1004 || Johnjae

By nebulastarrs

33.2K 4.3K 354

Johnny Seo adalah pemuda biasa berkedok malaikat untuk Jung Jaehyun. warn: bxb, yaoi, abusive relationship More

시작
II
III
IV
V
VI
VII: Jaehyun
VIII
IX
X
XI
XII

I

3.9K 481 47
By nebulastarrs

"Sialan!"

Jaehyun menutup kedua telingannya ketika vas itu membentur dinding di belakangnya. Air mata sudah mengalir dari kedua sudut matanya, bibirnya mengeluarkan isakkan-isakkan kecil. Ia sudah tidak tahan lagi dengan semua yang baru saja terjadi di sekitarnya. Dimana seorang iblis menampilkan wujid aslinya dan menjadi monster yang hendak menyakitinya.

Jaehyun tidak paham. Ia tidak paham sama sekali.

Seingatnya, Nakamoto Yuta bukanlah orang yang seperti itu. Saat pertama kali bertemu pun, Jaehyun melihat senyumnya. Ia bahkan mendengar tutur katanya yang lembut. Bahkan setelah dirinya menjalin kasih dengan si pemuda Osaka itu, Jaehyun tidak pernah ingat kalau Yuta pernah berkata kasar atau memukulnya.

Malaikatnya memotong sayapnya untuk menjadi iblis. Yuta mengganti cintanya dengan obsesi, dimana Jaehyun hanya miliknya, bahkan Jaehyun sendiri tidak dapat memiliki dirinya sendiri.

Dan ketika Jaehyun melangkah sedikit pun keluar dari zonanya, maka tubuh itu akan mendapat luka baru -entah cambukan, pukulan, atau sayatan, biarkan saja benda-benda di sekitar mereka terpilih secara natural menjadi alat siksa.

"Jung Jaehyun, kau pikir aku tidak tahu kalau kau membohongiku, hah?!"

Tubuh Jaehyun yang mengurus sudah memberi sinyal takut. Ia bergetar, air mata sudah membasahi wajahnya dengan sempurna. Isakannya semakin keras kala Yuta menarik paksa surai kelamnya lalu membantingnya ke ranjang begitu saja. Jaehyun tidak tahu apa yang terjadi, tiba-tiba saja kaus yang ia gunakan terkoyak begitu saja.

Tubuh bagian atasnya terekspos, menampilkan luka lebam dan bekas sayatan dimana-mana. Jaehyun berusaha menahan tubuh Yuta untuk tidak menindihnya, ditanggapi geraman marah si pemilik tubuh.

"Jangan... Aku mohon, Hyung..."

Dan di detik berikutnya yang ia rasakan hanyalah sakit, sakit dan sakit. Yuta menambah luka baru ditubuhnya, tanpa peduli Jaehyun sudah menjerit minta ampun. Iblis bernama obsesi menutup telinga dan matanya, membutakannya sepenuhnya.

Namun sensasi lain mulai menyelimuti tubuhnya. Hangatnya sebuah dekapan membuat matanya terbuka lebar. Mulutnya terbuka untuk menarik oksigen yang terengut entah bagaimana.

Ia mendongak, ia tidak melihat Yuta, melainkan sosok lain. Tubuhnya lebih besar dari Yuta, pelukannya mampu menghangatkan seluruh tubuhnya.

"Kau bermimpi buruk," ujarnya. Ia mengusap rambut Jaehyun, mungkin memberi ketenangan padanya yang tidak bisa tidur agar lebih tenang.

Jaehyun tidak peduli lagi. Ia menenggelamkan wajahnya pada dada bidang sosok itu, membiarkan sosok itu memberikan usapan lembut di sekitar rambut dan punggung. Saat itulah, Jaehyun tidak bisa menyembunyikan isakkannya lagi.

"Aku takut..."

"Aku akan menjagamu. Tidurlah, sekarang sudah sangat malam."

Mendengar itu, entah bagaimana Jaehyun merasa bebannya sedikit terangkat. Isakkan itu perlahan berubah menjadi dengkuran halus -menandakan kalau dirinya telah kembali ke alam mimpi.

Padahal Jaehyun tidak tahu nama si pria, tapi pria itu sudah dengan lancang menenangkannya.

וו×

Jaehyun terbangun di kamar serba putih itu sendirian. Ia tidak bisa menemukan pria -yang seingatnya- sempat mendekapnya itu. Dengan sangat hati-hati ia turun dari ranjang. Tubuhnya masih terasa sakit, tapi ia memaksakan diri untuk bangkit dan mencari keberadaan pria itu.

Ia membuka pintu kamar. Saat ini ia berada di sebuah kondominium yang luasnya bisa dikatakan cukup besar, sehingga butuh beberapa langkah ekstra baginya untuk dapat melihat dapur dimana suara-suara seperti pisau yang beradu dengan talenan atau bunyi minyak yang di atas panci.

Di sanalah, ia bisa melihat pria itu.

"Ah, sudah bangun?" tanya si pria. Pertanyaan retoris, tapi Jaehyun tetap menanggapinya.

"Iya..."

"Duduklah, sebentar lagi sarapannya akan jadi."

Mendengar suara husky itu, Jaehyun duduk di kursi sembari menonton punggung si pria yang lebar. Pria itu tampak begitu lihai memasak. Membuatnya tak enak hati karena merepotkan.

"Apa aku bisa membantumu?" tanya Jaehyun ragu tanpa melepaskan tatapannya pada punggung itu.

Si pria tampak menggeleng walau ia tidak berbalik untuk menatapnya. "Tidak perlu. Tidak apa."

"Kamu yakin?"

"Yakin. Makanannya bahkan tinggal dipindahkan ke piring."

Jaehyun kembali mengatupkan bibirnya. Jemarinya memainkan ujung sweater kebesaran yang sebenarnya milik si pria. Ia bisa melihat pria itu berbalik sembari menarik senyuman. Ia menata makanan yang jumlahnya banyak itu di atas meja

"Makanlah yang banyak," ujar si pria. Ia duduk di depan Jaehyun lalu menyiapkan nasi untuknya. "Kalau kurang aku akan memasaknya lagi."

"Tidak apa, aku bahkan tidak yakin bisa menghabiskan semuanya," balas Jaehyun ragu. Ia menggumamkan 'terima kasih' kala si pria menaruh semangkuk nasi di dekatnya. "Kau akan membantuku menghabiskannya bukan?"

"Tentu."

Si pria menarik kembali senyumannya. Jaehyun menjawabnya dengan senyum malu-malu. Ia memperhatikan bagaimana pria itu kembali menyiapkan nasi ke dalam mangkuk, kali ini untuk dirinya sendiri.

"Semoga makananku bisa memuaskan perut dan lidahmu." Si pria terkekeh sebelum memasukan nasi dan lauk ke dalam mulutnya.

Jaehyun ikut terkekeh. Setelah memastikan si pria mulai memakan makanannya, ia pun mulai memasukan makanan ke dalam mulutnya. Matanya sedikit membulat, entah kenapa ia merasa sudah lama tidak makan rumah seenak dan setenang ini.

"Enak!" ujar Jaehyun, makannya menjadi lebih lahap. "Aku pasti akan puas memakannya."

"Ah, benarkah?" tanya si pria. Ia menatap Jaehyun yang berada di hadapannya, satu tangannya menopang dagu. "Aku tinggal sendiri. Jadi biasanya masakanku hanya untuk kumakan sendiri. Syukurlah kalau memang enak."

Jaehyun tersenyum sembari menganggukan kepala. Ia melanjutkan makannya.

Benar, Jaehyun juga baru menyadari kalau sedari tadi ia tidak melihat orang lain. Padahal ia yakin kondominium ini bisa diisi oleh empat sampai tujuh orang.

Terlalu memakan banyak ruang untuk seorang saja.

"Setelah ini aku harus pergi bekerja, bagaimana denganmu? Tidak ada kegiatan?"

Jaehyun terdiam sejenak. Seharusnya ia pergi ke kampus karena ada kelas, tapi ia sendiri bahkan tidak yakin kalau ia bisa menunjukkan dirinya ke dunia luar dalam keadaannya seperti ini. Semua barangnya masih berada di apartemen Yuta dan ia juga tidak yakin kalau ia bisa mengambilnya dalam waktu dekat.

"Sepertinya... tidak ada," jawab Jaehyun.

Si pria menyadari perubahan raut Jaehyun turut terdiam. Perlahan ia menarik senyuman menenangkan, mungkin ia menyadari kalau Jaehyun belum ingin beraktivitas setelah banyak hal yang terjadi padanya.

"Kalau begitu diam saja di sini. Tapi, apa benar kamu tidak apa aku tinggal?"

Pertanyaan itu membuat Jaehyun merasa aneh di hatinya. Pertanyaan yang terselip kekhawatiran selalu berhasil membuatnya merasa dihargai.

"Aku akan baik-baik saja. Terima kasih sudah mau menampungku," ujar Jaehyun pelan sembari menyunggingkan senyum tipis.

"Itu bukan masalah."

Keduanya melanjutkan makanan mereka tanpa suara. Entah karena memang makanannya terlalu enak atau keheningan adalah satu-satunya cara untuk mereka mengatasi kecanggungan.

Jaehyun dengan batinnya yang mempertanyakan bagaimana kelanjutan hidupnya setelah ini. Dan mungkin, si pria dengan batinnya yang entah tentang apa.

"Aku sudah selesai," ujar si pria ketika makanannya sudah habis. Ia bangkit lalu menaruh peralatannya makannya di atas wastafel dan mencuci tangannya. "Aku akan pergi sekarang."

Jaehyun —si pemakan lambat— mendongakan kepala untuk melihat sosok itu. Pria itu mengenakan outer-nya lalu memasang sepatu.

"Jam berapa kamu akan kembali?" tanya Jaehyun.

"Sampai pekerjaanku selesai saja, bisa siang, bisa sore, malam juga bisa," jawab si pria setelah sepatunya terpasang dengan sempurna. "Jangan menungguku dan nikmati saja harimu, kamu boleh memesan makanan atau memasak yang ada di dapur. Uanganya aku tinggalkan di atas meja."

Jaehyun menggelengkan kepala. "Aku akan sangat merepotkanmu."

Si pria membalasnya dengan kekehan. Ia mengambil tas selempang yang bertengger di kursi. "Kau tidak merepotkan. Aku senang ada orang yang tinggal bersamaku."

Jaehyun tersenyum kikuk. Ia membungkukan sedikit tubuhnya untuk berterima kasih pada si pria, walau mungkin kesannya berlebihan, hanya itu yang bisa ia lakukan untuk saat ini.

"Baiklah. Selamat menikmati harimu."

"Ah, tunggu."

Ucapan tiba-tiba dari Jaehyun membuat si pria menghentikan langkahnya dan berbalik. Ia menatap wajah Jaehyun yang memberikan tatapan ragu padanya.

"A-aku... Belum tahu namamu."

Pria itu menatap Jaehyun bingung, sebelah alisnya terangkat. Telunjuk menunjuk dirinya sendiri. "Namaku?"

"Y-ya... Namamu."

Kali ini pria itu menggaruk pipinya yang tidak gatal. Ia sukses membuat Jaehyun semakin kikuk. Mungkinkah pria ini sudah memperkenalkan diri, tapi karena kondisi Jaehyun yang benar-benar berantakan, ia melupakannya? Seingatnya pun, Jaehyun sudah memperkenalkan dirinya sendiri.

"Sepertinya aku melupakannya. Maaf, kondisiku sangat berantakan kemarin."

"Ah, begitu, ya."

Sosok itu kembali memperlihatkan senyumnya. Jemarinya sudah kembali meraih daun pintu yang sempat hendak ia putar.

"Namaku Johnny Seo. Salam kenal, Jung Jaehyun."

Setelah mengucapkan kalimat itu. Pria yang sudah diketahui bernama Johnny Seo itu memberi salam dan menghilang dibalik pintu, menyisakan keheningan dan perasaan kikuk menggumpal di dada Jaehyun.

Johnny Seo, ya? Batin Jaehyun, ia menyandarkan punggungnya pada kursi. Matanya terpejam sesaat.

Jaehyun tidak akan lupa pada namanya sejak hari ini.

Tentu.

Mana bisa Jaehyun melupakan malaikat yang menyelamatkannya dari iblis?

— TBC

Continue Reading

You'll Also Like

297K 22.9K 104
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
309K 25.7K 37
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
57.4K 5.9K 19
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
124K 9.9K 87
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...