GARANCA

By Nadainun13

359K 23.8K 3.5K

Tentang Garkano Arthure Virgama. Sosok laki-laki yang identik dengan jaket denim biru berkerah hitam Sosok la... More

GARKANO ARTHURE VIRGAMA
BIANCA MAUDY AYUMNA
GARANCA | 00
GARANCA | 01
GARANCA | 02
GARANCA | 03
GARANCA | 04
GARANCA |06
GARANCA | 07
GARANCA | 08
GARANCA | 09
GARANCA | 10
GARANCA | 11
GARANCA | 12
GARANCA | 13
GARANCA | 14
GARANCA | 15
GARANCA | 16
GARANCA | 17
GARANCA | 18
GARANCA | 19
GARANCA | 20
GARANCA | 21
GARANCA | 22
GARANCA | 23
GARANCA | 24
GARANCA | 25

GARANCA | 05

10.4K 1.2K 97
By Nadainun13

Sebelum lanjut membaca yuk vote dulu part ini..

Oh iya kalian dari daerah mana nih??

Jangan lupa tinggalkan komentar jugaaa yaa gaess..

|_____ HAPPY READING___|



Hal apa saja yang ingin kalian dapatkan ketika pulang sekolah?

Jika Bianca ia hanya ingin mendapatkan sambutan hangat dari Mamah nya. Juga ketenangan dan kenyamanan. Hanya saja semua itu sirna begitu ia masuk ke dalam rumah dan melihat sepasang manusia sedang duduk berdua di ruang tamu. Terlihat wanita dengan pakaian cukup ketat tengah bersandar di bahu laki-laki berkemeja biru dengan tangan melingkar di pinggang laki-laki itu.

Dada perempuan itu terasa sakit. Gertakan giginya terdengar bersamaan dengan kepalan tangan yang mampu membuat buku-buku nya sampai memutih. Bianca mendekat dengan emosi meluap di dalam benaknya. Kedatangan perempuan tersebut mengejutkan Laras dan Fariz. Keduanya langsung memberi jarak.

   "Anda kenapa ada di sini?!" sarkas Bianca. Sorotan matanya sangat tajam. Kedua tangannya masih setia mengepal di kedua sisi badan.

Lelaki itu tampak mengulas senyumnya. "Bia udah pulang? Gimana sekolahnya?"

Bianca berdecih kasar. "Gak usah sok akrab! Lebih baik anda keluar dari rumah saya sekarang!!"

   "Bianca!" Laras langsung menegur putrinya dengan nada tinggi. Tatapan wanita itu kepada Bianca mengisyaratkan kemarahan. "Yang sopan ya kamu, dia tamu Mamah gak pantas kamu mengusirnya."

Bianca tertawa hambar. Dadanya semakin perih ketika kenyataan akan Laras yang begitu membela lelaki itu Bianca dapatkan. "Apa perlu saya tunjukan di mana pintu keluar nya?" tanya Bianca tanpa merespon ucapan Laras.

   "Bia tadi Om belikan kamu brownies coklat, kamu suka kan? Jangan lupa di makan ya. Ya sudah Om pamit sekarang." Fariz mengambil jas kantor yang tergeletak di tangan sofa.

    "Kalau perlu jangan pernah injakan kaki Anda di rumah ini lagi!" Fariz hanya tersenyum membalas kemarahan Bianca.

   "Ya udah Om Pamit ya."

    "Mas__"

     "Saya ada kerjaan juga."

    "Ya udah biar aku anter."

Bianca benar-benar muak melihat itu semua. Kedua matanya panas. Goresan itu semakin dalam dia terima. Sakit dan perih melihat Laras seperti ini.

   "Bianca!"

PLAK!

Tamparan di pipi kanan Bianca dapatkan kala ia menoleh akibat suara panggilan dari Mamah nya. Kuatnya tamparan itu sampai membuat pipi Bianca menoleh. Beberapa rambut ikut turun menutupi wajahnya. Pipinya berkedut nyeri dan rasa panas menguar begitu saja. Tangan kanan Bianca menyentuh pipinya, ia menenggak kepalanya menatap Laras dengan tatapan yang sulit di artikan.

   "Sudah berapa kali Mamah bilang. Jangan jadi ANAK KURANG AJAR BIANCA!!" Laras berteriak marah sampai membuat asisten rumah tangga nya yang sedang di dapur langsung keluar.

   "Mah! Bianca gak akan jadi anak kurang ajar kalau Mamah dengerin Bia!"

PLAK!

Satu tamparan lagi Bianca dapatkan dari tangan Laras. Tangan Mamah nya begitu ringan berbuat kekerasan kepadanya. Bianca merasa pipinya akan lebam. Dia tidak bohong pipinya terasa sakit sekarang. Kedua mata Bianca memanas.

    "Berani kamu bentak Mamah! Kamu mau jadi anak durhaka?!" suara Laras naik satu oktaf.

Bianca memejamkan kedua matanya erat merasakan rasa sakit yang menjalar di dadanya. Ia kembali membuka matanya cepat. "Terserah Mamah. Bia capek." Bianca mengambil langkah lebar meninggalkan Laras dan tidak mengindahkan teriakan-teriakan Laras.

Jika Bianca terus berdebat dengan Mamahnya. Tidak ada titik akhir sampai Bianca sendiri yang mengalah. Dan lebih baik Bianca keluar. Karena Laras akan terus memarahinya kalau Bianca memilih tetap di rumah.

Perempuan itu kembali menyalakan motor scoopy nya keluar dari pekarangan rumah. Entah saat ini tujuannya akan kemana.

Motor ninja hitam milik Garkano berhenti di halaman parkir salah satu kafe di kotanya. Kafe yang cukup terkenal di kotanya. Dan owner nya adalah Mamah nya sendiri. Setelah melepaskan helmnya. Laki-laki dengan balutan jaket bewarna biru kerah hitam itu itu menuruni motornya dan melangkah memasuki kafe. Karena Juna tidak jadi ke rumah nya makanya Garkano pergi ke sini.

Bunyi lonceng penanda pintu terbuka terdengar. Beberapa pengunjung kafe menoleh. Sebuah respon spontan ketika telinga mereka menerima reseptor. Laki-laki itu melangkah ke meja yang di tempati wanita cantik yang sibuk menatap ponselnya.

Garkano menarik kursi kemudian ia duduki. "Assalamualaikum, Ma," salam Garkano membuat Keysha mendongak.

Wanita itu mengulas senyumnya. "Waalaikumsalam, tumben kamu ke sini Bang?"tanya Keysha karena Garkano paling malas datang ke kafe. Alasan simple dia risih mendapat banyak tatapan-tatapan dari pengunjung kafe perempuan. Seperti yang terjadi saat ini.

Garkano menghela napas. "Mampir aja," jawabnya.

   "Mau makan apa? Biar Mama ambilkan."

   "Gak perlu Ma, belum laper."

    "Atau mau ada yang di ceritakan? Gimana di sekolah?" tanya Keysha. Sebenernya pertanyaan seperti ini selalu ia tanyakan kepada anak-anaknya sejak mereka kecil. Bagi Keysha sekecil apapun masalah yang di hadapin anak-anaknya di sekolah Keysha harus mengetahui nya. Agar Keysha bisa membantu mereka. Bagaimana pun orang tua adalah faktor penting dalam pertumbuhan anak.

Garkano menggeleng pelan. Laki-laki itu tersenyum tipis. Keysha yang sudah paham bagaimana karakter putra nya itu hanya menghela napas saja. Seulas senyum tercetak ketika ia mengelus kepala anaknya. "Ya udah Mama mau ke dalam dulu. Kamu harus cobain menu terbaru di kafe Mama."

Keysha bangkit dari kursinya lalu beranjak ke dapur untuk mengambilkan menu terbaru yang akan lauching di kafe oftaria.

Garkano mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi browser. Jari laki-laki itu mengetik sesuatu di kolom pencarian. Garkano mencroll layar ponselnya mencari sebuah situs yang ia butuhkan. Garkano mengklik salah satu situs yang di buat sekitar dua tahun lalu. Darahnya berdesir sangat deras membaca judul dari artikel tersebut.

   "Woy!"

Konsentrasi Garkano terbelah oleh seruan seseorang yang cukup keras di depannya. Laki-laki itu mendongak dan melihat perempuan yang duduk di hadapan nya.

Bianca duduk di kursi yang sempat Keysha duduki tadi. Wajah perempuan itu di buat cerah dan berbinar. Sangat berlawanan dengan keadaan hatinya. "Lo cowok yang ketimpuk sepatu gue kemarin kan? Lo juga cowok brengsek yang gak nolongin gue tadi pagi kan?"

Garkano menaikkan satu alisnya seolah bertanya tujuan perempuan itu kemari.

Bianca berdecak pelan. "Pasti lo dendam gara-gara sepatu gue nimpuk lo kan? Gue juga sekarang dendam sama lo. Btw nama lo siapa?" cerocos Bianca. Kedua mata perempuan itu mengerjap menunggu laki-laki di depannya itu berbicara.

Bianca memiringkan kepalanya ke kiri. Lalu ke kanan. Hal itu membuat bola mata Garkano mengikuti gerakan kepala perempuan itu. Alhasil Garkano kembali menatap layar ponselnya.

Bianca membelalak seraya membuka mulutnya. Laki-laki itu mengacuhkannya? " Sama-sama numpang di bumi aja, sombongnya kaya yang punya sertifikat bumi."

Garkano menaikan pandangannya. Ia benar-benar malas berurusan dengan perempuan itu sekarang.

   "Pergi," suruh Garkano dengan suara berat khas nya.

Bianca mengerutkan dahinya sebentar lalu mengangguk seperti paham akan sesuatu. "Jadi nama lo pergi? Lo pasti punya kembaran namanya pulang kan?"

Jika orang lain pasti sudah berekspresi cengo mendengar ucapan ngaco Bianca. Berbeda dengan Garkano yang semakin memperlihatkan ekspresi datar nya.

  "Gue yakin sih  pasti  sebelum lahir lo itu miskin makanya di ciptain nya dapet yang paket hemat."

Bianca benar-benar bingung apakah laki-laki itu sedang kesal, marah, risih atau bagaimana karena kehadiran Bianca. Wajahnya tidak mengeluarkan ekspresi sebagai bentuk apa yang sedang ia rasakan.

Garkano mendengus. "Lo! Pergi!"

   "Gue Bianca," kata Bianca membenarkan. "Pergi kan nama lo."_

Tahan Garkano tahan.

Deheman seseorang membuat bibir Bianca yang ingin kembali berbicara jadi tertutup kembali. Keduanya kompak menoleh mendapati Keysha yang berdiri sambil menatap bingung kearah Bianca. Kenapa perempuan itu bisa duduk semeja dengan putranya? Setau Keysha, Garkano tidak pernah dekat dengan perempuan manapun.

Garkano langsung menatap Bianca tajam. Isyarat agar perempuan itu segera pergi. Garkano tidak mau Keysha salah paham dan mengira Garkano punya hubungan khusus dengan perempuan itu.

   "Tante owner kafe Oftaria ini kan?" tanya Bianca menebak.

Keysha mengangguk ramah. Ia meletakan sepiring menu spesial di depan Garkano. "Kamu siapa? Kok baru liat di sini."

   "Saya__" Bianca menggantungkan ucapannya. Ia menatap penuh kejahilan kearah laki-laki itu. "Saya Bianca Tante, pacarnya Jono," kata Bianca sambil tersenyum sopan.

Keysha mengerenyit bingung. "Jono? Ini?" Keysha menunjuk putranya dengan ragu.

   "Iya Tante, itu karena orang tuanya jawa banget gitu makanya masih namain anaknya Jono walaupun jaman sekarang. Jonowongso."

   "Oh begitu ya, oh iya kenalin nama Tante Keysha." Keysha mengulurkan tangannya kepada Bianca dan di sambut sopan oleh perempuan itu.

Bianca menganggu sopan. "Salam kenal Tante."

    "Di makan ya Bang, Mama mau ke dapur lagi."

Tap!

Tatapan Bianca berubah seketika. Wajah berbinar perempuan itu berganti dengan wajah kaget sekaligus panik. Kedua kelopak matanya terbuka lebar. "Tante?" Bianca menutup mulutnya dengan kedua tangan.

Keysha tersenyum ramah. "Iya Tante Mama nya Jonowongso."

   "Tante Mama nya Garkano."

Tolong siapapun berikan Bianca ilmu untuk menghilang sekarang juga. Sungguh sekarang Bianca benar-benar ingin menenggelamkan dirinya di samudra. Perempuan itu menutup wajahnya. Et tunggu! Sejak kapan seorang Bianca punya malu.

   "Bang lain kali bawa pacar nya ke rumah, punya pacar kok gak di kenalin ke Mama." Walaupun yakin tidak yakin sih bahwa perempuan itu benar-benar pacar putra nya. Mengingat Garkano yang begitu dingin dengan perempuan.

Garkano berdecak sebal. "Bukan Ma."
Terdapat penekanan yang ingin sekali Garkano yakinkan kepada Keysha.

Keysha tidak menjawab dan melangkah kembali menuju dapur. Menyisihkan Garkano dan Bianca yang memikirkan sesuatu.

  Garkano yang tidak mau banyak bicara dengan perempuan itu memilih segera beranjak dengan membawa sepiring makanan yang Keysha berikan.

Bianca yang masih berkelana dengan pikirannya sendiri tidak menyadari kepergian cowok berjaket denim biru itu.

Satu yang sedang Bianca pikirkan. Jadi laki-laki ini adalah Garkano? Garkano Arhure Virgama? Orang yang dia bilang berkaca mata, dekil, dan jelek?

  "Eh lo__ loh?!" Bianca terkejut karena saat kesadarannya kembali ia malah tidak menemukan keberadaan laki-laki jangkung itu. Perempuan tersebut menoleh ke sekitar tempat itu. Dan matanya menerawang ke arah luar. Laki-laki itu sedang mengeluarkan motor dari tempat parkiran.

   "Sialan tuh cowok!"



Gimana sampai part ini menurut kalian wkwk.

Jangan lupa tinggalkan jejak.

Vote dan komen💜💜

Saran dan kritik juga yaa💜💜

See you💜💜

Continue Reading

You'll Also Like

6.7M 218K 75
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
337K 11.6K 26
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
427K 22.7K 72
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
692K 32.4K 47
selamat datang dilapak ceritaku. 🌻FOLLOW SEBELUM MEMBACA🌻 "Premannya udah pergi, sampai kapan mau gini terus?!" ujar Bintang pada gadis di hadapann...