

"Kirimkan aku jadwal kegiatan Annelise hari ini" perkataan singkat James seolah menjadi perintah telak untuk James. 5 menit setelah itu ponselnya berdering dan memperlihatkan pesan mengenai agenda yang akan dilakukan oleh Anne.

Reymond Publishing, jam 3 sore. James mengulang-ulang kalimat itu di kepalanya. Perempuan keras kepala ini harus diberikan sesuatu agar mau tunduk dan beristirahat sejenak dari pekerjaannya.

*********

Acara launching bakery and pastry kafe Anne berjalan dengan lancar. Opening di hari pertama benar-benar membuat kewalahan. Hampir semua hidangan yang masuk ke kafe hari ini habis diburu para pecinta kuliner. Selain karena rasanya memang enak, nama Anne dan Rossie memang tampak menjual di kalangan masyarakat sebagai chef perempuan yang cukup berpengaruh.

Opening memang hampir sudah selesai, tapi respon dari beberapa orang rasanya belum juga usai. Bersama Jenny, asisten pribadinya, Anne terpaksa hari ini turun sendiri ke lapangan untuk memenuhi 500 permintaan pesanan dari sebuah perusahaan yang meminta menu baru dari kafenya sebagai hidangan yang disajikan dalam snack time meeting perusahaan.

Berdiri di dekat pantry perusahaan tersebut Anne memastikan karyawannya melakukan tugasnya menghidangkan pesanannya dengan baik. Jenny yang mengamati perubahan wajah Anne yang tampak kelelahan langsung menghampirinya.

"Ibu bisa istirahat dulu sejenak bu, biar saya handle beberapa pekerja disini" Jenny menawarkan bantuan.

"Saya belum tenang jika makanan ini belum sampai ke tangan pelanggan kita dengan baik Jen"

"Tapi wajah ibu tampak pucat dan lelah, lagipula ibu juga melewatkan jam makan siang tadi saat kita opening di kafe" Jenny bersikeras karena tidak tega melihat wajah lelah Anne.

"Kamu yakin bisa menghandle ini ? Ah.. aku merindukan Rossie saat-saat seperti ini" Anne mengeluhkan kerinduannya pada sahabat dekatnya.

"kalau sama pak Kean ibu gak rindu ?"

Pertanyaan itu sontak membuat mata Anne mendelik. Asistennya ini benar-benar tidak tahu situasi saat bercanda. Sebelum emosi Anne naik ke ubun-ubun, Jenny tampak pandai membaca situasi.

"Kalau begitu saya permisi bu, Ibu bisa menunggu di pantry ini sampai kami selesai menghidangkan makanan" Jenny tersenyum sambil berlalu pergi.

Terduduk di sofa yang ada di ujung pantry, Anne mendesah dengan lega dan menarik nafas panjang. Tangannya memijit keningnya seolah itu dapat meringankan sakit kepala yang saat ini menyerangnya.

Berselang 15 menit. Seorang pekerja bernama Edward datang menemuinya.

"Permisi bu, salah seorang petinggi perusahaan ini komplain soal makanan kita" Edward berkata dengan panik.

Anne mengerjap, hal yang sangat jarang terjadi. Melirik arloji di tangannya, Anne memandang Edward dengan heran.

"Masih 20 menit lebih awal untuk makanan dihidangkan Ed, bagaimana bisa sudah ada yang komplain soal makanan ?"

"Maaf bu, sebelum makanan di hidangkan, petinggi perusahaan ini mencicipi dahulu beberapa makanan dan komplain jika ini disajikan untuk snack time meeting nanti"

"Apa yang dikeluhkah ? Dimana Jenny ?" Anne bertanya dengan nada cukup kesal. Baru saja asistennya itu berjanji akan menghandle pekerjaannya dengan baik.

"Jenny sedang menarik beberapa croissant yang dihidangkan dan menggantinya dengan yang baru dari kafe. Yang baru sedang dikirim dari kafe sekarang bu. Mereka mengeluhkan croissantnya sudah tidak hangat lagi" Edward berkata lagi.

"Tidak hangat ? Oh god aku berani bertaruh rasa croissant kita masih jauh lebih enak. Bagian EO mereka tidak menyediakan penghangat makanan seperti yang kita bahas di awal pemesanan, lalu bagaimana bisa mereka mengeluhkan itu ?" Anne memegang kepalanya kesal.

"Jenny sedang berusaha mengirim oven kita dari kafe kesini bu, mungkin 5 menit lagi sampai karena saya cek driver kita sudah dalam perjalanan" jawaban Edward seolah menjadi penolong dalam kegelapan.

"Tapi petinggi perusahaan ini ingin bicara dengan ibu" perkataan Edward lainnya seperti menguji nyali.

"Dimana aku harus menemuinya ?" Anne bertanya dengan nada lelah.

"Lantai 5 ruang 512" Edward berkata lagi.

Tak ingin mengulur waktu, Anne bersiap menuju lantai 5 ruangan yang dimaksud Edward. Mengabaikan rasa pusing di kepalanya dan berniat memecahkan masalah ini segera.

Berdiri di hadapan ruangan bertuliskan angka 512, Anne mengerem langkahnya saat mendengar beberapa suara dari dalam ruangan tersebut.

"Benar-benar keterlaluan. Atau kekanakan lebih tepatnya ?" Suara pria di seberang sana seolah menyindir.

"Aku tak pernah menerima kondisi makanan jika bukan yang terbaik" angkuh. Suara pria yang menjawab itu seolah menjadi jawaban bagi Anne bahwa dialah yang komplain soal makanannya hari ini.

Tak sabar mengetuk pintu, Anne masuk setelah mengucapkan kata permisi. Menatap 5 pria yang ada dalam ruangan tersebut. 3 pria yang justru dikenalnya. Jody, Nick, dan seorang pria yang berdiri sambil memegang piring kecil berisi croissant buatan kafenya, suaminya James.

Berusaha bersikap profesional dalam pekerjaannya, Anne melangkahkan diri diantara kerumunan pria itu.

"Maaf, tadi pegawai saya mengatakan ada yang ingin bertemu dengan saya terkait makanan dari kafe kami" Anne memulai perkataannya.

James tampak tersenyum ringan seolah berhasil menangkap point kemenangan.

"Kamu bisa duduk terlebih dahulu Anne" Nick mempersilahkan sebuah kursi untuk Anne duduki.

"Kami baru saja menyelesaikan meeting dengan Reymond, dia salah satu teman baik kami di bidang percetakan dan publishing soal media berita, kami tidak tahu jika kamu yang mengisi bagian menu untuk snack time kantor ini" Joddy berusaha menjelaskan sesantai mungkin. James ? Berdiri dan menyandarkan dirinya di sudut meja dengan tatapan datarnya.

"It's okay Joddy, tak masalah. Aku tidak tahu bahwa kalian yang memegang meeting hari ini" Anne berbicara kepada Joddy sambil tersenyum.

Pria bernama Reymond ini kemudian menatap Anne dengan serius.

"Sebenarnya hidanganmu tak masalah Anne, EO kami baru saja memberitahukan bahwa..."

"Tetap tidak bisa seperti itu Rey !! apapun yang ada di atas meja dan siap dihidangkan akan menjadi tanggung jawab chefnya" James memotong perkataan Reymond.

Nick tampak memutar bola matanya jengah. Seperti sudah tahu arah pembicaraan James akan kemana.

"Croissant ini dari kafemu ? Tim kerjamu rasanya belum cukup professional sampai bisa menyajikan croissant ini dalam keadaan dingin" James berkomentar pedas.

"Rasanya masih cukup oke Anne, kami.."

"Kita bisa memesan dari toko roti lain yang bahkan menyajikan makanan dalam keadaan panas" James menyela lagi perkataan Joddy.

Anne terdiam.

"Snack time akan dimulai 10 menit lagi dan aku tidak ingin para pegawai disini mendapatkan makanan yang tidak sesuai standar kita selama ini" lagi, perkataan James benar-benar pedas.

"Sejak awal EO kami memang sudah memberitahukan bahwa tidak ada alat pemanas makanan yang disediakan" Reymond membela Anne dengan ucapannya.

"Tidak apa-apa tuan Reymond, saya faham betul soal kualitas makanan terbaik yang menjadi standar petinggi disini, maafkan saya. Saya akan menghangatkan semua hidangan sebelum disajikan, tim saya membawa alat pemanas dari kafe kami. Kalau begitu saya permisi" Anne menjawab tanpa ekspresi. Meninggalkan keterpakuan pada wajah Reymond, Joddy, dan Nick.

James diam saja melihat kepergian Anne. Perempuan itu terlihat menahan amarahnya dan berusaha bersikap profesional dengan meredam segala kekacauan yang dibuat oleh James.

Menoleh ke arah James yang tampak belum bergeming, Nick menyenggol pinggang laki-laki tersebut.

"Kamu benar-benar suami yang buruk Jam" Nick berkata frontal.

"Jadi, Anne adalah istrimu ?" Reymond yang memang tidak hadir saat resepsi pernikahan James tampak kaget. Tak menyangka jika ada unsur pribadi dalam kejadian hari ini.

"Kamu fikir dia akan melakukan hal konyol hanya untuk mengomentari suhu sebuah makanan ketimbang hasil meeting bernilai 3 juta dollar hari ini ? Perempuan tadi pasti memiliki nilai besar untuknya Rey" Joddy mengeluarkan fakta menarik.

"Pantas Kenneth mengatakan bahwa otakmu itu benar-benar keras Jam" Nick berkomentar lagi.

Semenit, dua menit, hingga 15 menit berlalu James bergegas keluar dari ruangan tersebut kemudian menuju tempat snack time yang diadakan di kantor Reymond. Menatap sekeliling pegawai yang tampak menikmati makanan disana, James tak melihat tanda-tanda Anne berada di sana.

Berjalan menuju pantry kantor seperti dugaannya. Ia melihat Anne tampak sibuk mengeluarkan beberapa croissant dari oven. Meminta bantuan dari Jenny asistennya Anna nampak mengusap peluh yang ada di dahinya.

Jenny tampak sibuk membantu di bagian plating, meninggalkan Anne sendiri mengerjakan sisa-sisa tugasnya. Memasukkan kembali croissant-croissant tersebut ke dalam oven, memastikan suhunya cukup hangat untuk sampai ke tangan konsumen, serta meletakkannya dalam baki besar yang akan dibawa Edward, Anne tampak sangat kelelahan.

Mengerjapkan matanya berkali-kali Anne mencoba fokus pada tugas akhirnya. Hingga semua croissant selesai dipanaskan, Anne tampak kelimpungan. Mematikan oven, menarik nafas panjang, nyatanya tidak membuat keadaannya lebih baik.

Tampak limbung, Anne tak kuat lagi berdiri dan hampir saja terjatuh jika tidak ada sebuah tangan kekar yang menangkapnya. James.

"Ini akibatnya jika seorang istri tak mau mendengarkan suaminya" James berusaha menarik Anne lebih dekat.

"Perempuan keras kepala !!" James mengerutuk dengan wajah kesal bercampur cemas.

"Aku mendengarkanmu ! Melakukan apa yang kamu mau soal memanaskan makanan" Anne menjawab ketus.

Tak mau lagi kalah dengan ucapan James. Saat ini tidak teman-teman James atau para pekerjanya, jadi jika mau berperang saat ini silahkan saja.

"Lepaskan aku sebelum aku muntah di dekatmu" Anne mendorong tubuh James menjauhinya dan berlari menuju toilet.

Tak tahan dengan rasa mualnya, Anne memuntahkan isi perutnya yang bahkan belum terisi apa-apa. Oh God, keringat dingin mulai membasahi dahi dan pelipis matanya. Mual dan rasa pusing yang menyeruak ini benar-benar membuatnya kesal.

Kembali ke bagian pantry perusahaan setelah membersihkan dirinya, Anne berharap James tetap ada disana. Tapi nyatanya tidak. Pria menyebalkan itu tampaknya sudah pergi dari pantry untuk menghindari pertarungan mereka hari ini.

Berjalan melewati area snack time tanpa sengaja Anne melihat James tengah berdiri dan mengobrol dengan seorang wanita. Tampak familiar. Mendekat beberapa langkah, Anne memastikan matanya masih cukup baik mengenali objek di hadapannya.

Hellena, yaa perempuan itu Hellena si penakluk hati James. Entah kenapa Anne merasakan pilu saat memikirkan itu. Berharap bahwa pria itu akan tetap bertahan di pantry menunggunya ternyata salah besar. Jangan terlalu berbesar hati Annelise !. James mungkin memang tak menganggap keberadaan Anne saat ini.

Oh jelas sama seperti kejadian semalam tadi. Hellena datang, dan James akan tampak seperti pria manis yang tertawa bahagia.

Tak ingin berlama-lama menyaksikan kejadian itu, dan lagi pekerjaannya memang sudah selesai, Anne memutuskan untuk kembali pulang. Langkah kakinya yang terburu-buru memasuki lift sayangnya tertangkap basah oleh James membuat pria itu dengan tergesa menyusulnya.

Tak ingin membuang air mata dan kekesalannya saat ini di hadapan James, Anne menekan tombol lift dengan segera. Memisahkannya dengan James dalam sekejap yang sekarang mengejarnya.

Tiba di lantai dasar dan lobby perusahaan, Anne melihat Hans tampak berdiri menunggunya. Benar-benar penjaganya yang siaga. Mendekati Hans dan tergesa memasuki mobilnya, lengan Anne dicekal oleh James yang kini ada di hadapannya.

James menutup pintu mobil itu dengan cepat dan melirik tajam pada Hans. Entah sebuah kode atau cara berkomunikasi Hans seolah faham dan meninggalkan mereka berdua.

"Kamu ikut ke mobilku !" Perintah James.

"Aku akan pulang ke rumah bersama Hans !" Tantang Anne.

"Kamu ingin kita berdebat disini Annelise ?"

"Kamu yang memulai selalu perdebatan. Jangan menuduhku seolah-olah aku yang memancing semuanya"

James menggelengkan kepalanya dengan frustasi.

"Apa maumu ?"

"Hans yang mengantarku pulang atau.."

"Atau apa ?" James memotong dengan cepat.

"Aku bisa membawa mobilku sendiri" jawab Anne cepat.

"Aku tidak setuju dengan keduanya"

"Aku tidak meminta pendapatmu, jadi menyingkirlah dari hadapanku" Anne berusaha mendorong James.

"Tidak !!"

"Menyingkir !!"

"Tidak !!"

Hening. Diam dan saling beradu pandang dalam emosi tingkat tinggi. James marah dan Anne yang masih melawan dengan kekuatannya.

"Okey jika itu maumu, aku akan menggunakannya dengan caraku" membungkuk sejenak, tiba-tiba James mengangkat tubuh Anne dengan memaksa. Membuat Anne terkejut dan memukul-mukul punggung pria itu.

James tidak mempedulikan ocehan Anne yang penuh dengan makian. Pukulannya serta penolakan yang dilakukan oleh istrinya tersebut. Tubuhnya seperti karang kokoh yang tetap tegap melakukan tugasnya.

Membawa Anne masuk ke mobilnya dan menguncinya dengan cepat kemudian berlari ke arah sebaliknya dan langsung mengemudikan mobilnya tersebut dengan kecepatan gila-gilaan.

Tindakan konyol namun tepat. Tanpa sadar membuat perempuan cantik yang berdiri di lobby perusahaan itu menatap nanar ke arah mereka.

"Kamu benar-benar sudah berubah James" Hellena termangu dalam bathinnya.

Continue Reading

You'll Also Like

19.4K 2.3K 38
Kesal lantaran sang anak selalu mengacaukan rencana perjodohan yang ia siapkan, Reny nekat membuat undangan atas nama Arane sang anak. Bermula dari s...
971 84 9
Winwin menolak keras untuk dijodohkan dengan Taeyong namun melihat papanya yang memohon kepada dirinya membuat Winwin terpaksa menerima perjodohan te...
2.5M 269K 47
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
113K 15.4K 55
Rencana pernikahan yang sudah di depan mata harus pupus karena 'kesalahan' yang sama sekali tidak dia sengaja. Diputuskan sepihak oleh Sena dengan hi...