DUA BELAS "CERITA GLEN ANGGAR...

By Luluk_HF

8.7M 613K 128K

Glen Anggara, anak tunggal dari keluarga kaya raya yang memiliki kepintaran dibawah rata-rata. Glen menyukai... More

ARE YOU READY FOR THIS?
PENGUMUMAN PENTING HARUS DIBACA
PROLOG
BUAT REKOR BARENG YUK ^^
1 - PERTEMUAN
2 - Shena Rose Hunagadi
3 - Be Happy
4 - Ketika Papa berbicara
5 - KETIKA OTAK ACHA DAN GLEN BERJUMPA
6 - Cara Glen mencari mimpi
7 - SUARA TERIAKAN
8 - BRAAK
9 - YANG SEBENARNYA
10 - KEBIMBANGAN
11 - MULAI HARI INI
12 - Tugas Pertama
13 - HELP ME
14 - RENCANA
15 - Would you be my girl?
16 - KENCAN
17 - Sekecil Perhatian
18 - KEINGINAN TAK TERDUGA
20 - DINNER ROMANTIS
21 - MENG OH MENG
22 - SELAMAT ULANG TAHUN MENG!
23 - SENSEI NATASHA
24 - HAPPINES AND SADNES
PESTA RAKYAT SEMUT

19 - VIP

228K 18.2K 3.2K
By Luluk_HF

Assalamualaikum, malam ini kembali lagi dengan Author Luluk HF dan cerita Dua Belas Glen Anggara. Masih selalu nunggu kelanjutannya kan? ^^

Oh ya, seperti biasanya, aku bawa kejutan nih. BONUS YANG SELANJUTNYA ADALAH :

Jadi, waktu kalian ikut PRE-ORDER NOVEL DUA BELAS GLEN ANGGARA  kalian akan dapat SUBSIDI GRATIS ONGKIR SEBESAR ( 20.000) ATAU MAKSUDNYA KALIAN DAPAT POTONGAN ONGKIR SEBESAR 20.000. JADI LEBIH HEMAT KAN ONGKIRNYA ^^

JANGAN LUPA UNTUK IKUT PRE-ORDER NOVEL DUA BELAS CERITA GLEN ANGGARA TANGGAL 1 NOVEMBER 2019 JAM 17:00 DI SHOPEE : luluk_hf 

TENANG AJA KALIAN YANG NGGAK PUNYA REKENING ATAU ATM BAYARNYA BISA DI ALFAMART ATAU INDOMARET KOK . MUDAH BANGET KOK PESANNYA. DOWNLOAD DULU APLIKASI SHOPEE YA DAN DAFTAR. LALU FOLLOW SHOPEE : luluk_hf .

JANGAN SAMPAI KETINGGALAN PRE-ORDERNYA DAN KEHABISAN YAAA ^^ BONUSNYAA BANYAK BANGETT DAN GEMESIINNN ^^

JANGAN LUPA JUGA KASIH BANYAK KOMEN DAN VOTE DI CERITA INI ^^

DAN, SELAMAT MEMBACA ^^

******

Glen benar-benar menyewa ruangan VIP khusus untuk Shena. Untung saja hari itu ruangan VIP sedang kosong, jadi Glen bisa menggunakannya. Glen melihat Shena yang sudah berbaring diatas kasur, gadis itu terlihat sangat tenang tidak seperti dirinnya yang sedari tadi sedikit was-was.

"Kenapa? Lo takut? Kan gue yang bakalan disuntik bukan lo!" ucap Shena tertawa pelan.

Glen hanya bergedik ngeri dengan kedua tangan terlipat didepan dadanya.

"Gue keluar aja boleh nggak?" pinta Glen. "Mendadak otak gue mules nih."

"Nggak boleh, temenin disini," pinta Shena.

Glen pun hanya bisa duduk pasrah di kursi dekat ranjang Shena, Ia melihat Shena yang dipakaikan dua selang ditangannya untuk mulai cuci darah. Mesin dialisis yang ada disebelah Shena mulai bekerja, Glen dapat melihat darah Shena mengalir di dua selang tersebut.

"Sakit nggak?" tanya Glen.

"Nggak, udah terbiasa," jawab Shena. Ia terkekeh pelan melihat raut wajah Glen yang tidak santai. "Biasa aja wajahnya. Beneran nggak sakit," lanjut Shena meyakinkan.

Glen menghembuskan napasnya pelan-pelan, berusaha untuk tenang.

"Berapa lama cuci darahnya biasanya?"

"Tuh ada waktunya di monitornya," ucap Shena menunjuk ke arah monitor. Glen melihat ke arah monitor, matanya terbelalak.

"Tiga setengah jam?" kaget Glen

"Iya, makanya gue pasti ngerasa bosen karena selalu sendiri kalau cuci darah," ucap Shena.

Glen mangut-mangut, jika dia ada di posisi Shena juga pasti bosen. Tiga jam diatas kasur tanpa bisa melakukan apapun.

Shena mendudukan posisinya, Glen berusaha untuk membantu.

"Bisa kuncir rambut gue?" pinta Shena memberikan karet rambutnya.

"Gue nggak pernah kuncir rambut cewek," jujur Glen.

"Sekalipun nggak pernah kuncir rambut cewek?"

"Iya. Tapi gue pernah kuncir bulu kucing Bunda gue. Si Meng."

Shena melirik sinis. "Lo kira rambut gue rambut kucing?"

"Mirip lah dikit."

"Cepetan kuncirin," suruh Shena.

"Iya iya bawel. Beneran kayak emak-emak lo."

"Biarin bawel yang penting gue cantik."

Glen menahan untuk tidak memukul kepala Shena. Ia mulai geregetan sendiri dengan gadis dihadapannya tersebut. Glen pun menerima karet rambut Shena dan pasrah mengikat rambut Shena.

"Pelan-pelan Glen, lo narik kulit rambut gue."

"Nggak usah berisik!"

"Ini rambut manusia Glen, bukan rambut kucing!" protes Shena meringis karena Glen terlalu kuat menarik rambutnya.

"Sama aja! Nggak usah manja. Kucing bunda gue aja santai gue ikat bulunya."

"Jangan samain gue dengan kucing lo!"

Glen tersenyum puas dengan hasil karyanya. "Sudah selesai."

Shena mengelus-elus kepalanya yang masih terasa perih. Ia menatap Glen kesal sedangkan cowok itu hanya tersenyum lebar tak berdosa. Glen kembali duduk di kursinya.

"Gue mau makan, ambilin bekal gue," suruh Shena.

Glen mengeluarkan bekal makan Shena menaruh di pinggir kasur. Ia melakukan apapun yang diminta oleh Shena. Entah kenapa perintah Shena menjadi tidak bisa ditolaknya, otaknya langsung menerima dan tubuhnya langsung bertindak.

Glen membantu membuka kotak makan Shena kemudian menyerahkannya ke Shena. Sedangkan Shena tidak langsung menerima. Ia menatap Glen dengan senyum penuh arti.

"Kalau pacar lo minta disuapin, lo mau nyuapin nggak?" tanya Shena.

"Lo anak TK kah minta disuapin segala?" ledek Glen kejam.

Shena mendecak kesal, cemberut. Shena mencari cara lain.

"Kalau pacar lo yang hidupnya nggak lama lagi ini minta disuapin, lo mau nyuapin nggak Glen?" tanya Shena dengan kalimat dibuat agar lebih menyedihkan.

Glen menghela napas, mengangguk pasrah. "Kasihannya pacar gue ini."

Shena tersenyum senang, caranya kali ini berhasil. Glen pun segera menyuapi Shena dengan sabar.

Suara pintu ruangan Shena dibuka, ada Dokter Andi dan seorang suster masuk untuk memeriksa keadaan Shena. Dokter Andi terkejut melihat keberadaan Glen apalagi cowok itu tengah sibuk menyuapi Shena.

"Ngapain kamu disini Glen?" tanya Dokter Andi sembari berjalan mendekati Shena.

Glen menoleh, kaget melihat kedatangan Dokter Andi.

"Dokter sendiri ngapain disini?" tanya Glen dengan bodohnya.

"Saya memeriksa keadaan Shena, kan saya dokter dia," jawab Dokter Andi. "Lah kamu?"

"Saya juga memeriksa dan menjaga Shena, kan saya pacar Shena," jawab Glen terang-terangan.

Dahi Dokter Andi mengerut, merasa aneh. "Kalian berdua pacaran?" tanya Dokter Andi.

Shena dan Glen mengangguk bersamaan.

"Dia maksa saya buat jadi pacarnya Dok," ucap Glen menuduh Shena.

"Gue nggak maksa, lo sendiri yang bilang mau," balas Shena tak mau disalahkan.

Dokter Andi geleng-geleng, ia memilih tak menggubris perdebatan sejoli ini. Dokter Andi segera memeriksa Shena.

"Apa yang dikeluhkan Shena?" tanya Dokter Andi.

"Beberapa hari ini gampang lelah Dok. Sedikit-sedikit napas sesak dan pingin pingsan."

Dokter Andi tersenyum kecil, mengelus-elus rambut Shena seperti putrinya sendiri.

"Jangan kelelahan ya. Saya nggak bisa kasih kamu obat terus karena fungsi ginjal kamu sudah tidak seperti ginjal normal. Jaga diri kamu dengan baik," pesan Dokter Andi.

"Iya Dok, terima kasih banyak."

Dokter Andi menoleh ke Glen. "Jaga pacar kamu, jangan ajak main terus."

"Kok jadi saya yang disalahin. Dia sendiri yang ngajak main," aduh Glen balik.

"Jangan mau, kalau bisa mainnya dirumah aja. Biar Shena nggak kelelahan."

"Iya Dok. Iya. Siap," pasrah Glen.

"Kalau gitu saya ke pasien yang lainnya. Jangan lupa istirahat yang cukup Shena."

"Iya Dok."

Setelah itu, Dokter Andi keluar bersama dengan perawatnya, membiarkan Glen dan Shena berduaan kembali.

Glen melanjutkan aktivitasnya yang tertunda, menyuapi Shena. Gadis itu memakan cukup lahap, ia merasa senang mendapatkan perhatian seperti ini. Sudah lama sekali Shena tidak merasakan ada orang yang benar-benar memperhatikannya dan peduli kepadanya selain Mamanya.

"Gue boleh tanya?" Shena membuka pembicaraan.

"Apa?"

"Tipe ideal cewek lo kayak gimana?" Shena melontarkan pertanyaanya.

Glen terlihat tetap tenang mendengarkan pertanyaan Shena, seolah itu pertanyaan yang mudah.

"Nggak punya," jawab Glen cepat.

"Kenapa nggak punya?"

Glen meletakkan sendok dan bekal Shena di pinggir kasur, lalu menatap Shena.

"Karena gue sedang nggak tertarik sam..."

"Lo homo? Lo nggak suka cewek?" lantang Shena refleks, Glen pun buru-buru menutup mulut Shena dengan tangannya.

"Bisa nggak pakai teriak-teriak?"

Shena mengangguk-angguk, perlahan Glen membuka bungkamannya. Ia kembali duduk.

"Lo homo? Lo nggak suka cewek?" ulang Shena dengan suara lebih lirih.

Glen mendecak kesal, menjitak dahi Shena.

"Nggak usah diulang juga pertanyaanya Jubaedah!"

"Ya Maaf," lirih Shena cemberut.

"Gue normal! Sangat normal! Gue cuma masih malas pacaran dan nggak mikirin tipe ideal cewek yang gue suka seperti apa. Bagi gue semua cewek sama aja."

"Sama aja? Gue juga sama kayak cewek-cewek kebanyakan?"

"Kalau lo beda," ucap Glen sembari tersenyum.

Perkataan Glen barusan berhasil membuat Shena tersentuh, hatinya berbunga-bunga dan pipinya merona. Shena senang mendengarnya.

"Gu... Gue beda? Kenapa?"

"Iya lo beda. Lo lebih galak daripada kebanyakan cewek, lebih pucet daripada kebanyakan cewek dan lebih menyedihkan daripada kebanyakan cewek," terang Glen panjang lebar.

Senyum dibibir Shena perlahan menghilang berubah dengan sorotan tajam.

"Tuh kan galaknya mau keluar? Tuh kan!" olok Glen sembari menunjuk mata Shena.

Shena mendesis kesal, mengembungkan pipinya seperti anak kecil.

"Selalu aja kejam kalau ngomong," cibir Shena.

Glen hanya tersenyum mendengar perkataan Shena. Keheningan terjadi kembali diantara keduanya. Hingga terdengar suara ponsel Shena yang bergetar, memecah keheningan mereka.

Glen melihat Shena menerima telfon dari Mamanya.

"Iya Ma, Shena cuci darah kok hari ini. Seriusan."

"Shena diantar Glen Ma, nggak perlu khawatir."

"Mama fokus kerja aja nggak usah pikirin Shena."

"Iya Ma. Jangan capek-capek ya."

"Shena sayang Mama juga. See you."

Dari percakapan singkat itu, Glen bisa menyimpulkan bahwa Shena sangat menyayangi Mamanya begitupun sebaliknya. Glen bersyukur Shena memiliki Mama yang memberikan perhatian yang luar biasa dan mendukung Shena, sehingga membuat Shena selalu kuat dan bertahan tanpa menyerah dengan penyakitnya.

"Mama lo kerja dimana?" tanya Glen ingin tau.

"Kerja di toko sayur jam tiga pagi, kerja di restoran sebagai tukang cuci di pagi hari dan sebagai cleaning servicedi Mall sore harinya."

Glen terkejut mendengarnya. "Kerja sebanyak itu dalam satu hari?"

"Iya. Mama harus bayar biaya pengobatan gue yang cukup mahal. Makanya kadang gue pingin nyerah dan pergi aja. Biar Mama nggak hidup susah seperti ini," jawab Shena, mengalihkan pandangannya dengan hampa.

Glen tertegun sesaat, tidak menyangka hidup Shena dan Mamanya seberat ini. Alasan Shena membuat dua belas listsemakin bisa Glen mengerti. Gadis ini memang benar ingin menjalani hidup dengan bahagia disisa umurnya.

"Kenapa diam? Lo tambah kasihan sama gue?" tanya Shena sembari tersenyum, berusaha bersikap biasa.

"Iya, sangat kasihan," jawab Glen jujur.

Glen memasukkan kembali bekal makan Shena ke paperbagdan meletakkan dibawah.

"Gue emang pantas buat dikasihani,"

"Sangat pantas."

Shena mendecak pelan, memberikan tatapan sebal.

"Sekarang gantian, ceritain tentang lo," suruh Shena. Ia memang cukup penasaran dengan sosok pacarnya ini. "Biar kita bisa lebih tahu dan lebih dekat."

"Tentang gue? Bukannya udah terlalu jelas dan lo udah tau?"

"Apa?" bingung Shena.

"Gue cowok berwajah tampan yang kaya raya dan baik hati," jawab Glen bangga.

"Gue tanya serius!" tajam Shena.

Glen memberikan cengiran tak berdosa. "Lo ingin tau tentang apa?" tanyanya kembali serius.

"Umur lo berapa dan lo anak keberapa dikeluarga lo?"

"Tahun depan sembilan belas tahun dan gue anak tunggal dikeluarga gue."

"Berarti tahun ini harusnya tahun pertama lo masuk universitas? Lo kuliah dimana?"

Glen terdiam, bingung harus menjawab apa. "Gue belum pingin kuliah, gue bingung mau kuliah dimana dan jurusan apa."

"Kenapa gitu?"

"Karena gue masih ingin hidup bebas dan gue masih mencari hal yang gue sukai, passiongue."

"Kenapa nggak masuk perfilman atau seni rupa atau ilmu komunikasi? Lo suka fotografi kan? Suka kamera kan?" saran Shena.

Glen kembali terdiam, ucapan Shena barusan berputar terus dikepalanya. Hal yang tidak pernah dipikirkannya hingga sekarang. Perkataan Shena seolah membuka gerbang jawaban yang selama ini dicarinya.

"Karena itu yang lo sukai, pasti lo akan senang ngejalaninnya," ucap Shena memberikan dukungannya.

Shena tersenyum, memberikan tatapan hangat ke Glen.

"Nggak selamanya hidup bebas itu menyenangkan. Hidup juga perlu arah dan tujuan Glen," ucap Shena mulai menasehati. "Lo harusnya bersyukur bisa diberi kesempatan bisa kuliah, bisa mengejar impian lo dan bisa melakukan hal yang lo sukai. Lo mau jadi kayak gue?"

Glen refleks menggelengkan kepalanya. Jawaban Glen membuat Shena terkekeh pelan.

"Gue harus berhenti ngejar mimpi gue, buang jauh-jauh mimpi gue dan selalu dibatasi untuk melakukan apapun yang gue suka. Rasanya sangat menyiksa dan tidak enak. Jadi jangan sia-siakan hidup lo yang berlimpah kenikmatan itu."

Shena melemparkan senyumnya. "Banyak orang yang ingin ada disisi lo saat ini, seperti gue contohnya."

Glen menatap kedua mata Shena lekat. Gadis itu tidak berkaca-kaca seperti tadi siang. Ia terlihat lebih tegar. Seolah dia sudah menerima kenyataan hidupnya dengan pasrah.

"Memangnya apa mimpi lo?" tanya Glen.

"Gue ingin jadi seorang enterpreneur yang sukses, punya bisnis sendiri dan punya uang yang melimpah biar bisa buat Mama gue bahagia dan nggak perlu hidup susah seperti sekarang," jawab Shena jujur. "Gue dulu pernah ambil jurusan International Business, tapi terpaksa berhenti sejak gue kena penyakit ini. Gue terpaksa pulang ke Indonesia."

Glen tidak tau harus memberikan reaksi bagaimana. Saat ini ia tidak ingin memperlihatkan rasa ibanya ke Shena. Glen salut melihat Shena yang bisa tegar seperti ini. Selama mengenal Shena, Glen secara tidak langsung telah diajarkan tentang arti hidup.

Yah, Shena memang berbeda dengan gadis-gadis lain diluar sana.

"Hal yang lo suka apa? Seperti makanan dan minuman?" tanya Shena mengalihkan topik secepat mungkin.

"Lo inget Mbak Wati penjaga kantin SMA kita nggak?" tanya Glen iseng.

Shena berusaha mengingat. "Ah, Mbak janda penjual cireng yang sering digodain anak-anak cowok?"

"Bener banget."

"Kenapa? Lo suka sama dia?" tuding Shena.

"Gue suka sama cirengnya! Yang bener aja gue suka sama janda."

Shena memberikan tatapan curiga. "Jangan bilang lo salah satu cowok yang sering godain Mbak Wati?"

"Gue yang sering digodain Mbak Wati, bukan Mbak Wati yang sering godain gue!" protes Glen.

"Oh gitu hehe," timpal Shena canggung. "Tapi emang cirengnya enak banget sih."

"Lo mau gue beliin?"

"Gue nggak bisa makan itu."

"Ya lo liatin aja, siapa tau bisa mendadak kenyang," ucap Glen asal.

"Lo lagi ngelucu?"

"Iya. Lucu nggak?" tanya Glen memberikan senyum lebarnya.

"Sama sekali nggak!"

"Oke kalau gitu, besok lagi gue coba ngelucunya."

Shena tertawa pelan, meskipun sangat receh tapi kali ini berhasil membuatnya tertawa. Selama beberapa kali bertemu Glen, dan dekat dengan Glen, Shena mengetahui bahwa Glen memiliki sifat yang tidak tegaan, sedikit galak, absurd, konyol, blak-blakan dan sangat baik kepadanya.

"Kalau lo sendiri suka makan dan minum apa?" tanya Glen kembali serius.

"Dulu gue suka banget makan pizza dan semua minuman bersoda, tapi sekarang gue lebih suka makan pisang kukus."

"Pisang kukus?"

"Iya. Setidaknya itu makanan yang paling enak diantara makanan lainnya."

Glen dan Shena semakin larut dalam obrolan mereka untuk mengetahui satu sama lain lebih dalam. Tak jarang Shena dibuat ketawa dan kesal karena tingkah dan ucapan gila Glen. Untuk pertama kalinya, Shena merasa tidak bosan dan tidak takut ketika melakukan dialisis (cuci darah).

****

Setelah selesai cuci darah, Glen langsung mengantarkan Shena pulang, selama perjalanan di dalam mobil mereka masih terus berbincang. Glen maupun Shena merasa nyaman dan nyambung dengan topik obrolan mereka.

Shena merasa Glen tidak sebodoh yang dikiranya. Cowok itu tau banyak hal jika Shena bertanya. Apalagi jika tentang topik bisnis. Glen cukup banyak mengerti.

"Lo ngerti banyak masalah bisnis, seperti segmentasi, peluang dan pasar. Kenapa lo nggak coba ambil kuliah di ekonomi dan bisnis?" tanya Shena.

Glen bergumam pelan. "Gue cuma sekedar tau karena Papa sering ngajak gue ketemu client-clientnya, selebihnya gue nggak tau apa-apa. Jadi jangan berekspektasi tinggi tentang otak gue," ungkap Glen.

Shena tertawa, baru kali ini dia bertemu dengan orang yang sukanya malah menjelek-jelekan dirinnya sendiri.

"Lo beneran nggak pingin kuliah?" tanya Shena.

"Pingin, tapi nggak sekarang."'

"Kuliah ya, jangan sampai enggak," pesan Shena sungguh-sungguh

"Iya."

"Lo udah janji sama gue!"

"Iya iya Mbak Mawar. Bawel."

Shena mendesis pelan, ia mengeluarkan ponselnya ada pesan dari Mamanya, menanyakan keberadaanya. Shena pun fokus membalas pesan Mamanya.

"Wishselanjutnya apa?" tanya Glen.

"Ah... iya.." seru Shena hampir lupa. Ia memasukkan kembali ponselnya. Shena berusaha mengingat list-nya.

"Apa?" tanya Glen tak sabar.

"Gue ingin makan malam romantis," ungkap Shena.

"Kan udah gue bilang, gue bukan cowok romantis dan nggak bisa jadi romantis," protes Glen.

"Harus bisa, kan lo udah janji bakalan kabulkan keinginan gue," paksa Shena.

Glen hanya bisa menghela napas berat, kepalanya sudah terasa pusing memikirkan wishShena barusan.

"Kemarin udah jadi Lee Minho, besok gue jadi siapa lagi?" gerutu Glen meratapi nasibnya.

Shena terkekeh pelan, gemas melihat raut frustasi Glen.

"Lo bisa main gitar nggak?" tanya Shena.

"Kenapa? Lo mau makan gitar?" celetuk Glen asal.

"Bukan. Nyanyiin lagu buat gue sambil gitaran," pinta Shena.

"Lo makin banyak maunya ya?"

"Kan gue cuma bantu gimana jadi cowok romantis," ucap Shena.

"Mau lagu apa? Bang Jono? Jarang goyang atau cendol dawet?" tawar Glen tanpa dosa.

Deretan gigi Shena menggertak, kekesalanya mulai memuncak. Shena berusaha untuk sabar, mengontrol emosinya yang ingin meledak karena Glen.

"Pokoknya gue mau lo nyanyi sambil gitaran buat gue,"

"Nggak sekalian aja lo nyuruh gue nyanyi di depan lampu merah?"

"Lo mau gue suruh gitu?" sinis Shena.

"Ya... En.. Engakk."

Shena mendesis pelan. "Pokoknya wishkeempat ditunggu ya."

Glen hanya diam tak menjawab, kepalanya masih terasa berat tak bisa berpikir jernih. Bingung harus berbuat apa. Harus bagaimana!

*****

#CuapCuapAuthor

BAGAIMANA PART INI? SUKA NGGAK? SEMOGA SUKAA YAA AAMINNNN ^^

HMMM... KIRA-KIRA KALI INI GLEN BERGURU SAMA SIAPA LAGI YA?

MENURUT KALIAN GLEN BAKALAN KE RUMAH SIAPA? HIHIHIHIHIHI

PENASARAN SAMA KELANJUTANNYA?

DITUNGGU PART SELANJUTNYAA YAAA ^^

Jangan lupa bantu SHARE ke teman-teman kalian, keluarga kalian, saudara-saudara dan tetangga kalian untuk baca Novel Dua belas Cerita Glen Anggara.

Jangan lupa juga Comment dan Vote selalu paling ditunggu banget dari kalian semuaaa ^^

BANYAKIN KOMEN DAN VOTE KARENA ITU YANG PALING AUTHOR DITUNGGU BANGET DARI KALIAAN SEMUAA ^^

JANGAN LUPA JUGA SEMANGAT NABUNG DAN TANGGAL 1 NOVEMBER JAM 17:00 WIB IKUTI PRE-ORDER NOVEL DUA BELAS GLEN ANGGARA ^^

AYO SEMANGAT NABUNG DAN BELI NOVELNYA YAA ^^ DIJAMIN NGGAK BAKAL NYESEL. CERITANYA YANG GEMESIN, DAN BONUSNYA YANG LUAR BIASA BANYAK DAN SPESIAL UNTUK KALIAN SEMUAA APALAGI DITAMBAH ADA POTONGAN ONGKIRNYA  ^^

UDAH HARGA NOVEL-NYA NGGAK LEBIH DARI 100K, SEMUA BONUSNYA GRATIS LAGI. KAPAN LAGI KAN DAPAT NOVEL DENGAN BONUS TERBANYAK SEPERTI INI? JANGAN SAMPAI KELEWATAN IKUTI PRE-ORDER NOVEL DUA BELAS GLEN ANGGARA YAA ^^

DAN, TERUS BACA DAN SUKA NOVEL DUA BELAS CERITA GLEN ANGGARA.

TERIMA KASIH BANYAAK UNTUK SUPPORT KALIAN SEMUA DAN SELALU CINTA KALIAN SEMUAA. SEMANGAT SEMUANYAA ^^


Salam,


Luluk HF

Continue Reading

You'll Also Like

11.9K 1.4K 7
[Comedy][Romantis] Tidak ada angin tidak ada hujan yang ada Jeno dipaksa orang tuanya untuk tinggal di apartemen "Anak gadis itu rapiin dulu bajunya...
MARIPOSA By LULUK_HF

Teen Fiction

133M 4.3M 54
(NOVEL MARIPOSA SUDAH ADA DI GRAMEDIA SELURUH INDONESIA) Maaf ini bukanlah cerita Bad boy yang bertemu good girl. Maaf juga ini bukanlah cerita Bad B...
1.5M 145K 31
SUDAH TERBIT-Beberapa chapter telah diunpublish-[BOOK ONE OF COMPASS BOY TETRALOGY-Pemenang Wattys 2019 kategori Young Adult] Katanya, yang terbaik a...
4.1M 246K 60
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...