GARDENIA

Von Luluk_HF

1M 104K 24.6K

Selamat tinggal. Dua kata yang sangat dibenci oleh seorang Cantik. Selamat datang. Dua kata yang ingin diuca... Mehr

PROLOG
1 - Hai Cantik
2 - SAH?
3 - List Tampan
4 - Calon Pacar
5 - Dua Juta
6 - Untung Cantik
7 - Tawaran dan penolakan
9 - Don't Afraid

8 - Hallo Tampan. Hallo Cantik

59.5K 7.1K 1.4K
Von Luluk_HF


Assalamualaikum. Selamat malam. Saya kembali psoting Gardenia lagi ^^ 

Oh ya, sebelum baca part 8 saya ada info penting nih buat semua pembaca "CERITA GARDENIA"

Mulai hari ini, tanggal 26 Agustus 2019, nama pembaca dan pecinta Gardenia yaitu "GARDS". Jadi aku akan manggil semua pembaca dan pecinta Gardenia "GARDS" yaa. Biar seru dan spesial gitu kesannya ^^ 

Nantinya juga bakalan banyak Giveaway dan Hadiah yang dibagi-bagiin untuk semua "GARDS" yang setia baca CERITA GARDENIA. 

Makanya terus pantau di Instagram @novelgardenia, Disana akan diposting SPOILER-SPOILER untuk PART selanjutnya dan Foto dari RolePlayer Canntik dan Tampan bahkan Hadiah dadakan juga bakalan ada disana. PANTAU TERUS YAA INSTAGRAM @novelgardenia ^^

Aku juga ada SPOILER nih untuk WAJAH (ROLEPLAYER) DARI CANTIK DAN TAMPAN ^^ 

MAU TAU WAJAH JELASNYA? YUK LANGSUNG CEK DI INSTAGRAM @novelgardenia SEKARANG JUGA ^^

SUDAH ADA FOTO DARI CANTIK DAN TAMPAN YANG JELAS LOH DISANA. DIJAMIN BENERAN CANTIK DAN TAMPAN VISUALNYA ^^ 

Dan.... Selamat membaca untuk semua GARDS semoga selalu suka dengan GARDENIA ^^

***

Tubuh Tampan menggeliat dengan bibir mengerang tak jelas, suara ponselnya sedari tadi terus berdering. Tangan Tampan meraba-raba diatas kasur, mencari keberadaan benda persegi tersebut.

Tanpa membuka matanya, Tampan menerima sambungan tersebut, meletakkan ponselnya diatas kupingnya dengan kepala miring.

Tampan diam, menunggu orang disana yang berbicara dahulu.

"Hallo Tampan. Maaf ganggu. Ini saya Cantik."

"Cantik siapa?" lirih Tampan dengan suara serak dan malas.

Hening beberapa saat. Tak ada jawaban dari sebrang.

"Hallo," panggil Tampan lagi.

"Saya Cantik Suhaa Jasmin. Teman sekolah kamu."

Tampan manggut-manggut kecil, masih tak sadar dengan siapa dia berbicara.

"Oh Cantik teman sekolah. Saya Tampan."

Hening kembali. Tampan menguap beberapa kali, masih enggan membuka kedua matanya. Kesadarannya belum juga terkumpul.

"Kamu masih tidur ya?"

Suara Cantik terdengar seperti orang menerka-nerka.

"Iya nih. Ngantuk banget," balas Tampan lebih ngaco.

"Yaudah, saya tutup telfonnya. Maaf ganggu."

"Iya diamaafkan."

Tampan mengambil ponselnya yang ada diatas telingannya, sembari menggerutu pelan.

"Ganggu aja pag-pagi. Pakai ngaku namanya Cantik segala," gumamnya tak beraturan.

Deg! Wait a minute!

Kedua mata Tampan seketika terbuka lebar, kantuknya mendadak hilang. Otaknya mulai bekerja cepat, mengumpulkan puing-puing semua kesadarannya, mencerna lagi kejadian barusan.

Perlahan Tampan menatap ponselnya.

"WAAAAA!!!!"

Tampan berteriak histeris, tubuhnya langsung terduduk. Tampan buru-buru melihat panggilan terakhirnya.

Si Cantik🌼

Mampus! Gila! Bodoh!

Tampan mulai mengumpati dirinnya sendiri ketika melihat nama Si Cantikbenar-benar tertera di layar ponselnya. Cantik menelfonya dan dia menyia-nyiakannya begitu saja. Kebodohan yang besar.

Tampan segera menelfon balik Cantik dengan perasaan gugup.

"Hallo."

Tampan akhirnya bisa bernapas legah, tersenyum senang.

"Cantik gue minta maaf banget tadi gue masih belum sadar. Maafin ucapan-ucapan ngelantur gue, jangan dimasukan hati ya. Gue nggak sadar ngomongnya sumpah," Tampan berusaha menjelaskannya.

"Iya. Sudah bangun?"

"Su... Sudah Cantik."

Tampan meneguk ludahnya dengan susah payah. Suara Cantik terdengar sangat tenang, mungkin hanya dirinya yang gugup saat ini.

"Tadi kenapa nelfon Cantik?" tanya Tampan to the point. Jujur, ia sangat penasaran dengan alasan Cantik yang tiba-tiba menelfonnya.

"Sa... Saya..."

Suara Cantik terbata, gadis itu tak langsung menjawab dengan lancar seperti biasanya, membuat Tampan semakin penasaran dan tak sabar mendengar jawaban dari Cantik.

"Saya kenapa Cantik?" Tampan mencoba membantu mengarahkan.

"Saya tadi cuma kepencet aja. Nggak sengaja. Maaf."

Beep!

Tampan tertegun, mendadak bingung. Sambungan dimatikan begitu saja oleh Cantik. Ia menatap ponselnya dengan pikiran dipenuhi pertanyaan.

Tampan mulai ragu jika telfon dari Cantik tadi hanyalah salah sambung. Tampan berusaha mengingat-ingat lagi percakapan singkat mereka, mengumpulkan banyak bukti.

"Gue yakin, Cantik mau bicarain sesuatu ke gue," lirihnya sok misterius.

Tampan bergumam-gumam dengan kening berkerut.

"Apa Cantik mau ngajak gue nikah mudah?"

****

Tampan memutuskan untuk langsung menemui Cantik, Ia ingin mengetahui kebenaran dari kejadian tadi pagi. Kenapa Cantik menelfonnya? Tampan tidak mau mati penasaran.

Tampan sendiri masih tak percaya mendapatkan telfon dari Cantik. Bibirnya sedari tadi tidak bisa berhenti mengembang. Saat mandi dia terus tersenyum sembari bernyanyi-nyayi, pakai pakaian pun tersenyum. Bahkan, sekarang di meja makan ia masih tersenyum seperti orang kurang waras.

"Kenapa lo senyum-senyum?" tanya Lea merasa ngeri melihat ekspresi adiknya.

"Lagi bahagia gue," jawab Tampan sombong.

"Bahagia?"

"Iya. Bahagia banget!"

Lea melirik curiga. "Habis dapat apa lo? Janda anak empat?"

Senyum di bibir Tampan seketika menghilang, Lea merusak semua kebahagiaanya. Ia melirik kakaknya tajam.

"Enak aja kalau ngomong!"

Lea tersenyum meledek. "Terus apa? Janda kayak raya anak empat?"

"Kaaakk!!" rengek Tampan semakin kesal karena ejekan Lea yang menjadi. Sedangkan Lea tertawa puas melihat adiknya kesal seperti itu.

"Makanya pagi-pagi jangan senyum-senyum nggak jelas. Nakutin tau nggak!"

"Wajah lo itu lebih nakutin!"

"Eeerrrgg!!" erang Lea belagak menakuti adiknya.

Perdebetan Tampan dan Lea mendadak terhenti, ketika Eyang Sri datang dengan membawa nampan besar berisikan kripik singkong yang baru digoreng dan akan dimasukkan ke dalam toples-toples.

"Tampan mau kemana kok rapi banget? Kan hari libur?" tanya Eyang Sri.

"Mau nyamperin teman Eyang," jawab Tampan, tangannya mencomoti kripik singkong di nampan.

"Teman yang mana? Tampan sudah punya banyak teman disekolah?"

"Banyak Eyang. Kapan-kapan Tampan ajak teman-teman Tampan main ke rumah."

"Iya ajak aja mereka kesini. Nanti Eyang buatkan makanan yang enak-enak," sambung Eyang Sri langsung semangat.

"Siap Eyang."

Tampan meminum jus jeruknya sampai habis, kemudian berdiri, memakai jaketnya.

"Pulang jangan malam-malam, jangan pulang dengan tangan kosong juga," seru Lea mengingatkan.

Tampan melirik kakaknya. "Nggak denger! Nggak denger!" seru Tampan meledek kakaknya.

Setelah itu Tampan segera menyalami neneknya, berpamitan. Tampan menoleh ke kakaknya yang sudah sigap dengan tangan dijulurkan ke Tampan. Tampan mendecak pelan melihat kelakuan sang kakak.

"Salim dulu sama Kakak manis," ucap Lea sok lembut.

Tampan pun menyalami Lea dengan raut wajah tak enak.

"Tampan berangkat," seru Tampan segera keluar dari rumahnya.

Tampan menuju ke Toko Roti Gardenia tempat Cantik bekerja siang hari ini. Tampan yakin dia pasti menemukan gadis itu disana.

****

Tampan akhirnya sampai di Toko Roti Gardenia, ia langsung masuk ke toko tersebut. Tampan tau bahwa yakin belum datang karena jam masih menunjukkan pukul sebelas pagi, sedangkan shift Cantik dimulai pukul satu.

"Tiga puluh menit lagi Cantik pasti datang," ucap Tampan yakin.

Tampan memesan donat kacang dan icelemon tea. Ia kemudian duduk di meja paling ujung. Tampan terus menatap ke luar jendela, tak sabar menunggu Cantik datang.

"Kira-kira kenapa ya Cantik nelfon gue?"

****

Benar dugaan Tampan, Cantik akhirnya tiba di Toko Roti Gardenia, setelah tiga puluh menit kedatangannya. Tampan langsung berdiri menghampiri Cantik yang baru saja masuk tanpa menyadari kedatangannya.

"Cantik," panggil Tampan.

Cantik menghentikan langkahnya, menoleh. Ia sedikit terkejut melihat kehadiran Tampan ditempatnya bekerja. Apa yang dilakukan cowok ini lagi?

"Jam kerja kamu masih satu jam lagi kan? Boleh ngobrol sebentar?" tanya Tampan hati-hati.

Cantik menghela napasnya pelan tak langsung menjawab. Namun, tak lama kemudian Cantik mengangguk singkat, mengiyakan sebagai jawaban.

Cantik mengikut Tampan yang berjalan ke mejanya. Mereka berdua duduk berhadapan. Keduanya mendadak sama-sama canggung. Mungkin karena efek kejadian tadi pagi.

"Mau ngobrol apa?" tanya Cantik memulai, Tampan sedari tadi masih diam dan senyum-senyum sambil menatapnya.

"Lo tadi pagi kenapa nelfon gue?" tanya Tampan berani.

Pandangan Cantik langsung beralih, tak lagi menatap Tampan. Ia memikirkan jawaban apa yang harus dilontarkannya ke Tampan.

"Gue yakin pasti lo mau ngomong sesuatu yang penting kan?" sambung Tampan.

"Iya," jawab Cantik akhirnya mengakui.

Tampan tersenyum semangat tak sabar untuk mendengarkan jawaban Cantik sesungguhnya.

"Apa itu Cantik?" tanya Tampan.

Cantik menghela napasnya pelan, mendinginkan kepalanya sejenak untuk mengumpulkan semua keberaniannya sebelum menjelaskanya ke Tampan. Setelah itu, Cantik kembali menatap Tampan dengan yakin.

"Kamu masih butuh guru les?" tanya Cantik sedikit gugup.

Tampan tertegun sebentar, otaknya sedang memproses pertanyaan Cantik yang sama sekali tak diduganya.

"Guru les?" tanya Tampan memastikan sekali lagi.

"Iya. Tawaran kamu kemarin," jawab Cantik.

"Ahh...." Tampan akhirnya mengerti. "Kenapa? Katanya lo nggak mau jadi guru les gue? Katanya gue terlalu bodoh? Lo nyesel ngatain gue bodoh?" sindir Tampan berbondong-bodong.

"Nggak. Itu kenyataannya," balas Cantik terlalu jujur.

Tampan mendesis pelan, harga dirinya kembali diinjak oleh Cantik.

"Gue masih butuh guru les. Kenapa? Lo mau jadi guru les gue?" tanya Tampan hanya iseng. Tampan masih percaya bahwa Cantik tak akan menerima tawarannya.

Cantik lagi-lagi menghela napasnya, kali ini cukup panjang seolah dia sedang meyakinkan dirinnya bahwa keputusannya itu benar.

"Iya. Saya mau."

"HAH?" Tampan refleks berteriak, tanpa sadar, membuat beberapa pengunjung menatap mereka. Cantik juga sama kagetnya, ia sampai memundurkan sedikit badannya. "Lo beneran mau jadi guru les gue?" tanya Tampan masih tak percaya.

"Iya."

"Kenapa? Kan kemarin lo bilang nggak mau."

"Saya butuh kerja," jujur Cantik. Ia malas mengarang alasan. Toh, Tampan sudah tau semua tempat kerjanya dan bagaimana kehidupannya yang sulit.

Tampan mengerutkan kening, ia mulai tenang.

"Lo mau tambahan kerja lagi? Lo nggak capek?"

"Saya dipecat dari minimarket," jawab Cantik lagi.

Tampan menyesali pertanyaanya, ia menatap Cantik tak tega, walaupun gadis itu masih menunjukkan raut wajah yang tenang seperti sebelumnya. Bukan seperti orang yang butuh dikasihani.

"Oke kalau gitu, gue terima lo jadi guru les gue," ucap Tampan sembari tersenyum.

Cantik menatap Tampan sebentar, memastikan bahwa jawaban tersebut sungguh-sungguh.

"Oke, terima kasih," jawab Cantik seadanya. Ia tidak pandai mengungkapkan perasaan bahagianya. Tampan menyelamatkannya saat ini.

"Mau mulai lesnya hari apa? Lo bisanya hari apa aja?" tanya Tampan sangat semangat.

"Besok bisa, Hari senin sampai kamis."

"Oke. Setuju," seru Tampan. "Tenang aja seperti janji gue kemarin, gaji lo akan sama seperti harga di tempat bimbel."

Cantik melegah, gaji tersebut cukup banyak dan akan sangat membantunya.

"Kamu mau lesnya dimana?" tanya Cantik.

"Dirumah gue gimana? Biar keluarga gue percaya kalau gue benar-benar belajar."
Cantik menganggukan kepalanya, menyetujui.

"Lesnya mulai sepulang sekolah atau gimana?" tanya Tampan lagi.

"Jangan pulang sekolah, saya harus kerja disini."

"Kalau gitu setelah lo kerja aja. Jam enam sampai jam delapan malam? Bagaimana?" usul Tampan.

"Iya boleh."

Tampan menjulurkan tangannya. "Mulai besok lo jadi guru les gue!"

Cantik ragu untuk menerima jabatan tersebut. Tiba-tiba Tampan menarik tangannya dan menjabatnya sendiri membuat Cantik kaget.

"Makasih Cantik," ucap Tampan sungguh-sungguh.

"Untuk?" bingung Cantik. Karena harusnya dia yang berterima kasih kepada Tampan.

"Akhirnya gue nggak akan jadi bodoh sampai akhir hayat."

*****

Cantik memberikan kembalian ke pembeli, hari ini Toko Roti Gardenia cukup ramai, Cantik tak berhenti melayani setiap pembeli. Syukurlah antrian sudah habis. Cantik bisa istirahat sebentar.

Cantik melirik ke meja diujung sana, masih ada Tampan. Cowok tak kunjung pergi, padahal Cantik sudah menyuruhnya pulang. Entahlah, apa yang dilakukan cowok itu disini? Padahal urusan mereka berdua sudah selesai.

Cantik bergidik pelan, kali ini ia melihat jelas Tampan tengah senyum-senyum ke arahnya sembari melambaikan tangannya. Tunggu. Cowok itu berdiri, dan perlahan berjalan mendekat ke arah kasir.

"Boleh pesan nggak?" tanya Tampan masih mengembangkan senyumnya.

Cantik menghela napas pelan, sebenarnya ia sedikit terganggu melihat kehadiran Tampan. Tapi mau bagaimana lagi, dia tidak ada hak juga untuk mengusir pembeli.

"Pesan apa?"

"Roti choco Banana dan Susu cokelat," jawab Tampan.

"Tiga puluh tujuh ribu. Makan sini?" tanya Cantik lagi, kedua matanya fokus ke layar dihadapannya.

Tampan menyerahkan uangnya. "Bungkus aja."

Cantik pun segera menerima uang dari Tampan kemudian membuatkan pesanan Tampan. Setelah jadi, Cantik kembali ke depan kasir, Tampan masih menunggunya.

Cantik menyerahkan pesanan Tampan.

"Ini pesanannya," ucap Cantik sopan, karena ia sadar posisi mereka bukan teman-teman melainkan pelayan-pelanggan.

"Buat lo," ucap Tampan tak menerima pesanannya.

Cantik tertegun, tak berkata selama beberapa detik. Cantik menatap Tampan lekat.

"Itu buat lo Cantik," perjelas Tampan.

"Saya nggak lapar."

"Bisa lo makan nanti."

"Saya nggak butuh," tolak Cantik lagi.

"Lo pasti butuh."

Cantik tersenyum kecil, namun bukan senyum ramah.

"Saya nggak butuh dikasihani. Saya bisa beli sendiri," tajam Cantik, mulai jengah dengan sikap Tampan.

"Gue nggak ngasihani lo. Gue cuma pingin ngasih ke lo," ucap Tampan sungguh-sungguh.

"Kenapa ngasih ke saya?"

Tampan melebarkan senyumnya. Tak ragu untuk menjawab. "Karena gue suka sama lo."

Cantik dibuat mematung karena kejujuran Tampan, padahal ini bukan pertama kalinya Tampan berkata seperti itu. Cantik hanya bisa melihat kepolosan dan keluguan dari raut wajah Tampan. Seperti anak kecil.

Cantik mendesah berat, menundukkan kepalanya.

"Saya nggak suka sama kamu," lirih Cantik.

"Gue tau."

"Lalu kenapa kamu masih bersikap seperti ini?" tanya Cantik mengalihkan pandangannya. Tak ingin melihat Tampan.

"Karena gue sedang berusaha buat lo suka sama gue," terang Tampan sangat jujur.

Degh!

Cantik merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya, jantungnya berdetak sedikit cepat bahkan kedua pipinya juga terasa panas. Ada apa dengannya?

Cantik perlahan memberanika diri untuk menatap Tampan kembali.

"Maaf, jawaban saya nggak akan pernah berubah."

Tampan masih tetap tersenyum, tak goyah sedikitpun dengan penolakan dari Cantik. Nampaknya ia mulai terbiasa.

"Lihat aja. Gue pasti bisa merubah hati lo."

Setelah itu Tampan langsung pergi dari hadapan Cantik, kembali ke tempat duduknya. Meninggalkan Cantik yang termenung dan bergulat dengan pikirannya sendiri.

"Nggak akan bisa. Nggak akan pernah!"

****

Jam kerja Cantik akhirnya selesai, ia segera mengganti baju kerjanya dan mengambil barang-barangnya di loker. Cantik berpamitan dengan Mbak Dian dan bosnya yang kebetulan ada disana. Setelah itu, Cantik keluar dari Toko Roti Garden.

Hari ini cukup melelahkan.

Langkah Cantik terhenti ketika melihat sosok Tampan sedang berdiri bersender motornya. Cowok itu tersenyum melihatnya dan lagi-lagi berjalan mendekatinya.

Mau apa lagi dia! Jangan bilang mau nawarin antar pulang. Sangat mengganggu. Batin Cantik sedikit kesal.

"Langsung pulang?" tanya Tampan.

"Iya," jawab Cantik seadanya.

"Oke. Hati-hati," ucap Tampan.

Cantik tertegun sebentar, tak seperti dugaanya. Ia mengira Tampan akan memaksa untuk mengantarkannya pulang.

"Kamu nggak capek nunggu saya dari pagi?" tanya Cantik basa-basi saja. Jujur, ia tak sejahat itu, bersikap cuek ke orang yang baik kepadanya. Dan, Cantik dapat merasakan bahwa Tampan sangat tulus bersikap baik kepadannya.

Tampan menggelengkan kepala masih mempertahankan senyumnya.

"Nggak ada kata capek buat lo."

Lagi dan lagi, kalimat manis itu diutarakan oleh Tampan. Namun, tidak cukup mempan untuk menembus pertahanan Cantik.

"Saya yang mulai capek dengan kehadiran kamu," ungkap Cantik.

Tampan bergumam pelan. "Gue ganggu banget ya?"

"Lumayan," jujur Cantik.

"Tenang aja, gue nggak akan ganggu lo. Nggak akan buat lo nggak nyaman. Gue akan selalu hati-hati berada di dekat lo."

"Terserah kamu," ucap Cantik pasrah.

"Yaudah, pulang sana," suruh Tampan.

"Iya."

"Hati-hati kesurupan di jalan," goda Tampan.

"Nggak akan."

"Bisa aja, kata Eyang Sri kalau jalan sendirian bisa bahaya. Harus ada yang nemenin," seru Tampan pantang menyerah.

Cantik tak menghiraukan lagi ucapan Tampan, ia segera melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Tampan begitu saja.

Sedangkan Tampan segera memakai helm-nya, dan buru-buru naik motornya. Tampan berencana untuk mengikuti Cantik dari kejauhan, memastikan bahwa gadis itu benar-benar sampai rumah dengan aman.

****

Tampan melihat Cantik menaiki angkot, ia pun mengikuti angkot itu pelan-pelan tak ingin ketahuan oleh Cantik. Tampan dapat melihat dari jendela angkot Cantik terlihat kelelahan, gadis itu menyenderkan kepalanya di kaca angkot, membuat Tampan semakin tak tega.

Cantik harus melewati masa sulit di usia mudanya. Gadis itu merelakan masa mudanya, masa bermain-mainnya untuk tetap bertahan hidup.

Setelah perjalanan selama lima belas menit, Cantik turun dari angkot tersebut. Cantik berjalan masuk ke daerah perkampungan yang cukup sepi. Tampan pun memilih turun dari motornya, tak ingin mengeluarkan suara apapun hingga menarik perhatian Cantik.

Tampan terus mengikuti dibelakang Cantik sembari mendorong motornya.

****

Tampan melihat Cantik berhenti di toko kelantong, gadis itu berbincang degan penjaga toko, mereka terlihat akrab. Setelah itu, Cantik melanjutkan perjalanannya kembali.

Tak sampai dua ratus meter, Cantik kembali berhenti, membuat Tampan bingung.

DrttDrtttt!

Ponsel Tampan tiba-tiba berdering, secepat mungkin Tampan merogoh saku celanannya dan mengeluarkan ponselnya.

Degh!

Tampan terkejut bukan main melihat nama dari penelfon tersebut. Tampan meneguk ludahnya dengan susah payah, ragu untuk menerimanya. Apakah Cantik tau kalau Tampan mengikutinya?

Tampan mengangkat kepalanya, melihat lurus. Cantik masih diam berdiri disana tanpa menoleh ke belakang. Sepertinya Cantik tidak tau.

Tampan mengumpulkan semua keberaniannya, hingga akhirnya menerima panggilan itu.

"Hallo Cantik, ada apa?" Tampan berusaha bersikap sebiasa mungkin.

Tampan merasa jantungnya berdegup kencang, ia sangat gugup menanti jawaban dari Cantik.

"Terima kasih."

Hah? Tampan sangat bingung. Maksudnya apa?

"Terima kasih untuk?" tanya Tampan tidak mengerti.

"Sudah antar saya pulang."

Tampan melebarkan kedua matanya, dibuat terkejut kedua kalinya oleh Cantik. Tampan melihat perlahan Cantik membalikkan badanya, menatap dirinnya dari kejauhan dengan raut wajah tetap tenang.

"Saya nggak kesurupan di jalan kan?"

Tampan tersadarkan dari keterkejutannya, ia terkekeh pelan. Cantik ternyata bisa melucu juga. Tampan sangat senang melihat sisi baru Cantik.

"Iya enggak. Berarti Eyang Sri yang salah Cantik," cengir Tampan.

"Besok lagi nggak usah ikutin saya. Saya bisa pulang sendiri."

"Gue yang nggak tega biarin lo pulang sendiri."

"Kenapa? Karena kamu suka sama saya?"

"Bukan."

"Lalu kenapa?"

"Karena gue nggak mau lihat orang yang gue suka kenapa-kenapa."

Tak ada jawaban dari Cantik, gadis itu terdiam dengan pandangan lurus, menatap Tampan sangat lekat.

"Saya yang takut kamu kenapa-kenapa karena dekat saya."

Tampan tertegun, tak mengerti maksud ucapan Cantik. Suara gadis itu terdengar sangat getir.

"Ma... Maksudnya Cantik?"

"Pulang sana. Rumah saya sudah dekat."

Cantik langsung mengalihkan pembicaraan, tak memberikan ruang bagi Tampan untuk menanyainya lebih dalam.

"Nggak boleh anterin sampai depan rumah ya Cantik?" tawar Tampan.

"Nggak boleh."

"Kenapa?"

"Nggak apa-apa. Sana pulang."

Tampan menghela napas pasrah, tidak mau memaksa lagi karena tak ingin membuat Cantik tidak nyaman.

"Oke. Gue pulang ya," ucap Tampan mengiyakan.

"Iya."

"Nggak diucapin hati-hati?" goda Tampan.

"Hati-hati."

Tampan tersenyum senang mendengarnya.

"Nggak diucapin kam..."

"Nggak!"

Tampan menelan mentah-mentah penolakan tegas Cantik, ia berusaha tetap tersenyum.

"Gue pulang ya," pamit Tampan untuk kesekian kalinya, ia memandang Cantik dari kejauhan, gadis itu terlihat masih sabar menunggunya.

"Iya."

"Selamat malam Cantik."

Hatimu masih seperti batu, dan aku akan mengikisnya perlahan. Hingga benar-benar terbuka dan menerima kehadiranku. Jadi tunggu saja.

*****

#CuapCuapAuthor

BAGAIMANA PART INI GARDS? 

BIKIN GEMAS  NGGAK?

SUKA NGGAK?

Menurut semua GARDS Cantik sebenarnya sudah ada rasa suka ke Tampan atau nggak ya? Gimana nih? gimana?

KALAU NGGAK SABAR BUAT TAU KELANJUTANNYA. CEK INSTAGRAM @novelgardenia YAA. AKAN ADA BANYAK SPOILER-SPOILER UNTUK PART SELANJUTNYA DISANA ^^

Dan, Selalu baca Gardenia dan Support Gardenia terus yaa ^^ 

Jangan lupa juga COMMENT dan VOTE dari kalian semuaa YANG SELALU PALING DITUNGGU ^^ BIAR AKU SEMANGAT TERUS NULIS GARDENIA ^^

Jangan lupa juga SHARE CERITA GARDENIA ke teman-teman, keluarga, saudara dan tetangga kaliaan semuaa. Ajak mereka baca CERITA GARDENIA YAAA ^^

Posting di Snapgram kalian, bantu promosikan ya. Jangan lupa tag ke Instagram @novelgardenia dan @novelgardenia . MOHON BANTUANNYA GARDS ^^

TERIMA KASIH BANYAAAK DAN AKU CINTA KALIAN SEMUA GARDS ^^

TERUS BACA GARDENIA, JANGAN BOSAN-BOSAN YAA  AAAMINNN ^^


Salam,


Luluk HF

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

356K 43.7K 33
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...
RAYDEN Von onel

Jugendliteratur

3.6M 225K 68
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
773K 28.2K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
3.9M 303K 50
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...