Mencintai Istriku Sepenuh Hati

By Rozen91_

9.6K 1.1K 340

Draco Malfoy meninggal secara tragis dan menjadikan istrinya seorang janda. Seorang janda Malfoy yang kaya ra... More

prologue
Cinta Hermione
Rencana Draco
Mengatasi Gosip
Lawan-lawan Draco Malfoy
Seseorang yang Tak Bisa Dicintai
Kemunculan yang Tak Disangka-sangka
Malam yang Bergetar
Tak Tergoyahkan
I am ready, but are you?
the secretive smile of a rose
Harapan Berwarna Putih
Pertanda yang Jelas
Seseorang yang Bergerak di Belakang Layar
A Woman Called Hermione Malfoy

Campur Tangan Pansy

663 91 10
By Rozen91_

"Kenapa kau harus ikut campur dalam setiap urusan yang tidak melibatkanmu?"

Aku memasang ekspresi mengecam yang akan membuat orang-orang gemetar dan terbata-bata. Jarang bagi orang luar bisa menyaksikan kemurkaanku karena Draco Malfoy sangat tenang dan penuh kendali atas emosinya. Aku hanya memperlihatkannya untuk menakut-nakuti. Tetapi orang yang duduk santai di sofa di sudut ruangan ini sudah terlalu mengenalku untuk merasa gentar. Di dalam hati aku mencelos. Sudah terlambat jika harus menyesali hubungan pertemanan yang sudah terjalin sejak kecil.

Bibir yang dipoles dengan lipstik semerah darah mengulas senyum bersahabat. "Karena kau, Draco," katanya ringan, "kau membuatku khawatir. Jadi, aku datang kemari agar kau bisa mencurahkan isi hatimu padaku."

Kulirik dia dengan pandangan risih.

"Buang-buang waktu saja."

Wanita itu mengibas-ngibaskan tangannya. "Ya, ya, kau memang pemalu."

Kuputar bola mataku atas asumsinya yang tak berdasar itu. "Keluar. Aku sibuk bekerja dan tidak punya waktu untuk bermain-main denganmu." Kuarahkan ujung penaku padanya. "Karena kau datang tanpa izin, kau tidak boleh pakai perapian manor ini."

Sudut bibir Pansy berkedut, meledek. "Dasar pelit."

"Terserah apa katamu."

Pansy menelengkan kepalanya, menatapku dengan tatapan yang berpikir. Bisa kulihat roda-roda gerigi berputar di kepalanya namun aku tidak tahu apa yang dipikirkannya. Seolah sampai pada suatu kesimpulan, Pansy berdiri dari sofa. "Kau memang tidak asik," ejeknya yang kubalas dengan mengangkat bahu tanda tidak peduli.

"Baik, aku tidak akan mengganggumu. Bekerjalah dengan keras, Pak Draco-si-gila-kerja." Ia melambaikan tangan dan menutup pintu.

Blam.

Kuturunkan penaku. Punggung kusandarkan di badan kursi yang empuk. Aku tampak lemah dan lega di saat yang bersamaan. Kurasakan lengkungan di bibirku. Aku tahu. Aku merasa lega setelah melihat Pansy lagi. Dia masih sama seperti yang ada di dalam ingatan—bukan seperti yang ada di akhir-akhir kehidupanku dulu.

Dulu tidak seperti ini.

Esok hari setelah pesta di mansion Parkinson, Pansy datang untuk berbicara denganku. Dia berusaha mengajakku bicara tapi aku tidak meladeninya. Tidak juga menanggapinya. Kubiarkan dia berbicara panjang lebar sedangkan aku tetap diam mengurusi dokumen-dokumen perusahaan. Karena tidak berhasil memancing jawaban dariku, akhirnya ia menghela nafas dan menyerah.

Kali ini aku menanggapinya karena aku senang melihatnya lagi.

Benar juga...

Di kehidupan keduaku ini, walaupun baru berlanjut selama beberapa hari, aku belum bertemu dengan sahabat-sahabatku yang lain.

Kira-kira apa yang sedang mereka lakukan sekarang?

.

.

Mencintai Istriku Sepenuh Hati

itu Tidak Mungkin

©Rozen91

Harry Potter © J.K. Rowling

.

****

xxxx

Pansy bagiku.... bukan hanya Pansy, tapi sahabat-sahabat dekat yang telah selama ini bersamaku sejak kecil, di Hogwarts, sampai sekarang, sebenarnya mereka prihatin atas keadaan rumah tanggaku. Hanya saja Pansy lebih aktif berkunjung ke manor untuk berbicara denganku. Sisanya... sisanya....

—mood-ku terasa jatuh jika mengingat apa yang terjadi pada mereka.

Aku sama sekali tidak merasa jengkel atau menganggap Pansy merepotkan. Tidak ada sebersitpun perasaan tak suka di dalam diriku terhadapnya walaupun kutahu terkadang dia bisa bersikap menyebalkan. Kehidupanku yang pertama telah mengajariku untuk menghargai orang-orang yang berdiri di sampingku dari dulu sampai sekarang. Masa-masa yang begitu singkat hingga satu-persatu pergi meninggalkanku sendirian.

Pansy adalah teman dekat yang paling lama tinggal di sisiku.

Dia mendukungku bahkan sampai saat kondisinya tubuhnya melemah hingga ia harus pindah ke tempat yang lebih tenang dan segar. Setelah itu aku tidak punya seseorang yang bisa kumintai pendapatnya, kecuali Luna. Dia menganggapku seperti teman masa kecilnya, teman lamanya tapi aku tidak mengerti makna dari kata-katanya yang berputar-putar. Aku mungkin sudah terbiasa dengan teman-teman dekat yang berbicara dengan terus-terang. Kukatakan pada Luna bahwa pikiranku tidak sampai pada apa yang ingin dia sampaikan. Dia hanya menatapku sebentar lalu menyerahkan majalah ayahnya padaku. Ekspresiku pasti tampak jelas karena wanita itu tiba-tiba menertawaiku. Aku memandangnya seperti melihat orang yang terganggu jiwanya tapi Luna tidak memedulikan bagaimana orang-orang melihatnya. Aku kasihan padanya, tak tega kubiarkan dia sendirian, jadi terkadang aku mengunjunginya untuk melihat keadaan mereka.

Tapi sekarang teman-temanku masih berada di sisiku. Aku masih punya kesempatan untuk menghargai itikad baik mereka demi kebaikan rumah tanggaku. Aku tidak bisa menyenangkan mereka semua tapi aku bisa membalas nasehat mereka dengan baik-baik. Tidak seperti dulu ketika aku bersikap acuh dan dingin pada semua orang, hingga mereka merasa tak berarti di mataku.

Pop!

"Tuan."

Kutarik nafas dalam-dalam. Dan berusaha tenang.

Apa lagi ulah Pansy sekarang?

Aku tidak perlu mengangkat kepala untuk tahu bahwa Rappire disuruh sesuatu oleh Pansy. Perempuan itu... kukira dia sudah pulang tapi ternyata malah berkeliaran seperti nyamuk. Memangnya dia tidak punya pekerjaan lain apa?

"Katakan, Rappire," perintahku kesal.

"Nona Pansy menyuruh saya untuk memberikan ini untuk Anda?"

Kulirik sekilas. Ah. Benda itu membuatku mengangkat alis. Sudah lama aku tak melihat Telinga Terjulur, sebuah hasil karya si kembar Weasley. Pembicaraan macam apa yang ingin diperdengarkan perempuan itu padaku, benakku. Berdasarkan perintahku, Rappire meletakkannya di atas meja lalu meninggalkan ruanganku.

Aku menunggu lama sekali tapi tak ada suara yang keluar. Apa Pansy mempermainkanku? Atau Telinga Terjulur ini sudah dikembangkan dan mempunyai tombol nyala sendiri?

"Aku menunggumu sejak tadi!"

.....Jadi, dari tadi dia diam?

"Maaf," balas lawan bicaranya, "aku tidak tahu kalau akan datang tamu."

Aku terdiam. Seharusnya aku tidak terkejut. Hanya ada satu manusia selain diriku di manor ini. Dan tidak mungkin pula Pansy bercakap-cakap santai dengan Peri Rumah.

Ugggghh.

Kupijit-pijit keningku, merasakan sakit kepala yang akan datang akibat ulah sahabatku. Kenapa dia harus melakukan ini? Aku tidak pernah memintanya. Seharusnya dia pulang dan mengurus hidupnya seperti...

—seperti yang dia lakukan di kehidupanku yang pertama.

Nafasku tertahan. Mataku membelalak tak percaya.

Sebuah perubahan peristiwa.

Sesuatu yang terjadi lebih cepat dari prediksiku. Pansy telah melakukannya dan pemicunya...

Ketika dia datang, aku meladeninya. Hal yang tidak kusadari.

—pemicunya hanya karena aku menanggapi kata-katanya.

Punggungku lantas terhempas di badan kursi. Lemas. Syok. Semudah itukah perubahan terjadi di kehidupan kali ini?

Menyadari hal itu, keringat dingin lantas mengucur dari pelipisku.

xxxx

"Pfft, kau benar-benar tidak siap menerima tamu. Kau bahkan tidak bersolek. Kantung matamu itu sangat besar. Apa kau tidak tidur semalam?"

"Pansy, kau tahu kenapa aku tidak bisa tidur."

"Hehehe. Kau sibuk meluapkan amarahmu?"

"...."

"Bagaimana kalau balas dendam? Kau bahkan tidak perlu menggerakan satu jarimu ataupun membuang-buang nafasmu. Aku akan mewakilimu untuk balik mempermalukannya."

"Sangat menggoda, tapi tidak. Aku tidak mau memperpanjang masalahku dengan orang itu."

"Karena kau takut?"

Hmph! Tipikal Pansy untuk memancing orang dengan cara murahan seperti itu. Mereka sudah bukan remaja yang mudah dibodohi, dan lagi, Hermione pada dasarnya bukan orang bodoh. Jeda di percakapan mereka menandakan bahwa Hermione mungkin berpikiran sama.

"...Bukan begitu. Aku sudah menikah. Semua perbuatanku di luar tidak hanya akan berdampak padaku, tapi juga pada keluargaku. Draco sudah sangat sibuk dengan pekerjaannya. Aku tidak mau merepotkannya."

"Aaah, Hermione, kau terlalu lembut padanya. Biarkan dia menanggung masalahmu. Lagipula, ini juga salahnya, 'kan? Karena membiarkanmu datang sendirian."

Ucapan Pansy membuatku kehabisan kata-kata. Syukurlah aku menikahi Hermione!

"A...ah. Kau benar."

Hermione!?

"Tapi tetap saja, aku tidak tega melakukan itu padanya."

Fyuh...

Kuhela nafas lega atas jawaban yang sangat menenangkan hati itu.

"Membosankan," ucap Pansy, yang pada saat itu juga aku sudah memutuskan untuk meminimalisir pertemuannya dengan Hermione, agar dia tidak menginfeksi istriku dengan sifat-sifat gilanya.

"Pansy, aku ingin minta maaf padamu."

Hening.

"Masalah itu? Kenapa kau minta maaf? Itu bukan salahmu. Bukan salah siapa-siapa. Kau dicemooh dan sebagai temanmu, wajar bagi Viktor untuk datang menolongmu." Lalu dia menambahkan, "Well, itu karena suamimu tidak ada di sana untuk mendukungmu, tapi, hei, siapa yang peduli?"

Pansy Parkinson.... berhenti menjelek-jelekkan sahabatmu sendiri. (-_-)

"Tetapi aku—"

"Astaga, Granger! Jangan membebani hatimu dengan sesuatu yang bukan salahmu. Kau tidak tahu apa-apa."

Ada masalah apa hingga Hermione harus meminta maaf pada Pansy?

"Hm. Aku...akan mengambilkan cemilan. Rappire seharusnya membawanya 3 menit yang lalu, tapi entah kenapa dia belum datang."

Terdengar suara kursi digeser dan langkah kaki yang menjauh. Hermione sudah pergi.

Waktunya bagi Pansy untuk berhenti berpura-pura kalau tidak ada orang ketiga di antara mereka.

"Mencengangkan, Draco Malfoy," kata Pansy, "apa kau tidak melihat rupa istrimu hari ini? Atau kau terlalu sibuk dengan pekerjaanmu? Benar kata Blaise, Hermione terlalu baik untukmu." Helaan nafas. "Hermione Granger baru menjadi istrimu 2 bulan yang lalu dan kemarin adalah pesta pertamanya. Dia belum bisa beradaptasi dengan kehidupan semacam ini. Bagaimana nanti kau akan mengenalkannya pada budaya dan nilai-nilai keluarga elit yang menjunjung tinggi kemurnian darah penyihir ini, Draco? Dunia kita terlalu berbeda dan pasti sangat membuatnya terkejut. Dia membutuhkan dukunganmu. Mengertilah hal ini. Bicara padanya."

Kata-kata Pansy membuatku berpikir. Dulu ternyata aku adalah orang yang egois. Setelah mengikat Hermione dalam pernikahan, kutinggalkan ia sendirian untuk menghadapi dunia yang benar-benar baru baginya. Bukan salah Hermione yang tidak menceritakan masalah di hatinya padaku. Akulah yang pertama menetapkan batas hingga Hermione terpaksa harus menyimpan kegundahannya.

Kenapa aku bisa sebodoh itu?

"Draco? Kau masih di situ?"

Suatu pikiran mengerikan terlintas. Lantas kucengkeram dadaku, merasakan rasa sakit yang luar biasa di hatiku. Memikirkan tentang hari-hari yang tidak kuketahui, dimana Hermione menyendiri di kamarnya. Mungkin di waktu itu ia menangis sendirian di dalam kegelapan. Dan aku....saat itu.... saat itu aku ada dimana?

"Draco, kau dengar tidak? Hei—"

Kuabaikan Pansy saat kakiku telah melangkah menuju pintu dengan tergesa-gesa. Lorong lantai 3 terasa panjang saat aku berjalan ke lantai dasar. Kuharap Hermione masih ada di dapur. Aku tak akan mampu menahan kehancuran di hatiku jika kubiarkan waktu terlewati begitu saja. Aku ingin segera melihatnya. Segera menghiburnya. Tangisan yang dipendamnya selama 8 tahun pernikahan kami membuatku frustrasi. Hingga rasanya ingin kubunuh diriku sendiri untuk membayar semua tetesan air mata itu.

Hermione...Hermione.... maafkan aku.

"Hermione!"

Rambut coklatnya terurai rapi di punggungnya. Blouse putih tak berlengan dan rok panjang dengan ragam garis-garis gradasi warna hijau. Hermione terlihat sangat anggun ketika ia setengah berbalik melihatku. Namun hatiku bergetar ketika melihat kelelahan di mukanya yang pucat.

Perasaanku dan sinar matahari yang menyinari sosoknya yang lembut dan tersayang

mendorongku untuk mengambil langkah panjang dan memeluknya erat.

Akan tetapi, untunglah aku sadar sebelum jari-jari yang kotor ini menyentuh kulit pipinya. Walaupun begitu, aku sudah terlanjur berdiri terlalu dekat dengannya. Berhadap-hadapan. Mengingatkanku akan sumpah pernikahan yang kami buat bertahun-tahun/dua bulan yang lalu.

"D-Draco..." Hermione terkejut. Aku sendiripun kehilangan kata-kata. Kuturunkan tanganku yang hendak menyentuhnya lalu mengepalkan keduanya di sisi tubuhku. Alisku pasti bertaut sangat kencang dan membuat ekspresiku sangat aneh karena Hermione menatapku was-was.

Aku...

Aku harus menahan diri...

Aku adalah Draco Malfoy, suami Hermione yang cuma nama saja. Pada kenyataannya, Hermione bukanlah milikku karena cintanya bukanlah aku.

Kuteguk ludah lalu menegakkan badan. Ekspresiku telah kembali seperti biasa, serius dan tidak berminat.

"Apa kau baik-baik saja?" tanyaku langsung.

Hermione terlonjak. Mulutnya megap-megap terbuka seperti ikan. Lantas kurapatkan bibirku agar tidak tertawa saat itu juga. Tapi mungkin ia menangkap sesuatu di mataku yang membuat pipinya bersemu merah. Kemudian ia mengambil nafas dalam untuk mengendalikan diri.

"Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu? Kau sangat sibuk kemarin. Kuharap kau tidak lupa untuk menjaga kesehatanmu."

Hm. Aku selalu senang mendapatkan perhatian Hermione. Sayangnya, aku tidak bisa berlama-lama menikmatinya.

"Aku tidak tahu apa yang sudah kau alami, tapi kau tidak terlihat baik-baik saja. Kudengar Astoria Greengrass mengacau di pesta Pansy."

"Oh," permata hazel Hermione bergulir ke ujung mata sementara bibirnya mencibir, "dia sangat bersemangat."

Aku menatapnya cukup lama. Well, jarang bisa melihat sifat aslinya keluar.

"Keluarga Greengrass tidak lebih tinggi daripada keluarga Malfoy dan wanita dari keluarga mereka merendahkan istriku di depan umum. Aku akan memberi mereka peringatan untuk meminta maaf padamu secara publik dan menjaga sikap di depanmu ."

Hermione membelalak. "Harus sampai begitu!?"

"Ya. Lagipula, ini salahku juga yang tidak mendampingimu."

Kali ini sorot mata Hermione terlihat kalem dan agak menggelap. Sebagai istri yang ideal, Hermione tahu untuk tidak mengatakan keburukan suaminya. Dia tahu bahwa aku sengaja membuatnya pergi ke pesta itu sendirian. Walaupun tak bisa mengatakannya secara terang-terangan, tapi dia tetap ingin menuduhku dengan tatapannya.

(Dia menyadari aku sengaja melakukannya, itu sudah lebih dari cukup. Karena itulah yang kuinginkan ia tangkap dari sikapku.)

"Jangan bilang begitu. Waktu itu kau punya pekerjaan penting, 'kan?" Istri ideal, huh?

"Kejadian ini akan sering terjadi. Kau harus mempersiapkan mentalmu."

Hermione diam sebentar. Sepertinya ia ingin mengatakan banyak hal, namun akhirnya mendesah, "Aku mengerti. Ada lagi yang ingin kau katakan padaku?"

Aku sudah membuatnya muak. Normalnya aku tidak akan peduli, tapi kali ini tidak bisa kubiarkan kami berpisah dengan perasaan tidak enak. Fuh. Aku harus mengatakan sesuatu.

"Kau jangan terpaku pada omongan mereka," kataku lambat-lambat. Iris hazel Hermione menatapku lekat dan akupun tenggelam di dalamnya. Setengah berbisik kukatakan padanya, "aku dan semua orang yang mengenalmu akan tahu kebohongan apa yang telah diberitakan tentangmu. Kau kuat dan tidak akan gentar oleh kata-kata tak berarti yang keluar dari mulut orang-orang yang ingin menjatuhkanmu."

Aku tidak bisa menghiburnya lebih dari ini.

Apakah usahaku cukup untuk menyenangkan hatinya? Aku tidak tahu.

Akan tetapi, Hermione yang semula hanya menatapku diam, tiba-tiba menyunggingkan senyum. "Aku senang mendengarnya. Terima kasih, Draco."

Matanya yang indah menatapku berbinar-binar. Aku diam tanpa mampu menggerakan lidah untuk mengatakan sesuatu padanya. Walaupun kebahagiaannya ini terbilang kecil dan bisa ia dapatkan dari siapa saja, tapi aku sangat senang punya kesempatan untuk membuatnya tersenyum.

Hermione ingin menyenangkanku.

Dan akupun demikian, ingin menyenangkannya.

Di bawah sinar matahari yang menyeruak dari jendela, cahayanya meningkatkan pesona senyuman Hermione. Istriku. Kami berdiri di tempat yang sama, saling memandang dalam waktu yang cukup lama.

.

"Ah."

Hermione melongok dari balik tubuhku. Sedangkan, aku tidak perlu menoleh ke belakang untuk melihat pemilik suara itu.

"Kucari-cari, ternyata kalian berdua ada di sini."

Hermione tertawa kecil. Raut wajahnya sudah lebih baik dari sebelumnya. Aku yakin kalau Pansy bisa melihatnya dengan jelas. Aku bisa membayangkan bagaimana rasa puasnya atas apa yang ia saksikan ini.

Pansy mendengus. "Lovebirds."

Kubalikkan badan ke arahnya.

Kulihat Pansy bertolak pinggang. Ia tampak lega dan setengah ingin menggoda kami. Tatapan dan ekspresinya seolah berkata: Akhirnya kau lakukan juga.

xxxx

Kali ini aku duduk berdua dengan Pansy tanpa ditengahi Telinga Terjulur, sementara Hermione mengambil cemilan. Sebenarnya aku masih menganggap campur tangan Pansy menyebalkan, tapi baiklah, kali ini kuakui dia benar. Lagipula semuanya terbayar saat Hermione dengan lembutnya berkata ia akan menyeduh teh dan memilih cemilan untukku.

Pansy menumpukkan dagunya di atas punggung tangannya. Kedua bibirnya yang berpisah mengeluarkan suara 'pah!' ketika ia mencondongkan badan dengan air muka ceria. "Aku senang kau mengindahkan saranku."

Aku memutar bola mata.

Hening. Tidak biasanya dia begitu karena Pansy sejak dulu sangat cerewet. Aku meliriknya dari ujung mataku. Seolah itulah yang ia inginkan –perhatianku—, ia menegakkan badan tanpa memutus kontak mata denganku. Ada kesunyian serius yang tak bisa kutangkap di dalam ekspresinya. Pansy kali itu tampak sulit dibaca.

"Aku belum menceritakan ini padamu, tapi ada satu hal lagi yang terjadi tadi malam," mulai Pansy tenang. Lalu ia mengernyitkan alis dan mengatakan sesuatu yang seolah sangat disayangkannya. "Maaf, ya, Draco," katanya, "Viktor mengambil dansa pertama istrimu."

Ada sesuatu yang aneh. Dan itu bukan tentang siapa yang berhasil berdansa pertama dengan Nyonya Malfoy. Kutatap Pansy lama. Skeptis.

"Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?"

Senyum ringan yang tak kutahu apa artinya tersungging di bibir merahnya. "Di pesta malam itu, Viktor tidak berdansa denganku. Aku cemas akan ada sedikit masalah akibat kejadian ini."

Aku memikirkan kata-katanya. Lantas kedua alisku bertaut dalam. Aku tahu kalau di pesta itu Viktor dan Hermione sempat berdansa, tapi aku tidak tahu kalau—

"Kau bilang dansa pertama.... maksudmu dansa pertama?"

"Dansa pertama."

Huh?

Jadi, inikah alasan Hermione meminta maaf pada Pansy tadi?

Tetapi... aneh.

"Tunggu. Di pesta pertunanganmu, Pansy?"

Aku tidak percaya ini.

Kenapa pria seperti Viktor Krum melakukan hal yang sedemikian rupa di pesta pertunangannya sendiri?

Dansa pertama seharusnya dilakukan bersama sang tunangan. Tapi dia malah melewati Pansy dan mengajak Hermione berdansa? Ini sama saja dengan mempermalukan Pansy secara terang-terangan di mata publik!

"Pansy..." Aku menggeram, tak mampu menahan amarah.

Pansy mendorong tubuhnya ke belakang, menyandarkan punggungnya di badan kursi. Dengan santainya ia mengangkat bahu. "Dia hanya melakukan apa yang akan dilakukan oleh seorang teman. Yaah, aku kecewa, sih." Pansy mengedutkan satu sudut bibirnya. "Sepertinya perkiraanku tak tepat sasaran, nih."

Ah.

Aku paham maksudnya. Dulu Pansy pernah menyatakan harapannya padaku. Kami tidak mengenal siapa Viktor Krum waktu itu dan merasa was-was jika ternyata dia bukan orang yang baik. Pansy berkata masalah pasti akan datang apapun bentuknya. Tapi kami tidak tahu bahwa masalahnya akan disebabkan dari pihakku.

Ini salahku. Seandainya waktu itu aku datang bersama Hermione, maka Viktor Krum tidak akan punya alasan untuk menolongnya.

Kemarahanku lantas seolah dihisap kering dan hanya meninggalkan sesuatu yang kosong dan muram.

"Sebenarnya, awalnya aku berpikir untuk tidak memberitahumu. Tapi aku berpikir begini, kalau kau tidak mengikuti saranku, berarti kau ingin menyelesaikan masalahmu sendiri tanpa bantuan siapapun. Aku tidak akan menambah masalahmu dengan permasalahanku. Tapi kalau sebaliknya, kalau kau mendengarkanku, itu artinya kau terbuka padaku dan akupun harus terbuka padamu. Karena itu, Draco, mari saling membantu."

Kata-katanya ini tidak pernah kudengar di kehidupanku yang pertama. Dulu aku tidak mendengarkan nasehat Pansy dan tidak pula membuka masalahku padanya hingga Pansy pun melakukan hal yang sama. Apakah mungkin ini yang membuatnya harus pergi dari Bulgaria dan tinggal di sebuah desa di Inggris?

Jarum-jarum kecil nan tajam serasa menusuk dinding hatiku. Kutatap Pansy dengan sorot mata menyesal. Pansy membalasku dengan kebaikannya untuk memaafkanku.

"Kau tidak tahu ini akan terjadi. Ini bukan salahmu. Viktor Krum lebih dulu bertemu Hermione sebelum aku. Dan dia pernah memilih Hermione untuk menjadi pasangan dansanya juga di Yule Ball. Mungkin itu rasa suka atau dorongan untuk melindungi seorang teman dari olok-olokan. Dia sudah bersikap benar, hanya saja waktunya salah."

"Aku tidak akan melakukan itu juga aku yang berada di posisinya. Tapi, aku benar-benar minta maaf, Pansy"

Kali ini Pansy yang menghela nafas. "Sudah kubilang bukan salahmu, 'kan? Jangan minta maaf padaku. Hermione lebih layak menerimanya." Ia mendongak sembari menyunggingkan senyum ringan. "Lihat. Langit sudah cerah, padahal tadi mendung, ya? Kupikir akan turun hujan."

Kuarahkan mataku ke arah jendela yang terbuka, tirainya bergoyang dihembus angin yang masuk ke dalam rumah. Kurasakan belaiannya menggeser poniku. "Ya. Ternyata kau memang tidak pandai menebak," ujarku main-main. Pansy mendengus, menahan tawa kecil di dalam mulutnya.

Hermione muncul di pintu dengan Rappire bersama rak kecil yang berisi kudapan. Senyuman lebar yang terulas di bibirnya membuat jantungku berdetak dua kali lebih cepat.

xxxx

Pansy mengajak Hermione pergi ke pusat perbelanjaan yang terkenal di London. Hermione walaupun enggan, terpaksa harus pergi karena ini kesempatan terakhir Pansy jalan-jalan. Besok dia harus pergi ke Bulgaria untuk menyiapkan pesta pernikahannya.

Aku terpekur di ruang kerjaku memikirkan pembicaraan dengan Pansy beberapa saat yang lalu. Viktor Krum.... aku ingin berbicara padanya, namun jika dia sangat protektif terhadap Hermione, mungkin saja dia akan langsung melayangkan tinjunya saat melihatku.

Kini aku tahu kenapa Hermione bisa sampai terjebak ke dalam gosip perselingkuhan. Seolah terjadi tepat di depan mataku, aku bisa membayangkan rentetan kejadian dan siapa dalang dari peristiwa-peristiwa yang akan datang nanti.

Viktor Krum melewati tunangannya dan berdansa dengan Hermione Malfoy di pesta yang diam-diam didatangi oleh Astoria Greengrass yang memendam dendam kesumat.

Di kehidupan yang pertama, aku jarang bertemu dengan suami Pansy. Yang terpikir olehku mengenai Viktor Krum adalah bahwa dia pria yang cukup baik karena Pansy tidak pernah mengeluhkan masalah rumah tangganya padaku atau pada siapapun. Aku selalu berpikir kehidupan Pansy cukup tentram karena suaminya memperlakukannya dengan baik.

Tapi cerita tentang apa yang terjadi di pesta pertunangan itu kini membuatku harus menata ulang pendapatku tentang pria Bulgaria ini.

Entah apakah Viktor Krum sadar atau tidak, dansa itu adalah keputusan yang salah.

Di hadapan keluarga-keluarga berkelas, Viktor Krum memperlihatkan bahwa ia menganggap Hermione Malfoy spesial seraya mengacuhkan tunangannya sendiri. Orang-orang yang tidak menyukaiku akan menggunakan kesempatan ini untuk menjatuhkanku. Melalui Hermione, istriku. Biarpun tidak dipedulikan oleh suaminya sendiri, namun Hermione Malfoy tetaplah Nyonya Malfoy yang sah. Jika namanya digunjingkan secara terus-menerus, namaku pun suatu saat akan ikut terseret. Keluarga Malfoy lalu akan dihancurkan secara perlahan-lahan.

Pemikiran ini membuka kedua mataku lebar-lebar.

Bisa jadi Astoria Greengrass yang agresif memilih cara ini untuk membalas dendam. Atau jangan-jangan ini ulah Viktor Krum jika karakter aslinya masih dipertanyakan?

Sebelumnya aku menduga gosip perselingkuhan Hermione ada hubungannya dengan Astoria Greengrass. Walaupun begitu, hasil penyelidikanku tidak menemukan apa-apa. Padahal motif Astoria Greengrass sangat meyakinkan untuk menyakiti Hermione. Tapi sekarang aku tahu kalau Viktor Krum juga punya motif dan mungkin saja dia terlibat. Atau mungkin bukan kedua-duanya....?

Aku mendecakkan lidah.

Siapapun dalangnya, aku tidak tahu siapa sebenarnya yang diincar.

Hermione? Atau aku?

Karena secara tidak langsung, kematianku disebabkan oleh fitnah-fitnah kejam yang dilontarkan pada Hermione.

_bersambung_

Rozen91: Jadi, secara nggak langsung yang buat lu mati...karena ulah lu ndiri, 'kan!?

Draco: *surprised pikachu face*

Continue Reading

You'll Also Like

184K 15.5K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
335K 27.9K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
1M 86.1K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
487K 48.9K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...