Unbreak Me

dramioneyoja

71.1K 9.8K 1K

Draco sudah punya semuanya, semuanya kecuali kenapa Hermione Granger meninggalkannya. Sekarang setelah ia mer... Еще

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22

Chapter 14

2.4K 358 15
dramioneyoja

Chapter 14

Hermione berbaring di kasur yang ada di ruangan itu. Ruangan di satu rumah sakit sihir yang sudah beberapa hari ditempatinya dengan alasan observasi. Ia tidak yakin berapa lama ia harus bertahan di sini ketika tidak ada yang berubah dari keadaannya.

"Hermione." Draco berseru pelan saat ia memasuki ruangan yang ditempati Hermione itu.

"Iya?" Hermione bertanya bingung. Draco bilang ia akan bicara dengan Healer yang memang sudah sering menangani tentang kasus serupa, tapi Hermione sudah melewati ini sebelumnya dan ia tahu hasilnya tidak akan banyak berubah.

Draco tidak mengatakan apa-apa. Ini sudah Healer ketiga yang mereka datangi dan lagi-lagi tidak ada hasil. Ia yang tadinya duduk di kursi di samping tempat tidur Hermione bangun dan berbaring di sisi sempit kasur itu.

Hermione menggeser tubuhnya dan memiringkan tubuhnya sendikit agar Draco bisa berbaring di sana. "Ada apa?" Hermione bertanya pelan saat ia menyadari ekspresi wajah Draco tidak begitu baik.

Draco lagi-lagi tidak mengatakan apa-apa, ia menghela nafasnya dan menarik Hermione ke dalam pelukkannya.

"Apa itu artinya kita bisa pulang sekarang?" Hermione bertanya.

Draco mengangguk pelan. "I'm sorry." Draco berbisik pelan dan mencium pipi Hermione lembut.

Hermione tahu kenapa Draco mengatakan itu padanya. "It's okay." Hermione menepuk-nepuk pundak Draco lembut.

Alasan kenapa Hermione akhirnya berhenti melakukan terapi dan mencari pengobatan pertama kali bukan karena ia menyerah, sama sekali tidak. Ia menyerah bukan karena ia lelah atau ia tidak lagi punya semangat untuk melakukan terapi dan sebagainya.

Ia berhenti karena semua hal itu membuat semua orang disekitarnya kering.

Setiap ia memulai terapi baru, kedua orangtuanya dan teman-tenannya akan berharap, mereka akan berharap sangat tinggi, tapi kemudian terapi itu gagal, baik kakinya ataupun sihirnya tidak membaik dan tidak kembali.

Begitu terus.

Dan meskipun Hermione juga tidak kalah kecewanya dengan mereka, melihat orang-orang disekitarnya kecewa memberinya perasaan sedih yang mendalam.

Dan itulah yang membuatnya akhirnya memutuskan berhenti mencoba.

Hermione menarik nafasnya panjang sambil mengelus lembut kepala Draco. Ia tidak ingin Draco juga mengalami itu semua seperti orangtua dan teman-temannya dulu. Hermione tahu sedikit banyak itu akan mempengaruhi hubungan mereka. Draco akan sedih dan kecewa setiap jenis terapi yang mereka coba gagal, ia akan menyalahkan banyak orang dan Hermione tahu tidak perlu waktu lama bagi pria itu untuk mengeluarkan tempramen terburuknya

"Kita harus berberes sebelum pulang." Hermione berseru dan berusaha bangun dari kasur itu.

Draco mengangguk. "Barusan Mum menghubungiku." Draco berseru.

Hermione yang sudah berdiri dan baru akan mengganti bajunya langsung melihat ke arah Draco. Hermione sendiri setiap hari selalu menghubungi ayahnya untuk mengetahu keadaannya. Satu hari sebelum ia masuk ke rumah sakit ini ia juga sudah mengunjungi ayahnya yang masih dalam perawatan dan observasi khusus.

"Lalu?" Hermione bertanya, tidak bisa menahan dirinya untuk tidak khawatir.

Draco tersenyum. "Mum bilang hari ini Richard sudah bisa dipindahkan ke ruangan biasa dan mungkin dalam dua hari ia sudah bisa pulang."

Hermione menghela nafasnya lega.

"Bagaimana jika kita berkunjung hari ini?" Draco bertanya, hari masih siang dan mereka punya banyak waktu untuk datang ke tempat ayah Hermione dirawat sebelum pulang.

Hermione tersenyum dan mengangguk.

.

"Apa ada perubahan?" Helena bertanya pada Draco. Mereka berdua berdiri di luar ruangan yang ditempati Richard sementara Hermione di dalam mengobrol dengan ayahnya.

Draco menggeleng dan tidak mengatakan apa-apa.

"Sama sekali tidak ada?" Helena bertanya lagi.

Draco menggeleng. "Kami sudah menemui beberapa Healer terbaik di London seminggu belakangan ini tapi tidak ada perubahan sama sekali."

"Bagaimana dengan tongkat Hermione? Apa kalian menemukan semacam petunjuk dari situ?" Helena bertanya lagi.

-Flashback-

"Apa terjadi sesuatu?" Harry bertanya bingung saat ia dan Ron diminta oleh Draco untuk bertemu.

Harry dan Ron duduk di depan Draco, di ruangan Harry di kementrian. Draco mencuri-curi waktu untuk datang ke sini sebentar sementara Hermione ada di rumah sakit.

Draco kemudian mengeluarkan kantung velvet dari sakunya dan meletakkannya di meja.

"Kedua orangtua Hermione memberikanku ini beberapa hari yang lalu. Aku tidak tahu kenapa mereka tidak memberikan ini kepada kalian sebelum ini." Draco kemudian mengeluarkan isi kantung itu.

"Bloody Hell." Ron langsung mengumpat saat melihat patahan tongkat itu.

"Apa itu patahan tongkat Hermione?" Harry bertanya.

Draco mengangguk. "Kedua orangtua Hermione menemukannya di dareah kejadian kecelakaan Hermione, mereka tidak bisa menemukan seluruh patahannya tapi aku rasa kita bisa menemukan sesuatu dari sini."

Harry dan Ron mengangguk setuju.

"Untuk sementara kau bisa fokus dengan Hermione dulu. Aku dan Ron akan berusaha melihat apa yang bisa kami lakukan dengan ini." Harry berseru.

Ron mengangguk setuju. "Kami akan berusaha mencari petunjuk atau semaamnya."

Draco mengangguk. Ia kemudian juga memberitahu mereka berdua tentang mimpi Hermione beberapa hari yang lalu.

"Sekarang aku yakin seratus persen seseorang memang mencuri sihir Hermione." Harry berseru. Harry sudah mengira hal itu sebelumnya, terutama karena saat ia dan Ron pertama kali melakukan pemeriksaan lokasi, mereka tidak menemukan tongkat sihir milik Hermione.

"Tapi apa hal seperti itu masih ada, Potter?" Draco bertanya bingung.

"Itu salah satu praktik sihir hitam dan kuno." Harry memberitahu.

"Aku akan mencoba melakukan riset." Draco juga berseru. "Kurasa ada banyak literatur yang bisa membantu kita di Hogwarts atau di Malfoy Manor." Draco berseru.

Ron menggelengkan kepalanya. "Bagaimana mungkin kita melakukan riset tanpa Hermione."

Harry dan Draco tersenyum mendengar perkataan Ron barusan, meskipun itu benar, ia tidak yakin mereka bisa melibatkan Hermione kali ini.

"Kurasa kita harus melakukannya sendiri kali ini." Harry menarik kesimpulan. "Sekali ini kita harus melakukan yang terbaik untuk Hermione."

-End of Flashback-

"Aku harap kalian bisa membawa sihir Hermione kembali." Helena berseru pelan dan menepuk pundak Draco pelan.

"Aku janji, Mum." Draco berseru.

Helena memeluk Draco erat, berharap begitu besar padanya.

.

"Kau mau makan malam apa?" Draco bertanya pada Hermione saat mereka di mobil Draco dalam perjalanan kembali ke rumah.

Hermione mengangkat bahunya. "Apa saja."

"Bagaimana jika aku masak saja?" Draco bertanya lagi.

"Itu juga boleh." Hermione menjawab. "Tapi di dapur tidak ada apa-apa." Hermione kemudian ingat.

Draco tertawa. "Itu artinya kita harus pergi berbelanja."

"Draco." Hermione tiba-tiba berseru.

"Iya?" Draco bertanya sambil melihat ke jalanan di depan mereka.

"Apa kau mau menikah denganku?" Hermione berseru tiba-tiba dan membuat Draco menginjak rem mendadak.

.

Hermione duduk kasurnya dengan Draco, ia bersandar di bagian kepala kasur sambil membaca buku, sementara Draco berbaring di sampingnya sambil memunggunginya.

Hermione tersenyum kecil melihat Draco yang sedang merajuk seperti anak kecil. Draco marah padanya dan berkata padanya kalau ia sedang bercanda, padahal tidak.

Hermione sudah memikirkannya. Beberapa hari belakangan ini ia semakin punya banyak waktu untuk berpikir. Karena kerjanya hanya berbaring jadi ia punya banyak waktu untuk berpikir.

Hermione tidak yakin apa yang akan terjadi padanya setelah ini, tapi satu hal yang ia yakini. Ia tidak mau kehilangan Draco. Sama sekali tidak ingin dan jika seluruh Muggle di dunia ini bisa hidup tanpa sihir maka ia juga bisa.

Ia tahu Draco sudah mengorbankan banyak hal belakangan ini padahal mereka belum lama kembali bersama dan Hermione tidak bisa membayangkan betapa banyak pengorbanan yang akan dilakukan Draco jika mereka terus fokus melakukan hal tidak jelas seperti ini.

Jadi Hermione sudah memikirkannya cukup matang. Ia rasa hal terbaik baginya sekarang adalah menjadi ibu rumah tangga. Salah satu sisi dari dalam dirinya tidak yakin apakah itu yang memang diinginkannya, ia tentu masih punya mimpi menjadi seorang Healer, jika tidak bisa menjadi Healer maka ia ingin menjadi seorang Professor dan mengajar, tapi sekarang, apapun tidak bisa.

Ia ingin mencoba kuliah di universitas Muggle, mungkin itu hal terbaik yang bisa dilakukannya, tapi ia juga ingin menikah dengan Draco. Jadi ia bertanya pada pria itu, tapi responnya malah seperti itu.

"Draco." Hermione berseru pelan, ia menutup buku yang ada di pangkuannya dan meletakkannya di meja di samping kasur itu.

Draco tidak menjawab.

"Draco." Hermione berseru lagi, kali ini sambil menggerak-gerakan bahu pria itu lembut.

"Aku rasa kita harus berhenti melakukan ini." Hermione berseru.

"Berhenti melakukan apa?" Draco akhirnya berseru dan membalikkan badannya.

"Ini." Hermione tersenyum kecil. "Ini semua. Aku rasa tidak ada gunanya lagi kita melakukan ini, kita sudah menemui semua orang, kita sudah pergi ke semua tempat, kita sudah mencoba semuanya." Hermione berseru lagi. "Aku rasa ini sudah waktunya kita berhenti."

"Hermione..." Draco bangun dan duduk di samping Hermione, ia baru akan mengatakan sesuatu saat Hermione meraih tangannya dan menghentikan perkataannya dengan menciumnya.

"Aku sudah kehilanganmu selama bertahun-tahun." Hermione menghela nafasnya. "Aku tidak ingin kita terus melakukan ini dan lupa melanjutkan hidup kita. Kau punya karir yang begitu baik Draco, melakukan ini semua hanya akan membuang-buang waktumu."

"Hermione...."

"Draco." Hermione berseru tegas dan kembali memotong perkataannya. "Jujur aku akan selamanya menginginkan sihirku kembali atau kakiku kembali normal, tentu saja itu yang aku inginkan, tapi jika tidak bisa, apa aku harus terus membuat kita jalan di tempat seperti ini?"

Draco tidak mengatakan apa-apa.

Hermione meletakkan tangannya di pipi Draco dan mengelusnya pelan. "Kau harus kembali kepada pekerjaanmu yang sudah terlalu lama kau tinggalkan. Aku akan berusaha mencari sesuatu yang bisa kugeluti di London." Hermione akhirnya memutuskan. "Aku mungkin akan mencoba kuliah di Universitas Muggle."

"Kau tidak akan pergi lagi kan?" Draco berseru putus asa.

Hermione menggeleng. "Keluarga dan teman-temanku di London." Ia kemudian tersenyum. "Dan kau juga di sini."

Draco akhirnya tersenyum. "Aku akan melakukan apapun untuk membuatmu bahagia."

Hermione tertawa pelan. "Maybe being stay at home wife would be good for me."

"Will you be happy?" Draco bertanya pelan dan penuh rasa kekhawatiran.

"I will, with you." Hermione berseru.

... to be continued.

Продолжить чтение

Вам также понравится

215K 4.5K 47
"You brush past me in the hallway And you don't think I can see ya, do ya? I've been watchin' you for ages And I spend my time tryin' not to feel it"...
1.1M 20.1K 44
What if Aaron Warner's sunshine daughter fell for Kenji Kishimoto's grumpy son? - This fanfic takes place almost 20 years after Believe me. Aaron and...
480K 14.6K 98
Theresa Murphy, singer-songwriter and rising film star, best friends with Conan Gray and Olivia Rodrigo. Charles Leclerc, Formula 1 driver for Ferrar...
163K 5.7K 42
❝ if I knew that i'd end up with you then I would've been pretended we were together. ❞ She stares at me, all the air in my lungs stuck in my throat...