Cinta Keparat - Tamat

By Enniyy

208K 12.3K 557

=> Tamat Watty, versi lengkap ada di playstore cari dengan kata kunci Enniyy atau langsung tulis judulnya saj... More

Sinopsis & Cast
Prolog
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Spam
Chapter 8
Spam
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
ebook ready
Open PO
Spam
Ready pdf

Chapter 1

8.8K 754 23
By Enniyy

Suara ketukan terdengar berirama. Mata teralih dengan segera saat suara ketukan itu membuat satu fokus anak kecil teralih pada tanganku yang mengetuk. Kuberikan senyumku pada anak itu dan dia langsung menarik tangan ibunya yang segera menjadikan aku pusat tatapannya. Wanita itu membuat anaknya berpaling dariku, membuat aku hanya meringis.

Pasti penampilanku yang membuat wanita itu tidak menyukai anaknya yang menatapku. Aku memakai rok setengah paha dengan tanktop ketat yang bahkan memperlihatkan setengah dari payudaraku. Aku memilih pakaian ini karena simple. Aku di restoran ini bukan untuk membuat orang lain kagum. Sepatu boot kuhentak kesal. Aku tidak pernah suka keterlambatan tapi sepertinya teman temuku sedang ingin menguji kesabaranku.

Kembali aku melantukan ketukan pada meja. Kebosanan yang hakiki membuat aku mendesah kuat lalu satu wajah muncul di depan wajahku. Segera kutegakkan badanku.

"Menunggu?" Dia bertanya. Senyum pongahnya kental.

Aku membentangkan tangan pada kursi. Meminta tanpa kata agar dia duduk.

"Harusnya katakan kau sangat sibuk hingga membuat aku harus membuang waktu dengan duduk di sini selama hampir setengah jam." Tak kusembunyikan kejengkelanku.

Pria yang telah duduk di hadapanku itu tersenyum. Lesung pipinya terlihat.

"Ini yang kau minta." Dia menyodorkan satu koper silver. "Bayaran harus tunai."

Aku membuka koper itu dan kutemukan benda yang memang aku butuhkan. "Bagus." Kuambil senjata dengan warna silver itu. Mirip seperti mataku.

"Bayaranku?"Dia meletakkan tangannya di atas meja yang membuat aku menaikkan alisku.

"Kudengar aku memiliki rumor yang cukup buruk di kota ini?" Kutanya dia dengan menyodorkan tubuhku lebih dekat.

Seperti yang aku yakini, semua pria memang sama. Kini pria itu menatap tepat ke dadaku. Harusnya dia tidak membuat fokusnya hilang.

"Ya. Tentu. Kau diberikan catatan hitam oleh seluruh penjahat di Sisilia. Kau tidak pernah jujur dalam bertransaksi." Bebernya padaku. Yang tentu saja sudah aku tahu.

"Lalu kau bertransaksi denganku?"

Dia menggaruk kepalanya dengan sembarangan dan aku yakin kalau kepala itu tidak gatal. "Hargamu mahal."

"Hargaku?" Kusilangkan kakiku. Menyandarkan punggungku di sandaran kursi. "Tentu itu bukan harga utuh diriku? Karena aku tahu seluruh diriku bahkan tidak bisa di beli dengan dunia."

Dia mendesis. "Kepalamu." Beritahunya.

Aku berdecak dengan tiga decakan. Hal yang kerap aku lakukan. "Kau sangat jujur."

"Karena aku harus membunuhmu, Stefani. Aku minta maaf."

Ku silangkan tangan di depan tubuhku dengan santai. "Tidak apa-apa aku memaafkanmu." Ujarku dengan sangat tulus. "Tapi kau harusnya tidak membuat pertemuan di tempat seramai ini. Kau tahu? Kadang aku benci menumpahkan darah orang-orang tidak bersalah."

"Itulah yang membuat aku memilih tempat ini."

Aku mendengar suara gesekan di bagian bawah. Membuat aku dengan segera menendang lantai dan membiarkan diriku terjatuh bersama kursi. Aku berguling, segera sembunyi saat suara desingan peluru bersahutan.

Aku berlari mengitari tempat itu untuk menghindari beberapa peluru yang siap membuat aku kehilangan detak jantungku.

Suara teriakan bersahutan dengan suara peluru. Suaranya membuat telingaku tuli rasanya. Beberapa kali aku menghindar dari peluru yang tidak hanya dari satu orang. Oh pria itu rupanya telah membuat persiapan yang cukup matang.

Aku bersembunyi di balik meja yang telah aku jatuhkan dan mengambil pistol di bootku. Warna silver dari pistol itu terpapar cahaya ke arah mataku. Di mana aku bisa melihat diriku di sana. Gadis cantik berbibir merah dengan riasan lengkap. Aku tersenyum.

Segera saja aku bangun dengan dua pistol di tanganku saat tidak ada lagi terdengar hujanan peluru. Ku tembak semua orang yang sedang sibuk memasukkan peluru ke senjata mereka. Dua orang langsung tumbang dan satu lagi sudah mengangkat senjatanya untuk menembak tapi aku menendang kursi kearahnya membuat dia terjatuh. Lalu aku menembak dengan kesal.

Kini tinggal pria itu dia sedang berdiri di dekat anak kecil yang telah di rangkulnya dengan beringas. Menatap aku dengan mata liciknya.

"Kau kalah perempuan lemah." Ujarnya dengan nada sok-sokan menggoda. Sayang dia terlalu buruk untuk membuat aku tergoda.

"Aku akan menembakmu." Aku sudah mengarahkan senjata padanya. Bahkan sudah kutarik pelatuknya. Memiringkan kepala dan siap meluncurkan peluru ke arah kepalanya.

"Jika kau menembak, akan kubunuh anak ini." Ancamnya.

Aku mengedikkan bahu. "Apa peduliku. Aku tidak mengenalnya."

Dia kaku. "Kau bilang benci melihat orang tidak bersalah mati." Ada keraguan di matanya.

"Aku bilang kadang, kalau-kalau kau lupa. Dan sekarang sedang tidak." Segera saja aku menembak kakinya saat dia teralihkan oleh keterkejutan. Anak kecil itu terlepas dari tangannya dan segera berlari menuju ibunya yang terlihat berdarah dahinya.

Mereka berpelukan dan aku hanya tersenyum saat wanita itu mengucapkan terimakasih tanpa suara.

"Bawa dia pergi." Perintahku. Mereka berdua lalu keluar dari pintu kaca yang sudah pecah.

Kini hanya tinggal aku dan pria itu. Aku bahkan belum bertanya tentang namanya.

Ku ambil koper kecil yang terbuka, di mana senjata silver itu masih ada di sana. Juga jaket yang tadi aku jatuhkan. Ku pakai jaketku dengan satu gerakan. Kini mataku menatap pria itu berdarah kedua kakinya. Aku tidak memperhatikannya tapi sepertinya dia jatuh ke kaca hingga dua kakinya yang terluka.

"Aku akan mengambil pistol ini sebagai kompensasi." Kuberitahu dia dengan senjata itu yang sudah masuk ke bootku. Aku hanya memegang satu senjata lagi dan kini moncong senjata itu terarah pada pria itu.

Pria itu mengangkat kedua tangannya. "Kau tidak akan bisa membunuhku, Stefani."

Aku mencibir. "Aku bisa membunuh siapapun yang aku inginkan. Jadi jangan terlalu percaya dengan.."

"Aku tahu di mana pria yang kau cari."

Senjata yang sudah siap memuntahkan peluru itu terhenti. Aku memicingkan mataku. "Kau pikir aku akan percaya?" Kuletakkan moncong senjata itu di dahinya. "Matilah dengan tenang bajingan. Jangan banyak omong."

"DI sakuku. Lihat di sakuku. Aku tidak berbohong."

"Ambil." Ujarku. "Sekali kau menipuku, tidak hanya kau yang mati. Tapi semua orang yang kau cintai."

"Akan aku ambil Stefani." Dia segera merogoh sakunya dan memberikan aku selembar kertas yang adalah foto.

Aku meremas foto itu setelah melihatnya. Dia memang orang yang aku cari.

"Di mana dia?"

"Granada. Dia di sana bersama putra satu-satunya."

"Granada." Kota itu..

"Kau berhasil menyelamatkan nyawamu. Pergilah." Aku beranjak meninggalkan dia. Aku akan ke bandara.

"Kau tidak bisa ke sana tanpa bantuanku." Suara pria itu membuat aku menghentikan langkah dan berputar menatap pria yang berdiri dengan tertatih. "Aku akan membantumu menyusun rencananya."

"Kenapa aku membutuhkan bantuanmu. Aku bisa merasakannya sendiri."

"Pria itu adalah Walikota di Granada. Pikirmu mudah untuk membuat dia bahkan menemuimu?"

Aku berdecih dengan keras. "Aku tidak hanya akan menemuinya tapi aku akan membunuhnya. Akan kulakukan itu dari jarak jauh jadi aku tidak perlu bertemu dengannya." Balasku dengan rasional.

"Kau butuh bantuanku, Stefani. Aku sangat yakin itu."

"Kenapa kau bersikeras ingin membantuku. Apa yang kau inginkan sebagai balasannya?"

"Maurin Kendiz Green. Kau mengingatnya?"

Aku berjalan mendekat. Mataku setajam elang. Dia menyebut nama yang haram untuk aku ingat. "Apa hubunganmu dengan wanita itu?"

"Aku adalah ayah dari bayi yang dia kandung."

Aku terkejut tentu saja. Aku hanya tahu kalau bayi dalam kandungan Maurin bukanlah anak Tristan tapi tidak pernah kuselidiki siapa ayah bayi itu sebenarnya. Sekarang ayahnya tepat ada di depanku.

"Maurin dan aku saling jatuh cinta. Tapi ayahnya terus meminta agar Maurin dekat dengan Tristan. Hingga Maurin mengandung dan ayahnya tahu kalau itu adalah anakku. Pria itu meminta pembunuh bayaran untuk menghabisiku agar rencananya tidak di ketahui. Dan di sinilah aku."

Aku masih diam. Tidak tahu harus menanggapi seperti apa. Aku tidak pernah lagi ingin terlibat di dalam anggota Harland dan segala jenis masalahnya. Ini sudah enam tahun tapi luka itu masih terasa baru.

"Aku sudah lama menantikan semua ini, Stefani. Bantu aku menghabisi ayah Maurin dan aku akan membantumu membunuh pria itu."

"Aku tidak butuh bantuan. Aku memiliki serikatku dan tidak memerlukanmu." Aku masih menolaknya. Sejak dulu aku bekerja sendiri dan tidak ingin kuubah hal itu.

Aku terkejut saat pria itu berlutut dengan keras. Aku takut kalau lututnya akan retak.

"Aku mohon. Hanya kau harapanku. Setidaknya aku janjikan ini padamu, namamu akan bersih dari tuduhan karena aku tahu kalau Maurin menjatuhkan dirinya di apartemen itu. Aku tahu kau tidak mendorongnya. Dia mengira aku telah meninggal jadi dia menghabisi nyawanya sendiri untuk membalas apa yang telah dilakukan ayahnya.

Aku menarik nafas kasar. Seharusnya aku tidak melakukan ini. Pria ini meraih sisi lemahku, sialan sekali.

"Siapa namamu?

"Brady Fernando."

"Dengar, Brad. Kau hanya akan menjadi bayang-bayang. Kau lakukan apa yang aku perintahkan dan jangan merusak rencanaku. Mengerti?"

Sekonyong-konyongnya kudapati senyum lebarnya. Aku yakin akan menyesali keputusan ini.

"Baik, Stefani."

"Sebaiknya kau persiapkan dirimu. Kita berangkat besok pagi."

Aku berbalik. Meraih ponsel di saku rokku. Menghubungi salah satu rekan serikatku.

"Carlos. Aku yang akan ambil tugasmu di Granada. Batalkan kepergianmu." Hanya itu yang aku katakan dan kumatikan sambungan. Tanpa mendengar dia mengatakan apapun.

Granada adalah luka. Hanya enam bulan dan aku akan kembali menjalankan hidupku dengan baik. Tidak akan ada yang terjadi.

***

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 20.8K 5
"saya Aqil Haris Handoko berniat untuk melamar putri bapak Wahyu yang bernama..." Ternyata benar, mas Aqil berniat melamarku. Ya Allah, aku bahagia s...
19.4M 1.4M 58
Young adult romance (sudah terbit bisa beli bukunya di shopee : De gibadesta) #1 fiksi || "Mereka aneh, mereka memaksa, dan mereka menginginkanku. T...
100K 7.1K 54
WARNING WP INI BXB JIKA ANDA HOMOPHOBIC MENJAUH!!! JANGAN BACA SEMUANYA KARANGAN 100% GAADA YANG BERDASARKAN RL!! JANGAN MEMBAWA SEMUA CERITA YANG AD...
9.6M 226K 8
(SUDAH TERBIT) TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA -Sequel Silhouette- (ABC SERIES) "Gue terima surat cinta lo." "Hah? Kak! Tapi surat itu dari...." "Hari...