Be Loyal With Me

By Yssed13

9K 1.3K 276

Cinta tidak memandang dari rendah atau tingginya derajat seseorang. Tetapi, cinta akan datang sendirinya meng... More

Perkenalan
1
2
3
5
6
7
8
9
10
Rangkuman Ending

4

507 124 30
By Yssed13

****

"Terserah katamu. Oh Bibi sampai lupa menanyakan ini padamu.. Bagaimana pertemuanmu dengan Seo Yi Ahn? Bibi dengar dia sudah mendatangimu ke tempat kerjamu, kan?"

"Oh i-it-itu.."

"Yi Ahn sangat cantik, dia wanita yang baik juga. Bibi yakin, pertemuanmu dengannya pasti berjalan sangat lancar.."

Hembusan napas berat terdengar untuk ke sekian kali berapa yang keluar dari mulut Shinhye. Gadis itu duduk di samping Yonghwa dengan wajah yang menyamping menghadap kaca mobil. Sekilas matanya memang terlihat sedang menikmati keramaian yang di pertontonkan di sepanjang jalanan. Namun, siapa sangka justru kenyatannya berbeda, kedua matanya kosong, Shinhye melamun, mengabaikan semua orang termasuk mengabaikan Yonghwa yang sedari tadi menatapnya sedih.

Yonghwa sangat hapal dengan karakter Shinhye. Diamnya wanita itu saat ini menandakan jika ia tengah bersedih akan ucapan bibi Hana beberapa waktu yang lalu, saat mereka berbincang di rumah sakit.

Seharusnya Yonghwa tidak membiarkan Jung Hana mengucapkan kalimat tentang Yi Ahn di depan Shinhye. Apalagi Yonghwa sama sekali tidak mengenal wanita itu dengan pasti. Namun, semuanya sudah terlambat entah mengapa tiba-tiba bibinya bertanya seperti itu padanya. Bahkan, Yonghwa sendiri pun tidak mengerti maksud dan tujuan wanita paruh baya itu.

Dan sialnya bukannya Yonghwa menjelaskan dan menenangkan hati Shinhye. Justru ia akan semakin menambah kesedihan di hati Shinhye dengan mengajak wanita itu makan siang bersama dengan bibi Hana. Meskipun semua itu bukan sepenuhnya kemauan Yonghwa, melainkan Hana sendiri yang mengajaknya lebih tepatnya memaksa Yonghwa untuk makan siang bersamanya.

Yonghwa ingin menolak dengan alasan Shinhye perlu beristirahat, namun justru cengkraman Shinhye di tangannya memberi isyarat untuk Yonghwa menerima tawaran bibi Hana dan mengatakan jika ia baik-baik saja. Tidak alasan lain dengan terpaksa Yonghwa menyetujuinya. Dan disinilah mereka sekarang, duduk saling berhadapan di sebuah restaurant yang sangat mewah yang sudah di pastikan jika hidangan-hidangan disini sangatlah mahal, dan tentu juga lezat pastinya.

"Kau ingin memesan apa, Yong?" Jung Hana, wanita kisaran usia di atas setengah abad itu bertanya pada Yonghwa sembari tersenyum ramah.

"Sebentar, kau ingin memesan apa, Sayang? Yang ini atau menu ini?" ujar Yonghwa malah bertanya balik pada Shinhye membuat Jung Hana melihatnya tidak suka.

"Pesankan dia satu porsi Ramen saja sudah cukup, dan minumannya air putih saja. Nah sekarang giliranmu yang pesan. Kau mau pesan apa? Biar bibi pilihkan untukmu"

Sepasang suami-istri itu menatapnya kaget. Kalimat menohok bibi Hana membuat Shinhye semakin bersedih. Wajahnya muram dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca. Shinhye sadar jika perlakuan seperti ini pasti akan ia dapatkan mengingat jika keluarga Yonghwa memang tidak pernah menyukai kehadirannya lebih tepatnya mungkin membencinya.

Namun, usapan halus di atas lengannya membuat Shinhye memasang wajah ceria dan tersenyum manis menatapnya. "Gwaenchana. Justru saat ini aku ingin sekali menyantap ramen" kata Shinhye mengangguk yakin.

Yonghwa semakin memandangnya tidak tega, melihat istrinya di perlakukan seperti itu oleh bibinya membuat Yonghwa semakin tidak terima rasanya. Ia ingin melawan, namun balik lagi meski begitu Yonghwa tetap harus menghormatinya, bibinya yang menjadi satu-satunya keluarga Yonghwa sekarang.

Yonghwa mengangguk lesu, berucap. "Baiklah, aku juga ingin menyantap ramen siang ini" ujar Yonghwa santai tersenyum menatap Shinhye.

"Tidak baik jika terus-terusan menyantap ramen, Yong. Mungkin sebaiknya bibi pesankan hidangan yang paling enak disini dan paling mahal tentunya"

"Jika bibi mengatakan tidak baik menyantap ramen terus menerus, lalu kenapa bibi memesankan ramen untuk istriku? Bibi tahu kan saat ini kesehatan Shinhye sedang menurun, penyakit asam lambungnya sedang kambuh, bibi sengaja ingin membuat istriku tambah sakit?"

"Apa yang kau katakan, Yong-ah? Bibi tidak pernah berpikiran seperti itu"

"Ck, aku tidak begitu yakin. Jika bibi ingin memperlakukanku dengan baik, maka perlakukan Shinhye dengan baik juga. Shinhye istriku bibi, aku sangat tidak menyukai jika ada orang yang mencoba untuk menyak.."

"Yonghwa-ya, aku tidak apa-apa.." suara Shinhye menyela ucapan Yonghwa. Gadis itu kini sudah memberikan usapan halus di bahu Yonghwa. Kepalanya mengangguk, lantas menggeleng berisyarat supaya Yonghwa tidak lagi melanjutkan kalimatnya.

"Eoh, arrasseo.." ujar Yonghwa lemah.

"Bibi Hana tolong maafkan ucapan Yonghwa tadi. Mungkin Yonghwa hanya kelela.."

"Ya, aku mengerti. Mungkin suasana hati Yonghwa sedang tidak baik. Meski begitu kita harus tetap melanjutkan makan siang kita. Baiklah, untuk hidangannya biar bibi yang pilihkan untuk kalian"

Jung Hana memesankan beberapa menu yang di serahkannya pada pelayan restaurant. Setelah di catatnya semua menu, pelayan itu undur diri untuk mempersiapkan hidangannya. Hana hanya tersenyum simpul ketika pelayan itu pergi setelah membungkukan badannya terlebih dulu. Tatapannya beralih memandang Yonghwa yang masih menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan. Sedangkan, Shinhye wanita itu tersenyum ke arahnya meski di balas tatapan sinis oleh Hana.

"Tunggu sebentar eoh, hidangannya sedang mereka siapkan untuk kita"

"Mengapa bibi begitu banyak memesan makanan? Bibi tahu bukan kita hanya bertiga saja disini, tidak mungkin jika aku harus menghabiskan semuanya"

Mendengar ucapan Yonghwa membuat gurat kebahagiaan di wajah Hana semakin terpancar. "Kau tenang saja. Kita masih memiliki seseorang yang sebentar lagi mungkin akan segera tiba disini" Yonghwa menatap sinis. "Seseorang? Siapa dia?"

"Anyeong bibi Hana. Mian, aku terlambat datang, pasti kalian sudah lama menungguku. Mianhae.."

Semua mata terpaku ketika melihat kedatangan seorang wanita cantik berambut panjang dengan setelan gaunnya yang modis di tubuhnya. Gadis itu datang menghampiri bibi Hana sembari memberikan pelukan hangat.

"Akhirnya kau datang juga, Sayang. Gwaenchana, justru bibi sangat menantikan kedatangnmu. Silahkan duduk, kau pasti lelah kan?"

"Gomawo bibi" tukasnya saat Jung Hana menarik sebuah kursi untuknya.

Rupanya perhatian Hana terhadap wanita itu tak luput mengundang rasa iri di hati Shinhye. Sikap Hana sangat berbanding terbalik ketika memperlakukannya sendiri, dengan Shinhye ia selalu bersikap seolah tidak peduli dan kasar, beranggapan jika Shinhye tidak ada di hadapannya. Namun, sebaliknya dengan wanita itu sikap Hana justru terkesan sangat ramah dan perhatian, menunjukan rasa kasih sayangnya pada wanita itu.

Hati Shinhye merasa perih melihatnya. Jujur Shinhye juga ingin sekali di perlakukan seperti oleh bibi Hana. Namun, keinginannya sampai kapan pun mungkin tidak akan pernah terwujud mengingat dulu sampai sekarang bibi Hana masih sama membencinya.

"Oh bibi sampai lupa mengenalkanmu pada kalian. Yonghwa-ya, mungkin kau sudah tidak asing lagi dengan wanita yang duduk di samping bibi ini. Namanya Seo Yi Ahn, dia adalah puteri tunggal keluarga tuan Seo Eun Joo orang terkaya nomor tiga di kota Seoul ini. Ayahnya Yi Ahn ini sering kali bekerja sama dengan perusahaan peninggalan Appamu. Dan sekarang perusahaannya tersebut sudah di alihkan ke tangan Yi Ahn sendiri, bagaimana Yi Ahn ini hebat kan? Bibi saja sangat kagum padanya"

"Bibi sangat berlebihan. Tidak perlu seperti itu Bibi, kau membuatku sedikit malu" ujarnya menundukkan wajah. "Aigo Yi Ahn sayang, tidak perlu merasa malu begitu, nak. Justru itu bagus dengan begitu Yonghwa bisa melihat jika bibi sangat mengagumimu sebagai sosok pendamping untuk Yonghwa, kau dan Yonghwa sangat cocok dan serasi, bibi sangat merestui kalian"

Jleb!!

Mata Shinhye membesar dengan kalimat yang entah ke sekian kalinya berhasil membuatnya bungkam dalam kepedihan. Mungkin kali ini rasanya lebih perih di bandingkan kalimat-kalimat yang sebelumnya ia dengar. Barusan bibinya Yonghwa dengan terang-terangan mengatakan jika Yi Ahn wanita yang sangat cocok untuk Yonghwa. Lalu, apa artinya Shinhye selama ini? Apa bibi Hana tidak bisa menganggap sedikit saja jika Shinhye adalah istri sah Yonghwa saat ini?

Tak sadar air mata yang sedari tadi susah payah ia tahan akhirnya meluncur dengan deras tanpa bisa di bendung lagi. Shinhye menundukkan wajah menyembunyikan kesedihannya di depan semua orang. Rasanya saat ini hatinya benar-benar hancur mengetahui jika bibi Hana sengaja ingin menjodohkan suaminya dengan wanita yang bernama Seo Yi Ahn itu. Jadi, dialah wanita yang bernama Seo Yi Ahn? Nama yang sempat di sebut saat mereka di rumah sakit. Nama yang saat itu berhasil membuat Yonghwa terkejut. Mata Shinhye kembali memejam mengingat dengan pasti jika sebelumnya Yonghwa dan Yi Ahn sempat bertemu, dan Shinhye sama sekali tidak mengetahui pertemuan mereka berdua karena Yonghwa memang sengaja menyembunyikan rahasia itu darinya.

"Shin-ah.. Kau tidak apa-apa, sayang?"

Suara lembut milik Yonghwa mengehentikan tangisannya. Shinhye segera menyeka sisa air matanya di pipi sebelum mengangkat wajah menatap sang suami yang sedang menatapnya sedih.

"Kau menangis?" tanya Yonghwa berhasil menyita perhatian Jung Hana dan Yi Ahn. Keduanya diam menatap suami-istri itu dengan tidak suka.

"Gwaenchana. Tadi mataku kemasukan sesuatu, makanya berair seperti ini" sela Shinhye berbohong. "Kau pasti sedang berbohong, Shin. Maafkan aku, sungguh, seharusnya kita tidak perlu ada disini" lirih Yonghwa mengelus pipi Shinhye dengan satu tangannya.

"Tidak, Yong. Aku baik-baik saja. Ah mungkin aku hanya perlu menggunakan toilet sebentar. Baiklah, aku akan ke tiolet terlebih dulu neh?" Shinhye berucap sembari melepaskan tangan Yonghwa lalu beralih menatap dua wanita yang menatapnya sinis. "Bibi, Yi Ahn-ssi, aku akan pergi ke belakang sebentar.." ujar Shinhye ramah namun di jawab desisan sinis Bibi Jung. Wanita paruh baya itu malah berpura-pura berbincang dengan Yi Ahn tanpa memperdulikan Shinhye yang masih menatapnya sedih. Tidak ingin berlama-lama Shinhye segera pergi secepatnya meninggalkan Yonghwa yang kini semakin menatapnya iba.

"Bibi, aku mohon padamu bisakah bibi.."

"Oh bibi, Yong-ah, aku juga akan pergi ke toilet sebentar neh? Kalian tetap disini, tunggu aku kembalu" Yi Ahn menyela ucapan Yonghwa, lantas melangkahkan kaki dengan cepat meninggalkan keduanya.

****

Di tempat lain Shinhye terlihat baru saja keluar dari salah satu ruangan toilet, wajahnya masih menunduk sembari mendekat ke arah kaca besar yang terpajang disana. Kedua tangannya segera membasuh wajahnya dengan kucuran air yang mengalir. Terasa dingin dan menyegarkan sedikit membuat Shinhye merasakan kesejukan. Di rasa sudah selesai Shinhye berbalik arah bersiap untuk kembali ke tempat sebelumnya.

Kemudian, tanpa permisi seseorang mencekal tangannya kuat membuat Shinhye sedikit berteriak karena terkejut. "Ikut aku!" titah wanita itu sinis menyeret tubuh Shinhye keluar, dan memaksanya untuk mengikuti langkahnya yang membawanya ke pojok ruangan.

"Seo Yi Ahn, tolong lepaskan tanganku. Ini sedikit sakit, tolong lepaskan" lirih Shinhye merasa kesakitan pada pergelangan tangannya.

Sesampainya di tempat Yi Ahn menghentakan tangan Shinhye kasar sembari melayangkan tatapan tajamnya untuk Shinhye. "Jadi, kau yang bernama Park Shin Hye?" Shinhye menganggukkan kepala.

"Jadi, kau juga wanita yang menjadi istri Yonghwa?" Yi Ahn bertanya kembali sambil menatap penampilan Shinhye dari atas sampai bawah. "Ya, benar. Aku adalah istri sah Yonghwa. Waeyo?"

"Cih! Bagaimana mungkin wanita kumuh sepertimu bisa menjadi istri seorang Jung Yong Hwa?"

"Apa maksud ucapanmu?"

"Aku tidak yakin jika Yonghwa bisa jatuh cinta pada wanita yang persis geladangan sepertimu"

"Seo Yi Ahn-ssi tolong jaga ucapanmu!!"

Yi Ahn semakin menatapnya tajam, mendekatkan wajahnya dengan wajah Shinhye. "Kau berteriak padaku hah? Mengapa? Kau tidak terima dengan ucapanku barusan? Memang benar bukan jika penampilanmu sudah sepantasnya di sebut wanita gelandangan yang tidak tahu malu" serunya tajam sembari tertawa meremehkan.

"Jika kedatanganmu hanya ingin menghinaku, maaf, aku tidak bisa berlama-lama melayanimu"

Shinhye ingin pergi namun lagi-lagi cekalan di tangannya berhasil ia dapatkan. Yi Ahn kembali mencekal tangannya kuat meremasnya hingga rasa panas terasa begitu nyata. Shinhye merintih kesakitan, mencoba melepaskan diri dari wanita itu.

"Apa yang ingin kau lakukan? Lepaskan tanganku! Kau sudah melukai tanganku, Yi Ahn-ssi!" pekik Shinhye lalu di hempaskannya kembali tubuh Shinhye sehingga membentur dinding yang berada di belakang tubuhnya dengan kuat. "Sakit? Itu balasannya jika kau berani untuk menentangku!"

"Sebenarnya apa maumu? Dan siapa dirimu? Kau tahu kan aku sama sekali tidak mengenalmu"

"Oke, baiklah. Aku, Seo Yi Ahn wanita yang ingin di jodohkan dengan Yonghwa oleh bibi Jung. Kau puas?" Shinhye tersenyum getir dengan gelengan di kepalanya. "Itu tidak akan pernah terjadi. Karena Yonghwa saat ini sudah menikah denganku, aku istrinya, dan aku lebih berhak atas Yonghwa" tutur Shinhye menekankan di akhir kalimatnya.

"Istri? Aku sama sekali tidak peduli dengan status kalian. Yang pasti bibi Hana sudah merestui hubunganku dengan Yonghwa, bahkan beliau sendiri yang memohon padaku untuk menerima perjodohan ini. Dan itu artinya kau, sebentar lagi kau tidak di butuhkan lagi Shinhye-ssi. Sebaiknya kau pergi dari kehidupan Yonghwa sebelum Yonghwa sendiri yang akan meninggalkanmu"

Seo Yi Ahn terkekeh sinis mendapati ekspresi sedih di wajah Shinhye. Ia tidak peduli jika dirinya di katakan wanita jahat, ia hanya ingin menunjukan pada Shinhye jika ia lah wanita yang pantas untuk bersanding dengan Yonghwa, dan ia juga wanita satu-satunya yang berhasil mendapatkan restu dari keluarga Yonghwa, bukan Shinhye-wanita yang saat ini resmi berstatus sebagai istri Yonghwa.

Kekehan sinis Yi Ahn semakin membuat Shinhye terpuruk. Perasaannya di landa kecemasan yang begitu besar di saat wanita itu dengan percaya dirinya jika Yonghwa akan meninggalkannya suatu saat. Sekian detik, bibir Shinhye tersenyum kecil sembari menggeleng-gelengkan kepala.

"Aku tahu Yonghwa, bagaimana pun juga dia tidak akan pernah meninggalkanku" seru Shinhye yakin. Yi Ahn menghentikan kekehannya, kembali melayangkan tatapan sinisnya ke arah Shinhye. "Kau sangat percaya diri sekali. Mungkin sekarang Yonghwa memang belum melakukan itu, tetapi entah ke depannya aku yakin Yonghwa pasti meninggalkanmu pada akhirnya. Dan kau harus mempersiapkan waktu itu"

"Aku lebih mengenal bagaimana karakter dan sifat Yonghwa. Jadi, aku sangat yakin jika suamiku tidak akan pernah meninggalkanku, apalagi hanya karena di jodohkan dengan wanita sepertimu. Yonghwa tidak akan pernah mau melakukannya. Kau harus ingat itu!"

"Yah!! Kau? Park Shin Hye! Tunggu! Aku belum selesai bicara!"

"Park Shin Hye!! Sialan! Dasar wanita miskin, berani-beraninya dia berkata seperti itu di depanku. Lihat saja kau pasti akan menyesal!" desisnya tajam menatap ke depan dimana saat itu tubuh Shinhye pergi meninggalkannya.

****

"Maaf, kalian pasti menunggu lama" seru Shinhye mendaratkan kembali tubuhnya di atas kursi.

"Gwaenchana, sayang. Justru aku sengaja menunggumu" sahut Yonghwa tersenyum. "Oh dimana Yi Ahn? Kau tidak melihatnya? Barusan dia pamit ingin ke toilet juga" ujar bibi Hana mengadahkan pandangannya ke arah lain berharap bisa menemukan seseorang yang tengah di carinya.

"Dia masih disana bibi" Shinhye menjawab. Tak lama seseorang yang mereka bicarakan muncul begitu saja dengan sebuah senyuman yang ia paksakan di wajah.

"Sayang, mengapa begitu lama eoh? Apa sesuatu terjadi padamu?"

"Gwaenchana bibi, maaf sudah membuat kalian berdua menunggu lama"

"Tidak perlu khawatir, bibi sengaja menunggumu. Lihat makan siang kita sudah tersaji, ayo mari kita makan kau dan Yonghwa pasti sangat lapar kan?" ujarnya sembari menatap Yonghwa dan Yi Ahn secara bersamaan, dengan sengaja tanpa melihat Shinhye dan menyebut namanya.

"Tunggu! Bibi masih penasaran mengapa saat di toilet tadi kau begitu lama? Shinhye juga baru saja tiba, padahal ia pergi cukup lama saat itu. Mungkinkah?" ucapannya menggantung sambil melayangkan tatapan menyelidik kepada Shinhye. "Shinhye-ssi, kau tidak menyakiti Yi Ahn kan?" tuduhnya terang-terangan.

"Bibi?"

"Sebentar Yong-ah. Bibi sedang bertanya pada istrimu ini, dia begitu lama di toilet bibi hanya takut jika Shinhye sudah melakukan sesuatu pada Yi Ahn. Yah?! Kenapa kau diam saja? Kau tidak bersikap kasar pada Yi Ahn kan, Shinhye?"

"Bibi tolong hentikan sekarang"

"Yonghwa, bisa saja Shinhye merasa cemburu melihatmu dengan Yi Ahn. Maka itu, bisa saja kan Shinhye melakukan hal kasar pada Yi Ahn"

"CUKUP BIBI!!" bentak Yonghwa.

"Perlu aku ingatkan pada bibi jika Shinhye-istriku bukanlah seseorang yang bersikap kasar seperti itu. Aku mengenal istriku, jadi bibi tidak seharusnya berkata seperti itu pada Shinhye"

Suara tegas Yonghwa membuat semua orang disana terpaku menatapnya diam dan terkejut pastinya. Begitu pun dengan Jung Hana ia sangat terkejut tidak pernah menyangka jika Yonghwa akan membentaknya di depan kedua wanita yang sedang bersamanya.

"Kau membentak bibi, Yong? Hanya karena wanita seperti dia, kau sampai membentak bibi?"

"Ya itu memang benar. Demi Shinhye aku harus membentak bibi lebih tepatnya mungkin menghentikan tuduhan-tuduhan aneh yang tengah bibi layangkan pada Shinhye"

"Astaga Yonghwa. Bibi tidak menuduh, bibi yakin jika Shinhye sudah bersikap kasar pada Yi Ahn. Baiklah, lihat bibi akan tanyakan langsung pada Yi Ahn"

"Cukup hentikan! Bibi tidak perlu bertanya pada siapapun. Kalian berdua sama saja tidak pernah menghargai perasaan seseorang"

"Yonghwa apa maksudmu? Bibi ini keluargamu, Yong. Tidak bisakah kau sedikit saja menghargai bibimu ini"

"Apa? Bibi ingin aku bisa menghargai bibi begitu? Sebelum itu terjadi seharusnya bibi sadar, bibi tahu kan wanita ini adalah istriku, seharusnya bibi bisa menghargai istriku sebagai layaknya keluarga bibi sendiri. Namun, sedari tadi aku perhatikan bibi selalu merendahkan, bersikap kasar pada istriku. Mungkin beberapa saat yang lalu aku bisa diam melihat bibi memperlakukan Shinhye tidak baik di depan mataku sendiri, akan tetapi untuk kali ini aku tidak bisa menahannya lagi melihat istriku terus menerus di tuduh yang tidak-tidak seperti itu. Shinhye ini istriku bibi! Wanita yang aku cintai! Wanita yang selama ini menjadi pendampingku! Untuk itu, aku tidak akan pernah rela jika istriku di rendahkan oleh orang lain termasuk kalian berdua"

"Jangan pernah melupakan jika mendiang Eommamu tidak pernah merestui pernikahan kalian, Yonghwa" tegas Bibi Jung mulai murka.

"Ada atau tidak ada restunya pernikahanku dengan Shinhye tetap berjalan dengan bahagia. Jadi, sebaiknya bibi tidak perlu ikut campur masalah rumah tanggaku. Apalagi mencoba untuk menjodohkanku dengan wanita itu, aku rasa bibi sudah tidak waras"

"Hentikan Yonghwa!! Kau benar-benar kurang ajar. Jaga sopan santunmu, bagaimana pun juga aku ini bibimu. Kehidupanmu adalah tanggung jawabku setelah Eomammu meninggal, dia menyerahkan semua tanggung jawabnya padaku, termasuk tanggung jawab untuk merawatmu"

"Aku tidak pernah meminta bibi untuk merawat kehidupanku. Bukankah bibi bisa lihat sendiri jika kehidupanku sekarang sudah bahagia bersama istriku"

"Kau tidak bahagia, Yonghwa. Lihatlah dirimu! Setelah kau memutuskan menikah dengannya, justru hidupmu semakin sengsara. Serba kekurangan, bekerja dengan berat untuk menghidupi kehidupanmu sendiri. Apa hidup seperti itu yang kau katakan bahagia?"

Yonghwa menyunggingkan senyuman sinis merangkul pinggang Shinhye yang berada di sebelahnya. "Asalkan bersama Shinhye aku merasa hidupku bahagia. Tidak peduli meski hidup kita serba kekurangan, yang pasti aku ikhlas menjalankan semua ini"

"Cih, omong kosong! Suatu saat kau pasti sadar dan menyesali keputusanmu saat ini"

"Terserah kata bibi, aku sama sekali tidak peduli"

"Geurae, aku rasa hari ini cukup merendahkan istriku. Terima kasih atas ajakan makan siangnya, dan juga bibi tidak perlu repot-repot mengeluarkan uang bibi untuk membayar makananku dan Shinhye. Biar aku yang akan membayarnya sendiri"

"Yong apa yang kau lakukan?" Yonghwa tidak menjawab pertanyaan Shinhye. Melainkan ia memanggil seorang pelayan yang sudah berada di depannya.


"Berapa harga dari dua makanan ini? Saya akan membayarnya sekarang"

"Totalnya 100.000 won, Tuan"

Mata Shinhye membesar mendengar nominal angka yang harus di bayar Yonghwa. Berbeda dengan kedua wanita disana yang saling melemparkan senyuman, mereka yakin jika Yonghwa tidak mungkin mempunyai uang sebanyak itu.

"Yong hentikan, kita tidak mempunyai uang sebanyak itu ingat.." perkataan Shinhye kembali di hiraukan, Yonghwa sibuk mengambil dompetnya lantas mengeluarkan uang sesuai dengan nominal tersebut. "Ini uangnya, saya sudah membayarnya" pelayan itu mengangguk. "Terima kasih, Tuan.."

Setelah perginya pelayan itu Yonghwa menatap sinis kedua wanita yang sedang menatapnya diam tidak percaya. Mungkin mereka tidak percaya jika Yonghwa bisa membayar dua hidangan mahal tersebut.

"Yonghwa-ya?" suara lembut sang istri membuat Yonghwa menatapnya memberikan senyuman manisnya untuk Shinhye. "Gwaenchana, Shin. Itu uang gajiku bulan ini. Kau tidak perlu khawatir eoh? Ayo sebaiknya kita pergi dari sini. Tempat ini tidak cocok untuk kita, apalagi dengan adanya mereka berdua, sangat tidak cocok!" seru Yonghwa begitu tajam. Ia menggenggam tangan Shinhye menarik wanita itu untuk pergi tanpa sedikit pun menyentuh dua hidangan yang belum sempat mereka cicipi. Keduanya mulai melangkah sembari tatapan Yonghwa tak pernah lepas memandang bibi Jung dan Yi Ahn dengan sorotan penuh amarah dan kecewa. Yonghwa marah karena bibi Jung terus menerus membuat Shinhye sedih, ia juga kecewa melihat jika bibinya masih saja memperlakukan Shinhye sesukanya.

"Yonghwa, kau mau kemana? Kita belum sempat makan siang, nak? Yonghwa-ya?!! Jangan pergi!!" teriakan kencang Jung Hana sama sekali tak menyurutkan langkah keduanya. Justru sebaliknya tubuh mereka berdua sudah tak terlihat lagi oleh Hana.

"Lihat saja nanti, kalian berdua pasti akan menyesal!" Jung Hana berucap sinis dengan napasnya yang memburu menahan amarah yang kian semakin besar. Di sampingnya Yi Ahn hanya mampu menenangkan wanita paruh baya itu dengan usapan lembut di bahunya. Ia berharap jika bibi Jung akan sedikit lebih tenang, tidak terpancing emosi seperti sekarang. Meskipun sebenarnya ia juga merasa kesal dengan perilaku Yonghwa beberapa saat yang lalu.

****

Sesampainya di rumah Shinhye terlebih dulu memasuki rumah di susul Yonghwa yang menutup pintu di belakang. Wanita itu terisak karena tangisannya yang sedari tadi ia tahan. Yonghwa memandangnya dengan iba, ia mendekat meraih tubuh Shinhye ke dalam pelukannya.

"Mianhae, ini semua salahku" tangisan Shinhye semakin tergugu di saat Yonghwa memeluknya dengan erat. "Aku sudah bilang tidak seharusnya kita menerima ajakan bibi Hana, jika pada akhirnya kau akan terluka seperti ini"

"Nan gwaenchana. Ini semua bukan salahmu, kau tidak perlu meminta maaf. Bukankah aku sendiri yang memaksamu dan meyakinkanmu untuk menerima tawaran bibi Hana. Jadi, apa yang menimpaku sudah menjadi resikonya.."

Yonghwa menghembuskan napas berat, di lepasnya pelukan mereka lalu di tatapnya wajah Shinhye yang membasah. Kedua tangannya menyeka air mata Shinhye yang menetes deras di pipinya, sebelum satu kecupan di atas kening berhasil Yonghwa layangkan.

"Tatap wajahku!" pinta Yonghwa dan Shinhye menurut menatapnya dengan mata yang memerah. "Jangan menangis lagi eoh? Aku tidak ingin melihatmu menangis seperti ini, apalagi kau menangis karenaku, aku tidak suka melihatnya.."

"Geundae, Yong.."

"Geundae, wae?"

Yonghwa menunggu Shinhye membuka suaranya. Di lihatnya wanita menundukan kepala ke bawah entah bingung ingin menanyakan sesuatu namun ia sendiri bingung harus menyampaikannya bagaimana.

"Katakan apa yang ingin kau katakan, Shin!" seru Yonghwa tanpa mengalihkan pandangannya dari Shinhye. "Katakan sekarang! Aku ingin mendengarnya" suara Yonghwa kembali terdengar kali ini lebih lembut dari sebelumnya.

Kepala Shinhye mengangguk menaikkan wajahnya tersenyum kecil melihat wajah tampan Yonghwa yang berjarak sangat dekat dengannya. "Tentang Seo Yi Ahn, aku dengar sebelumnya kalian pernah bertemu. Lantas mengapa kau tidak pernah bercerita padaku? Apa kau sengaja merahasiakannya dariku?" rasa sesak kembali ia rasakan ketika ia menyelesaikan satu kalimat yang sedari tadi terngiang dalam pikirannya.

Helaan napas Yonghwa berhembus sangat pelan, ia kembali mengecup kening Shinhye sebelum menjawab pertanyaannya.

"Maafkan aku sebelumnya aku tidak pernah menceritakan masalah ini padamu. Aku memang pernah bertemu dengan Seo Yi Ahn, dia tiba-tiba datang ke tempat kerjaku dan kita berbincang sedikit, tapi setelah itu aku meninggalkannya karena dia sempat mengatakan hal yang tidak masuk akal. Aku tidak pernah mengenalnya, melihatnya saja rasanya aku tidak pernah. Maka, disitulah aku merasa tidak perlu menceritakannya padamu. Karena saat itu aku beranggapan jika pertemuanku dengannya tidak ada sesuatu hal yang begitu penting. Dia hanya orang asing bagiku, aku tidak ingin mengenalnya lebih dalam lagi, justru aku akan melupakannya bersikap seolah-olah aku tidak pernah bertemu dengannya.."

"Sungguh kau berpikiran seperti itu?" tanya Shinhye setelah mendengar penjelasan panjang lebar seperti yang di jelaskan Yonghwa.

"Aku serius, sayang. Untuk apa aku membohongimu? Dan soal perjodohan atau apalah itu, kau tidak perlu memikirkannya. Karena aku hanya milikmu seorang, aku tidak akan pernah meninggalkanmu dalam kondisi apapun kita. Miskin atau kaya aku tidak pernah mempermasalahkannya, yang penting dengan adanya kau di sampingku, aku pasti bisa melewati semuanya.."

Pandangan Shinhye mengabur ketika mendengar pernyataan Yonghwa yang membuatnya tersentuh sekaligus terharu. Shinhye menggenggam tangan Yonghwa di iringi tetesan air mata yang kembali membasahi wajahnya.

"Gomawo, aku akan tetap di sampingmu. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, Yong-ah.."

"Aku juga tidak akan pernah meninggalkanmu, Shinhye. Jangan khawatir lagi, aku akan tetap setia disini, di sampingmu.."

"Aku percaya padamu.." seru Shinhye merangsek masuk ke dalam pelukan Yonghwa. "Aku juga akan selalu mempercayaimu. Jangan sedih lagi, aku juga merasa sedih jika melihatmu menangis.." di kecupnya kembali rambut dan pipi Shinhye secara bersamaan. Shinhye mengangguk patuh menyandarkan wajahnya di dada Yonghwa, saat pria itu semakin merengkuh tubuhnya erat.

Mereka saling berpelukan erat, melupakan sedikit masalah yang sempat mereka alami. Meski sebenarnya badai yang semakin besar tengah menanti mereka di luar sana.

==To Be Continue==

Aku update. Maaf terlalu lama menunggu.
Semoga masih ada yang menantikan kelanjutan cerita ini hehe...
Jangan lupa tinggalkan jejak vote kalian, vote dan komen sangat di tunggu, terima kasih..

Continue Reading

You'll Also Like

50.4K 3.6K 24
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
233K 34.9K 63
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
36.2K 7.3K 10
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
88.2K 13.4K 18
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...