AREKSA

By MartabakKolor

32.7M 3.2M 1.2M

"Perasaan kita sama, tapi sayang Tuhan kita beda." ****** Areksa suka Ilona Ilona juga suka Areksa Tapi merek... More

PROLOG
SATU
DUA
TIGA
EMPAT
LIMA
ENAM
TUJUH
DELAPAN
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
DUA BELAS
TIGA BELAS
EMPAT BELAS
LIMA BELAS
ENAM BELAS
DELAPAN BELAS
SEMBILAN BELAS
DUA PULUH
DUA PULUH SATU
DUA PULUH DUA
DUA PULUH TIGA
DUA PULUH EMPAT
DUA PULUH LIMA
DUA PULUH ENAM
DUA PULUH TUJUH
DUA PULUH DELAPAN
DUA PULUH SEMBILAN
TIGA PULUH
TIGA PULUH SATU
TIGA PULUH DUA
TIGA PULUH TIGA
TIGA PULUH EMPAT
TIGA PULUH LIMA
TIGA PULUH ENAM
Notifnya Ga Ada
TIGA PULUH TUJUH
TIGA PULUH DELAPAN
TIGA PULUH SEMBILAN
EMPAT PULUH
EMPAT PULUH SATU
TEASER AREKSA
EMPAT PULUH DUA
TEASER AREKSA 3
EMPAT PULUH TIGA
EMPAT PULUH EMPAT
GIVE AWAY
EMPAT PULUH LIMA
VOTE COVER DAN GIVE AWAY
EMPAT PULUH ENAM
EMPAT PULUH TUJUH
EMPAT PULUH DELAPAN
Info Novel
INFO PENTING!
EMPAT PULUH SEMBILAN
PO DIMULAI
LIMA PULUH : SAMUEL-AZURA
SPOILER NOVEL
SAMUEL
Special Offer AREKSA
PRE ORDER Lagi
OFFICIAL JACKET DIAMOND GANG

TUJUH BELAS

480K 57.6K 20.2K
By MartabakKolor

Yang Baca Cerita Ini Wajib Follow Instagram :

@gang_diamnd
@wp.martabakkolor
@iiiitaaaa_12

1000 vote + 1000 komen untuk next!

****

"RENZO!!" teriak Ilona membuat atensi membuat yang lain menatap bingung ke arahnya

Areksa mengikuti arah pandang gadis itu. Seorang cowok berpakaian serba hitam yang tengah berdiri di pinggir jalan itu membalikkan tubuhnya, hendak pergi dari sana. Kening Areksa bergelombang melihat cowok seumuran dengannya itu.

"Hampir mirip," gumam Areksa lalu kembali menatap ke arah Ilona.

"Gue kira itu Renzo." Ilona menghela napas berat.

"Sering dapet teroran akhir-akhir ini bikin lo kebayang dia terus, Na," timpal Samuel yang duduk lesehan di depan Ilona. Yang lain mengangguk setuju dengan perkataan Samuel.

"Renzo udah nggak ada. Jangan bikin dia nggak tenang di alam sana," balas Canva.

"Lo bener, Can. Renzo nggak mungkin masih hidup. Gue yakin ini ulah orang lain," ujar Areksa.

"Mmm." Ilona menggigit bibir bawahnya kuat membuat Areksa langsung memegang bibirnya dengan jari telunjuk.

"Jangan digigit," peringat Areksa yang langsung dituruti oleh Ilona. Gadis itu terlihat hendak mengatakan sesuatu dari mimik mukanya.

"Ngomong aja kali, Na," ujar Farzan yang paham dengan maksud Ilona. Cowok itu menyenderkan punggungnya di punggung Marvin yang asyik bermain handphone.

"Menurut kalian, gue ini terlibat sama kasus kematiannya Renzo?" tanya Ilona dengan pandangan yang mengarah satu persatu kepada sahabat-sahabatnya.

"Ini bukan salah lo, Na. Tapi gue yakin banyak yang nyalahin lo dalam kasus itu." Areksa berujar risau.

Marvel menatap ke arah Ilona yang terlihat merenung dengan tatapan kosong. "Lo nggak salah."

Ilona langsung menatap ke arah Marvel. Cowok yang satu itu memang susah sekali untuk ditebak. Bahkan Marvin sendiri mengaku tidak bisa mengetahui jalan pikiran Marvel yang berubah-ubah.

"Dia bisa masuk ke markas kita yang sebelumnya gak pernah ada yang bisa masuk selain kita-kita sendiri. Ilona juga pernah dapet teror di sekolahan. Mungkin nggak kalau pelakunya itu orang terdekat di antara kita?" Samuel beropini. Ketua dari Dimaond itu memandang penuh tanya ke arah anggotanya.

"Bisa jadi. Tapi ... siapa kira-kira?" tanya Marvin membuat mereka semua bungkam.

♥ ♥ ♥

"ITU PECI GUE, VIN! JANGAN MALING LO!"

Farzan berteriak heboh sembari memakai baju koko warna putihnya. Marvin yang memang tidak membawa peci itu pun langsung melempar peci milik Farzan yang sengaja ia ambil. Cowok bergamis hitam itu berdecak sebal.

"Ya elah, masa gue jum'atan nggak pakai peci," gerutu Marvin.

"Daripada nggak pakai baju," timpal Canva membuat yang lain tertawa.

Mereka kini tengah berada di markas. Mayoritas anggota Diamomd memang beragama Islam. Empat di antaranya yaitu Areksa, Kevin, Alex, dan Gavino memang tidak seiman dengan mereka.

"Keburu telat, buruan sono!" titah Areksa disertai gelengan heran di kepalanya. Sahabatnya itu memang sangat ribet.

"Kita berangkat ke masjid dulu, Sa. Lo sama yang lain jaga markas, ya," ujar Samuel. Cowok itu menepuk pundak Areksa lalu berjalan ke depan untuk menaiki kendaraannya disusul oleh yang lainnya.

Areksa tersenyum melihat kepergian para sahabatnya.

"Gue mau tidur dulu," ujar Alex. Cowok itu merebahkan tubuhnya di atas sofa. Faktor kelelahan membuat cowok itu merasa ngantuk.

Areksa mengangguk begitu juga dengan Kevin dan Gavino.

Areksa memainkan handphone miliknya karena merasa bosan. Areksa bukan tipikal cowok yang suka sekali membuka sosmed. Ia beralih menatap Ilona yang baru saja kembali dari belakang. Beberapa bagian tubuhnya terlihat basah, mungkin terkena air wudhu.

"Gue sholat dulu, Sa," ujar Ilona.

Areksa mengangguk membuat Ilona langsung masuk ke dalam kamar. Cowok itu menatap Ilona dengan tatapan sendu. Ia memutuskan untuk berdiri dan mengintip gadis itu dari pintu yang sedikit terbuka.

Areksa tahu kalau perasaan ini tidak seharusnya ada. Ia dan Ilona berbeda.

♥ ♥ ♥

"WAH! ADA PAINAN NIH!"

Kalian pasti tahu siapa yang berteriak kencang seperti orang gila di pinggir jalan. Ya, itu adalah Azzam si tetangga menyebalkan. Dengan wajah tengilnya, cowok yang sekarang memakai boxer bermotif ayam itu melambaikan tangan kepada Areksa dan Ilona.

PAINAN itu singkatan dari PAsangan beda keyakINAN. Kurang ajar memang. Bukan Azzam namanya kalau tidak suka menganggu ketenangan orang. Bahkan sekarang, cowok bule itu membawa satu anak ayam berwarna kuning di tangannya.

"WOI REKSA! JANGAN MAU JATUH CINTA SAMA SILUMAN KAMBING KAYAK ILONA! DIA CEWEK SETENGAH MANUSIA SETENGAH KAMBING!" teriak Azzam mulai menjalankan aksinya.

Areksa tertawa mendengar itu. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Azzam yang suka sekali beradu mulut dengan Ilona.

"GUE TIMPUK TAI KAMBING BARU TAU RASA LO!" balas Ilona dengan wajah merah padam menahan amarah. Ingin rasanya ia menendang pantat Azzam yang tepos itu.

Ilona berdiri dari duduknya. Ia dan Areksa tengah berada di teras rumah Ilona. Dengan gemuruh emosi di dadanya, Ilona berjalan menghampiri Azzam.

Tanpa lama-lama dan tanpa belas kasihan, Ilona pun menendang pantat Azzam dengan jurus supernya. Cowok itu memekik keras seraya mengelus pantatnya yang terasa ngilu.

Tidak ingin menerima amukan dari Azzam, Ilona pun kembali menghampiri Areksa yang menyaksikan kelakuannya.

"AYO MASUK, SA! KEBURU ORANG GILA ITU NGAMUK!" Ilona berteriak heboh kepada Areksa. Ia menarik tangan cowok itu untuk masuk ke dalam rumah dengan cepat. Buru-buru Ilona menutup pintu utama rumahnya.

"SIALAN LO, SILUMAN KAMBING! DEMI ZARES ANAK GUE SAMA RESTI, GUE BAKALAN BALES LO LEBIH PEDIH NANTI! TUNGGU BALESAN DARI GUE, DASAR PAINAN!" teriak Azzam dari pekarangan rumah.

Areksa juga Ilona mengintip cowok itu dari balik gorden dengan kikikan geli di antara keduanya.

"Jahat banget lo, Na. Mana mukanya Azzam ngenes banget lagi," ujar Areksa, meskipun begitu ia tetap terhibur dengan tingkah keduanya.

"Orang gila kayak dia harus dikasih pelajaran biar jera," balas Ilona. Ia mengajak Areksa untuk duduk di sofa ruang tamu. Waktu masih menunjukkan pukul delapan malam. Lagi-lagi Rean, Gina, dan Alana tidak pulang ke rumah.

"Ngantuk," rengek Ilona seraya merebahkan tubuhnya di atas sofa. Ia menjadikan paha milik Areksa sebagai bantalan. Membuat sahabatnya itu refleks mengelus rambutnya.

"Mmm ... Sa?" panggil Ilona terdengar pelan.

"Apa?" tanya Areksa.

"Sebenarnya, kita ini apa?"

"Manusialah! Lo gila apa gimana?" Areksa menatap aneh ke arah Ilona.

Dengan cebikan kesal di bibirnya, Ilona memukul rahang Areksa dengan kepalan tangannya. Lumayan keras tapi tidak terasa sakit untuk Areksa.

"Maksud gue hubungan kita," jelas Ilona memberi paham.

Areksa terdiam. Keduanya saling tatap satu sama lain. Mereka tahu kalau perasaan di antara keduanya itu sama. Tapi, tembok besar yang menjadi penghalang hubungan juga tidak bisa mereka lupakan.

Areksa mengulas senyum tipis. Ia membelai lembut pipi Ilona. "Gue yakin lo tau gimana perasaan gue ini, Na."

Ilona menghela napas berat. "Gue ... gue capek, Sa. Kita nggak bisa terus-terusan kayak gini."

Areksa mengangguk paham. "Gue paham, Na. Tapi mau gimana lagi? Secinta apa pun gue sama lo. Gue tetep nggak bisa ambil lo dari Tuhan lo, Na."

Ilona menatap Areksa dengan lapisan kaca di matanya. "Kenapa sih, Sa? Kenapa kita harus beda?"

Areksa memejamkan matanya. Dadanya terasa sesak tiap kali mengingat satu kenyataan itu. "Cuma Tuhan yang punya jawabannya, Na. Gue nyaman sama lo meskipun hubungan kita ini abu-abu."

"Sa?" panggil Ilona dengan suara yang terdengar parau, "gue cinta sama lo."

"Gue jauh lebih cinta sama lo, Na."

♥ ♥ ♥

"Bentar lagi tanggal dua puluh empat."

Perkataan Samuel itu membuat Areksa, Ilona, Marvin, Marvel, Farzan, dan Canva menatap cowok itu berbarengan. Mereka mengangguk kompak tanda paham dengan apa yang cowok itu maksud. Tanggal 24 adalah tanggal keramat. Di mana dua geng besar yaitu Diamond dan Chayton akan beradu kemampuan. Rutinitas kedua geng itu sudah turun temurun sejak dulu.

Canva mengambil kacang kulit yang ada di atas meja kemudian memakan isinya dengan santai. Mereka kini tengah berkumpul di salah satu kafe yang dekat dengan markas.

"Gue percayain lo buat atur strategi, El," ujar Marvin.

"Emang udah tugasnya Samuel, Pe'a!" balas Canva tidak bisa santai.

"Nggak usah nyolot, pakai kuah segala lagi. Muka gue banjir nih!" Marvin mengusap wajahnya yang terciprat air ludah Canva.

"Ludah gue suci, bisa ketularan ganteng kalau lo kena, Vin. Sungkem dulu sama gue."

"Setan lo!" sarkas Marvin dengan wajah merah padam.

Farzan tertawa melihat tingkah mereka. "Anggotanya Chayton ada berapa?"

"Dua kali lipat dari kita," balas Samuel setelah meneguk kopi dinginnya.

"Buset banyak bener." Canva menggeleng heran.

"Banyak tapi letoy, percuma," balas Marvel. Menatap lempeng ke arah Canva.

"Awas lo kalau nggak bisa babat seratus anggota dari mereka," tantang Canva.

Marvel hanya membalasnya dengan senyuman miring.

"Kapan sih? Gue nggak sabar nih," sahut Ilona dengan wajah berseri.

"Lo semangat banget kalau urusan kayak gini, Na. Giliran urusan pelajaran aja lo ogah-ogahan," ujar Marvin meledak gadis itu.

"Males ah sama pelajaran. Hidup gue aja udah runyam. Nggak mau nambah beban," balas Ilona.

"Ciri-ciri orang goblok," timpal Canva.

"Lo nggak usah hina-hina gue, ya, Kain Kafan! Otak gue sama lo tuh sebelas dua belas. Nggak usah belagu lo," balas Ilona tidak terima.

"Pinteran gue dikit," balas Canva.

"Nggak usah berantem. Kita nggak mandang kepinteran buat sahabatan," ujar Areksa kemudia merangkul pundak Ilona dengan tangan kanannya.

Samuel mengangguk-anggukkan kepalanya. "Intinya, kita nggak boleh bawa senjata. Ya meskipun gue yakin kalau Raskal dan temen-temennya pasti bawa."

"Kita bukan pengecut kayak mereka, Man!" Canva bertos ria dengan Marvin.

"Lebih pentingnya lagi, Ilona jangan pernah biarin sendirian. Kacau nih anak." Areksa tertawa kemudian menepuk puncak kepala Ilona pelan.

"Gue bukan anak kecil. Ona udah gede." Ilona menepuk dadanya bangga.

"Lo itu berlian, Na. Kalau lo rusak, kita semua nggak terima," ujar Areksa yang langsung mendapat persetujuan dari yang lainnya.

****

1000 VOTE + 1000 KOMENTAR UNTUK NEXT!

JANGAN LUPA SHARE CERITA INI KE SEMUA SOSMED KALIAN, YA!

Follow instagram :

@gang_diamnd
@iiiitaaaa_12
@wp.martabakkolor

TERTANDA, PRESIDENT OF RAMOR!

Continue Reading

You'll Also Like

205K 43.2K 33
Aeris dipaksa masuk ke jurusan yang tidak dia inginkan, merelakan impiannya mengabur, dan menyusuri jalan yang dirancang orang tuanya. Namun, siapa s...
19M 1.8M 51
Sudah terbit, buku bisa dibeli di shopee. INGAT BELI YANG ORI!! [Follow akun ini dulu, bro. Anda senang, aku juga. Simbiosis mutualisme] Tuhan, mana...
8M 999K 48
"𝙷𝚞𝚓𝚊𝚗 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚝𝚞𝚛𝚞𝚗." -𝓐𝓶𝓮𝔂𝓼𝓲𝓪𝓪, 01.00 ••• "Kematian yang mencintai kehidupan." - 01.00 ...
946K 50.3K 40
Bagaimana jika kalian sudah dijodohkan dengan seorang mafia? Tidak tidak, bukan cowonya yang seorang mafia, tapi cewenya. Tidak selesai sampai di si...