Imaji dalam Kata

By inariwritingproject

3.3K 205 14

Kumpulan cerita pendek penulis Penerbit Haru More

Second oleh Kern Amalia (@dityakai)
Secangkir Memoar oleh Endina Artha
Kopi-Kopi Sofi oleh Amina Sy
A Cup of Tea oleh Elisabeth Cindy (@KuroyukiAlice)
Melody from My Heart oleh Fika Widya Sari
FATE oleh Eria Nova
Coffee and Milk oleh Denaner Pratama (@vierseason)
Gerimis di Jendela oleh David Lee (@itsdavidguys)
Darren Bodoh oleh Fitria Meilia
Kick oleh David Rohadi
Sang Pengkhianat oleh Hanna A. Santoso
Bait Terakhir oleh Ade Agustia Putri
A Risk oleh Des Indriani S
Bertahan oleh Ade Agustia Putri
Rumah Gudang oleh Bayu Febriyanto

Bad Dream oleh Afaanin Ulayanisa

167 18 1
By inariwritingproject

Tanaya mengambil dompet dan ponselnya begitu bel istirahat berbunyi.Rasa lapar yang menderanya membuat Tanaya ingin buru-buru menyantap bakso di kantin.Ia berjalan sendiri ke kantinkarenaRaya dan Fariska membawa bekal, menolak ikut bersamanya.

"Proposal kunjungan lapanganudah selesai?" Mahesa tiba-tiba saja telah menyamai langkah Tanaya.

Tanaya mengangguk, proposal hanya tinggal ditandatangani kepala sekolah. Sebenarnya mengerjakan proposal itu cukup menyita waktu Tanaya. Kunjungan ke Pantai Parangtritis yang tadinya telah disetujui itu mendadak harus direvisi karena salah satu wali murid protes. Menurutnya, Pantai Parangtritis tidak aman untuk siswa SMA karena banyak hal gaib di sana. Tanaya saat itu hanya geleng kepala, ternyata masih ada yang percaya hal seperti itu. Untungnya wali murid itu akhirnya setuju karena pembelajaran geografi memang mengharuskan ke Pantai Parangtritis.

Sesampainya di kantin, Tanaya dan Mahesa memilih duduk di ujung timur. Selain dekat dengan bakso kesukaan Tanaya, meja di daerah itu tidak terlalu ramai.

"Nih, besok-besok bawa makan dari rumah biar nggak makan bakso melulu, nggak sehat, tahu!" Mahesa meletakkan semangkok bakso di depan Tanaya.

"Jangankan bawa bekal, Mama gue masak buat sarapan aja gue udah bersyukur," ujar Tanaya sembari menuangkan sambal ke baksonya.

Mahesa mengangguk pelan, bekerja sebagai seorang pengacara pasti membuat mama Tanaya terlampau sibuk untuk memasak. Malah Tanaya pernah cerita mamanya tidak pulang dua minggu, mengurus kasus besar di luar kota.

"Nanti bisa nganterin Aldo ke tempat penyewaan bus? Kalau Aldo sama Putri cuma pergi berdua bisa-bisa malah banyak pacarannya."

Mahesa terdiam, memikirkan agendanya hari ini. "Kayaknya gue nggak bisa, nanti ada latihan basket sama anak kelas satu, kasihan kalau gue tinggal."

"Lo nggak capek ya, Sa? Ketua OSIS, futsal, olimpiade, basket, semua aja lo ambil."

Mahesa terkekeh."Berhubung masih hidup, semua yang bisa gue lakuin harus gue maksimalin."

Seluruh sekolah ini tahu siapa Mahesa. Murid teladan dengan segudang bakat dan prestasi. Mahesa adalah bentuk dari murid idaman semua guru. Belum pernah sekali pun dia terlambat mengerjakan tugas walaupun kegiatan di luar kelasnya jauh lebih banyak dari siswa lain. Tanaya yang telah menjabat sebagai sekretaris OSIS selama satu semester tahu persis seberapa ambisius Mahesa. Bahkan lelaki itu akan menemaninya semalaman via telepon jika Tanaya merasa kehilangan semangat saat menyelesaikan urusan OSIS.

"Pokoknya gue minta tolong banget sama lo, kunjungan kita ke Parangtritis harus lancar."Mahesa menggenggam tangan Tanaya, membuat gadis itu mengurungkan niatnya untuk menyendok bakso lagi

"Tenang aja, Mahesa.Gue, Tanaya,akan memastikan sendiri kegiatan kunjungan anak kelas dua ke Parangtritis lancar sampai kita nginjek air lautnya langsung!"

Mahesa tersenyum mendengar janji Tanaya. Ia tahu gadis dengan manik cokelat itu selalu dapat ia andalkan.

***

"Sini gue bantuin."

Tanaya menoleh ke Mahesa yang tengah mengulurkan tangan. Sejak beberapa saat lalu, Tanaya memang sedang berusaha menaruh tas beratnya ke bagasi di atas tempat duduk. Bus yang sekarang mereka naiki cukup tinggi hingga Tanaya kesulitan.

Tanaya menyerahkan tasnya ke Mahesa, lelaki itu dengan cepat menyelesaikan tugasnya.

"Duduk sama siapalo?"

Tanaya menunjuk dengan matanya ke arah Raya yang sedang asyik memainkan ponsel.

"Si Fariska nggak marah kalian duduk berduadoang? Biasanya kan ke mana-mana seringnya bertiga."

Tanaya memanyunkan bibirnya."Yang punya pacar mah beda, maunya dekat sama ayangnya," ujar Tanaya membuat Mahesa tertawa.

Mahesa kemudian duduk di tempatnya. Ia dan Tanaya bersebelahan, dibatasi jalan di sela kursi bus. Tempat duduk mereka yang seperti itu memungkinkan Mahesa untuk melihat jelas wajah Tanaya. Entah kenapa, akhir-akhir ini Mahesa merasa Tanaya makin manis. Sekarang saja tanpa sadar ia tengah mengamati guratan wajah Tanaya.

"Kenapa? Liptintgue belepotan?" Tanaya sedikit gugup saat mendapati Mahesa tengah mengamatinya. Mahesa menggeleng pelan, lantas memejamkan matanya. Perjalanan ini tidak terlalu memakan banyak waktu, tapi Mahesa harus banyak menenangkan dirinya.

Bus berukuran besar itu mulai melaju. Beberapa anak yang sudah pernah ke Yogyakarta khususnya Pantai Parangtritis mulai berlagak menjadi yang paling tahu. Beberapa sibuk bercerita tentang legenda-legenda yang berkembang di sana, seperti Nyi Roro Kidul, misalnya. Teman-temannya mendengarkan dengan antusias, juga mengingat-ingat agar tak memakai baju hijau saat di pantai nanti. Namun, di antara anak-anak itu, ada beberapa yang tak acuh, menganggap ini hanya kunjungan biasa yang berbuah laporan nantinya.

Akhirnya bus sampai di hotel ketika matahari belum sepenuhnya tenggelam. Hotel ini tidak terlalu jauh dari Pantai Parangtritis, butuh waktu sekitar 10 menit jalan kaki. Para siswa yang mulai lelah segera menuju ke kamar masing-masing. Sebagian memilih membersihkan badan dahulu, sebagian yang lain memilih langsung tidur. Pukul tujuh malam, mereka bergegas keluar untuk makan malam.

Meja yang digunakan siswa makan dibagi menurut kelas masing-masing. Tanaya senang bisa duduk bersama Raya dan Fariska, juga Mahesa di seberangnya. Kelas Tanaya adalah kelas unggulan, jadi mereka cukup tenang ketika makan. Padahal, kelas lain sangat ribut hingga membuat guru beberapa kali memberi peringatan.

"Kalian udah pernah baca berita belum?" Fariska yang terkenal up to datemembuka suara.

"Yang pemain sinetron nikah sama tukang becak itu?" tanya Radit, si masternya kimia.

Fariska menggeleng, berita itu sih tidak penting."Kita kan mau ke Pantai Parangtritis, nih.Gue tadi baca berita gitu. Katanya akhir-akhir ini ada beberapa orang yang gantung diri di daerah situ. Terus banyak warga curiga sama salah satu juragan, soalnya semua yang gantung diri itu bekas karyawan si juragan."

"Gue tahu, tuh!Bentar-bentar, tapiguelupatahuitudarimana." Tanaya tampak mengingat sesuatu.

"Oh, gue inget! Kasus itu kan dipegang sama firma tempat mama gue kerja. Malah gue pernah nggak sengaja ketemu si juragan kaya raya itu pas ke kantor mama gue."

Teman-teman Tanaya mendengar dengan antusias. Jarang-jarang ada cerita misteri di kelas ini.

"Terus juragannya gimana, Tan? Dipenjara atau dibebasin?" tanya seseorang di ujung meja.

"Seingetgue, juragan itu gantung diri tiga hari sebelum sidang. Mungkin si juragan merasa bersalah udah bikin karyawannya bunuh diri."

Murid-murid di mejamakanberbisik-bisik.Mengerikansekaliperilakujuraganitu.Sudahmembunuhkaryawannya, eh lepasdaritanggungjawabbegitusaja.Makan malam kali ini diakhiri dengan cerita tentang kasus gantung diri di dekat Pantai Parangtritisitu. Tanaya merasabiasa, diatidakterlalutakutdengankisah-kisahmisteri. Namun,Tanayatidaksadar, adasepasangmata yang menatapnyasejaktadi.

***

Pemandangan dari balkon restoran hotel lumayan indah. Ada lampu-lampu dari perkampungan yang bisa dilihat dari sana. Juga samar-samar kilauan air laut dapat disaksikan. Tanaya menarik napas pelan, menikmati suasana.

"Lo nggak kedinginan?"

Tanaya menggeleng pada Mahesa yang kini berdiri di sebelahnya.

"Makasih, ya, Tan."

Tanaya mengernyitkan dahi.Sepertinya ia tidak melakukan sesuatu yang membuat Mahesa harus berterima kasih.

"Makasih lo udah nepatin janji buat bikin kegiatan ini lancar."

"Oh, itu. Santai aja. Lagian kan gue sekretaris OSIS sekaligus wakil ketua panitia kegiatan ini. Ya ...gue dengan senang hati bakal bantuin lo buat ngurus semuanya."

"Maaf juga ya, gue nggak banyak bantu. Lo ngajuin proposal yang terakhir juga sendirian, kan?"

Tanaya tersenyum sambil mengangguk maklum. Ia tahu Mahesa sedang sibuk-sibuknya. Belum lagi kondisinya yang yatim piatu membuat Mahesa harus mengurus rumah sendiri.

Tiba-tiba saja Mahesa meraih Tanaya ke pelukannya.

"Mahesa, nanti ada yang liat,"ujarTanayadenganrautcemas.

"Tenang aja, Tanaya, semua udah tidur kok," balasMahesapelan."Tanaya, di Pantai Parangtritis nanti, ada Hutan Klarangan. Di sana ada satu pohon beringin besar." Mahesa melepaskan pelukan mereka.

Tanaya menatap Mahesa tak mengerti. Yang akan mereka lakukan nanti hanya mengamati jenis tanah, batuan, juga pola kependudukan, apa hubungannya dengan pohon beringin?

Mahesa menyerahkan amplop ke Tanaya.

"Ini apa?"

"Rahasia. Pokoknya, jangan dibuka kalau kamu masih ketemu aku."

Mahesa tersenyum, sedikit aneh sebenarnya. Sepertinya baru kali ini Mahesa menggunakan aku-kamu. Namun, Tanaya tidak banyak bertanya karena Mahesa menyuruhnya bergegas ke tempat tidur.

***

"Dari mana, Tan?"Raya yang sedangmenyisirrambutmenolehkeTanaya di pintu.Tanayamenggarukkepala, mencarialasan yang sekiranyamasukakal.

"TadihabisngobrolsamaMahesasoalacarabesok," jawabTanayamembuat Raya ber-oh.

Tanayakemudianduduk di ranjang, mengamatiFariska yang telahterlelap.Tiba-tibadadanyaberdesir, teringatpadapelukanMahesatadi.Tanpasadarsudutbibirnyaterangkat.Jikaberterimakasihkarenamembantuacarini, apaharusmemberipelukan? AtauMahesamemilikimaksud lain? Ah! PipiTanayasudahmemerahsekarang.

"Lo ngapainsenyam-senyumgitu?Kesurupan?"Raya melemparTanayadengansisir.

"Enakaja!Guecumalagisenengacaranyalancar."

"Idih, ketahuanbangetbohongnya. Lo habisditembak, ya?" tanya Raya dengantatapancuriga.

"Janganngaco!Udah ah, guemautidur," tukasTanaya yang kemudianmemosisikantubuhnyakeranjang.

***

Pagiinicuacasangatcerah.Tanayabersyukurkarenacuaca kali iniakanmendukungkegiatanmereka di pantai. Setelahselesaimelakukanbeberapatugasdari guru, Tanayadanmurid-murid lain bebasbermain, jadimerekataksabaruntuksegerakepantai.

Pukulsetengahdelapan, semuamuridsudahsiap di halaman hotel.Namun,merekaharusdidataulangdahulusebelumberangkat.

"MahesaArdian!" Suara Pak Harismenggema, tidakadasahutan."Mahesa!" ulang Pak Haris.

Muridlainsegeramelihat-lihatsekitar, mencarikeberadaanMahesa. Namun,cowokitutidakterlihatbatanghidungnya.

"Siapa yang sekamarsamaMahesa?" tanya Pak Haris.

Dua orang darirombonganlaki-lakimengangkattangan, namunmerekamengatakanMahesasudahpergisejakmerekabelumbangun. Pak Harisakhirnyamenyebutnamaseluruhmurid, siapatahuMahesalantasmuncul. Namunhinggaanakdenganpresensiterbawahdipanggil, Mahesabelummunculjuga.Padahalmerekaakansegeraberangkat.

"Anak-anak!SekarangsemuacobacariMahesa! SoalnyacumaMahesa yang nggakada."Pak Toraselakupembinamemberiperintah.Anak-anakmenurut, berpencarmencari sang ketua OSIS.

Pencariandilakukanhampirsetengah jam, tetapiMahesatidakkunjungditemukan.Padahal, merekasudahmencarikeseluruhbagian hotel.Karenatakutmengganggujadwal, rombonganakhirnyadiberangkatkan, siapatahuMahesasudahberada di pantai.

***

Sepanjangperjalananhinggakepantai, perasaanTanayacemas.BarutadimalamdiaberbicaradenganMahesa, laludi manadiasekarang?Panggilandanpesan yang ditujukanuntukMahesajugatidakmendapatrespons.

"Tan, udahdeh!Mahesapastibaik-baikaja, kok."FariskamencobamenenangkanTanaya.SebagaisahabatTanaya, diatentutahujikaTanayapunyaperasaankhususuntukMahesa.

"TapiRis, gueudahjanjisesuatusamaMahesa. Kalaudianggakada di sini,guenggakbisanepatinjanji."

Raya merangkulpundakTanaya."Nggakusahpanik!Mending kitakelilingpantaibuatngerjaintugas, habisitu main-main, yuk!" ajak Raya.Tanayalalumenurutsajasaatduasahabatnyamemaksauntukberkeliling.

"Tan, liat deh!" Raya dan Fariska menunjuk ke suatu arah di dekat pantai.

"Tempatnya kok, ngeri banget, Pak?" tanya Raya pada seorang pemandu yang merupakan penjaga hotel.

"Itu namanya Hutan Klarangan. Berbahaya, Nduk. Banyak sekali orang-orang yang gantung diri di pohon beringin besar di dalam sana."

Raya dan Fariska saling pandang, kemudian tampakbergidik ngeri. Tanaya di sebelah mereka terdiam. Pohon Beringin itu yang semalam Mahesa bisikkan padanya, bukan? Buru-buru Tanaya mengambil amplop di sakujaketnya. Dengan tangan gemetar, ia mengambil isi amplop itu. Ada surat dan sebuah foto. Di dalam foto itu, ada Mahesa bersama seorang lelaki yang tampak familier di ingatan Tanaya.

"Lo kenapa, Tan?" Raya memegang pundak Tanaya.

Tanaya yang sedang membaca surat dari Mahesa mulai menggeleng dan menggumam tak jelas.Fariska ikut mendekati Tanaya.

"Lo khawatir tentang Mahesa? Tadi guru-guru udah mulai nyari dia kok, Lo tenang aj—"

Belum selesai Fariska berbicara, Tanaya berlari cepat ke arah hutan. Tanaya tidak menoleh sedikit pun ketika beberapa teman dan guru memanggilnya. Takut terjadi sesuatu, beberapa teman Tanaya bersama pemandu mengikuti Tanaya berlari.

Pohon beringin. Tanaya bisa melihat pohon beringin besar itu dari kejauhan. Ia memacu larinya secepat mungkin, ia harus ke sana. Ia harus ke sana sebelum semuanya terlambat.

Tanaya jatuh terduduk beberapa meter sebelum sampai di pohon itu. Ia berteriak, kedua tangannya menutup mulut. Orang-orang yang mengikuti Tanaya bergegas ketika mendengar teriakan Tanaya. Di sana, di depan pohon beringin, Tanaya tengah terduduk sambil terisak. Isakannya memilukan.

Dan Mahesa, telah ditemukan. Tergantung di pohon beringin dengan kondisi tak bernyawa.

***

Untuk Tanaya, sekretaris yang paling kupercaya.

Aku tahu perasaanmu mulai berubah. Kamu menyukaiku, kan? Sejak aku selalu menemani malam-malam lelahku, kamu mulai menyukaiku. Aku tahu, Tanaya.

Sayangnya aku tak punya cukup waktu untuk membalas perasaanmu.Hanyasebuahpelukan yang bisakuberikanuntukmu.

Aku terlalu lelah. Pulang di rumah kosong. Ibuku, ayahku, semuanya tiada.Akutahu, Kamu selalubisakuandalkan.

Aku selalu tidak sempat ke pohon beringin ini, Tanaya.Kesibukanku terkadang membuatku takut kesempatanku ke sini hilang. Tapi Tanaya, terima kasih telah menepati janjimu.Terima kasih telah membuatku datang ke sini.Sekarang, paling tidak aku bisa bertemu ayah dan ibuku.

Mahesa, ketua OSIS kesayanganmu.

Ps: ayahku tidak gantung diri karena merasa bersalah. Ia dibunuh warga yang tak terima karena ayahku tidak bisa dijadikan tersangka. Sampaikan terima kasih pada ibumu karena telah membuktikan ayahku tidak bersalah, meski pun akhirnya sidang tidak pernah dimulai.

Continue Reading

You'll Also Like

227K 8.3K 45
Short stories collection. ๐— ๐—ฎ๐˜€๐—ต๐—ฎ๐—น-๐—ฒ-๐— ๐—ฎ๐—ต๐˜๐—ฎ๐—ฎ๐—ฏ~ ๐—ง๐—ต๐—ฒ ๐—ฏ๐—ฟ๐—ถ๐—ด๐—ต๐˜ ๐—บ๐—ผ๐—ผ๐—ป. ๐—›๐—ฎ๐˜€๐—ฟ๐—ฎ๐˜-๐—ฒ-๐—ถ๐˜€๐—ต๐—พ (๐—ญ๐—ฎ๐—ถ๐—บ~๐— ๐—ฎ๐—ต๐—ฟ๐—ผ๐˜€๐—ต) ~complet...
35K 3.4K 48
. .
9.2K 669 34
~ แ€กแ€แ€ปแ€…แ€บแ€€แ€ญแ€ฏแ€ฅแ€•แ€€แ€นแ€แ€ฌแ€•แ€ผแ€ฏแ แ€ฅแ€ฎแ€ธแ€”แ€ฑแ€ฌแ€€แ€บแ€”แ€ฒแ€ท แ€›แ€ฝแ€ฑแ€ธแ€แ€ปแ€šแ€บแ€›แ€™แ€Šแ€บแ€†แ€ญแ€ฏแ€›แ€„แ€บแ€แ€ฑแ€ฌแ€„แ€บ แ€™แ€„แ€บแ€ธแ€€แ€›แ€ฝแ€ฑแ€ธแ€แ€ปแ€šแ€บแ€–แ€ญแ€ฏแ€ท แ€‘แ€ญแ€ฏแ€€แ€บแ€žแ€„แ€บแ€ทแ€แ€ฒแ€ทแ€žแ€ฐ ~
90.1K 3K 111
here you will find a few of my ideas. Have fun :) -Angst + Character death (Chapter 1) -slownburn??? Idk/Mialotte (Chapter2) -family drama (Chapter 3...