27 Agustus 2020
______________________
Lia terisak dalam pelukan bundanya. Tidak!Dia tidak ingin diceburkan di kawah panas itu. Dia ingin terus bersama bundanya. Wulan mengusap pelan punggung putrinya.
Melepaskan pelukannya Wulan berkata. "Tidak papa sayang. Kau tidak bakalan kepanasan didalamnya karena sesudah kau tercebur kau langsung berada didunia manusia bersama paman dan bibimu." Bujuknya lembut.
Bibi Lia adalah adik dari Wulan. Dia menikah dengan sesama bidadari. Mereka berdua memutuskan untuk tidak mempunyai anak.
"Dunia manusia? Untuk apa aku kesana bunda?"
"Kau akan terlahir kembali."
Lia mengerutkan keningnya tidak mengerti. "Jadi aku nanti akan kembali menjadi bayi?"
Wulan mengangguk.
"Dari rahim bibi Nadia?" Tanya Lia kembali.
Wulan tersenyum geli. "Tidak sayang."
"Jadi kau mau terlahir kembali?
Lia menggelengkan kepalanya mantap. Tidak! Pokoknya tidak. Dia ingin bersama bundanya sampai ajal menjeputnya. Detik kemudian, Lia ditarik paksa.
"Bundaa aku tidak ingin."
"Bunda ku mohon."
Rintihan Lia tidak digubris oleh Bundanya. Tangannya tetap utuh dicekal sang bunda dan tidak berhentinya badan Lia ditarik. Gadis itu sudah mencoba melepaskan cekalan tangannya tetap tidak bisa, justru cekalan itu semakin sakit ketika Lia memberontak.
Langkah Bunda Wulan terhenti di depan kawah, dan Lia yang semakin terisak juga terus mencoba melepaskan cekalannya.
"Maafkan Bunda sayang."
Lia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatap bundanya memohon. "Ku mohon jangan bunda.."
Tubuh Lia ditarik untuk masuk ke dalam dekapan hangat bundanya. Lia kembali terisak, badannya bergetar hebat. Kepala Lia diusap pelan dan keningnya dicium lembut oleh Bundanya. Setelah itu pelukan terlepas dan.
"BUNDAAAAAAAAAAAAAAAAA.."
Tubuh Lia dilemparkan kedalam kawah itu.Wulan terduduk lemas di pinggir kawah dengan isakan tangisnya.
"LIAAAAAAAAAA."
Wulan menoleh ke belakang mendengar teriakan itu, ternyata Rina. Dia melihat Rina sedang berlari ke arahnya. Dari kejauhan sana Wulan juga melihat ada orang tua Rina dan orang tua Melia serta Melia nya.
"Jangan lari Rina." Tegur Ratu Alenka dari kejauhan.
Wulan menangkap tubuh Rina saat sudah berada di ujung kawah. Tubuh Rina bergetar hebat karena isakan tangisnya.
Memberontak sudah pasti terjadi. Saat Rina sudah sedikit tenang, Wulan melepaskan Rina dan menghampiri sahabatnya.
"Resikonya sangat besar Wulan." Ingat ratu Pressilia.
Wulan terdiam sesaat, kemudian menghela nafasnya berat sambil menghapus jejak air matanya. "Aku yakin dia bisa."
"Dia tidak bakal hidup abadi, jika darahnya tercampur dengan darah makhluk apapun." Ucap ratu Pressilia.
"Darah Lia akan selalu jadi incaran kalau rahasia Lia terlahir kembali terbongkar." Lanjut ratu Pressilia.
Wulan mengangguk dan kembali menangis.
"Dia juga harus berusaha mendapatkan mate nya agar bisa mengambil alih kekuasaan." Ucapan tambahan ratu Alenka membuat Wulan makin terisak.
"Sudah terlambat menyesal. Sekarang kita susun strategi untuk menutup kenyataan bahwa Lia terlahir kembali." Intruksi raja Rakana.
"RINAAAAAAAA." Teriak Melia kencang saat melihat Rina menjatuhkan dirinya ke dalam kawah, ia kemudian berlari menghampiri kawah tersebut.
Ratu Wulan beserta kedua orang tua Melia dan Rina juga turut menghampiri kawah. Betapa terkejutnya mereka bahwa Rina menceburkan dirinya ke dalam kawah keabadian.
"Anak kau sangat keras kepala." Kata ratu Alenka kepada raja Rakana.
Raja Rakana menyentil dahi Alenka. "Dia anak kau juga."
Mereka kembali terdiam sesaat. Apakah Lia dan Rina nasib nya akan sama. Untuk mengetahui itu, ratu pressilia harus mencari tahu apa yang akan terjadi di masa depan dengan sihirnya.
Beberapa saat setelahnya, ratu Pressilia memulai ritualnya di atas batu yang berada di dalam goa itu bersama raja Ainsley. Ratu Wulan beserta kedua orang tua Rina hanya berdiri menunggu, sedangkan Melia sedang menangis di tepi kawah. Memang sulit melepas sahabat kita dari kecil, tetapi tidak seharusnya kita gegabah.
"Bagaimana?" Todong ratu Alenka saat ratu pressilia baru membuka matanya.
"Nasib Rina berbeda dengan Lia."
***
Pagi yang cerah, di pukul 07.00 pagi kantin SMA Pelita bangsa sudah ramai di penuhi siswa. Semua murid di harapkan berangkat sekolah lebih awal karena ada perlombaan di bidang basket antar sekolah.
Di meja ujung kiri kantin ada empat orang gadis yang sedang sarapan. Siapa lagi kalau bukan Lia dkk. Terpaksa mereka harus sarapan di kantin karena bangun kesiangan.
Mohon perhatiannya anak-anak.Hari ini kegiatan belajar mengajar akan di tiadakan sampai jam pelajaran terakhir.
Semua orang di kantin bersuka ria mendengar pengumuman itu. Ada yang memukul mukul meja kantin, ada yang bernyanyi bahkan ada yang berjoget.
Lomba akan segera di mulai. Silahkan kalian menuju area untuk mendukung teman teman kalian.
Para siswa mulai berdesakan keluar kantin. Tidak lupa dengan kehebohannya. Sedangkan Lia dengan sahabatnya masih senantiasa duduk tenang di kantin.
"Kita gak ke sana nih?" Tanya Rina.
"Cape.." Kata Lia dengan mulut penuh roti.
"Kita aja yuk Rin!" Ajak Vera lalu bangkit menghampiri Rina.
Saat Vera dan Rina mulai melangkah,di tarik langsung oleh Melia menggunakan sihirnya. Al-hasil Vera dan Rina terhempas langsung ke kursi kayu kantin.
"Sakit gilak." Kesal Vera sambil mengusap ngusap bokongnya. Begitupun dengan Rina.
Lia dan Rina tertawa berbarengan. "Di sini aja kita santuy." Kata Lia.
"Ver tiktokan bareng gw kuy sini!" Ajak Melia seraya berdiri. Lalu ia menyenderkan hp nya di botol kecap yang berada di meja kantin.
Vera berdiri menghampiri Melia. "dance?" Tanya Vera seraya melihat ke arah hp Melia.
Melia hanya mengangguk karena fokus mencoba gerakan tiktoknya. Vera pun mencoba mengikutinya.
"Okeh mulai ya. Lu dah hafal kan?"
"Udah dong."
"Tanda kristal Melia ga keliatan di kamera? "Tanya Lia yang sedari tadi sibuk memainkan hp karena Dalbert menghubunginya.
"Bentar gw alih ke kamera." Melia menekan sound tiktoknya,untuk melihat tanda kristal di pertengahan antara alis nya tepatnya di atas hidung.Yang berwarna hijau terang.
"Eh ada Mel, gimana?" Kaget Vera.
"Gapapa ah udah." Melia tetap keras ingin tiktokan.
Melia memutar vidio dalam 3 detik. Mereka berdua sesekali bernyanyi meiringi lirik lagu.
"Swayy.." Intruksi Melia di akhir gerakan.
Lia hanya memandang jenguh kedua makhluk astral itu, ia mengalihkan pandangannya ke arah Rina yang sedang bengong.
"Rin.." Panggilnya seraya menyentil dahi Rina.
Rina tersadar dari lamunannya. Kemudian memegang kepalanya seakan-akan merasakan sakit.
"Rin lu kenapa?" Panik Lia begitupun Melia dan Vera yang kembali bergabung.
"Lu nyentil dia kan tadi?" Tanya Melia kepada Lia.
"Iya tapi ga kenceng."
"Boong lu. Pasti lu sengajain pake kekuatan." Kata Melia menyelidiki.
"Terserah lo deh kutil kuda." Kesal Lia.
"Udah-udah. Malah berantem aja lo pada." Relai Vera.
Mereka bertiga menatap penasaran dengan Rina yang kini sedang terdiam.
"Beberapa malam ini aku selalu bermimpi tentang kita bertiga." Ucap Rina sambil menatap wajah Lia dan Melia.
"Mimpinya seperti apa?" Tanya Lia yang memang sudah mengetahuinya.
"Kita seperti hidup di sebuah kerajaan. Kita masih kecil seperti berumur 8 sampai 10 tahunan. Di situ, Melia juga sebagai penyihir dan kau Lia tetap menjadi Vampire. Dan membuat aku bingung disituu aku seorang putri mahkota dari bangsa serigala." Kata Rina dengan nada sedikit bingung.
"Lanjutkan!" Suruh Lia.
"Dan malam tadi mimpinya itu kau diceburkan di sebuah kawah panas."
Lia dan Melia mengangguk bersamaan.
"Lalu aku ikut menceburkan diriku karena rasa takut kehilangan Lia. Entah bagaimana rasa sedih dan sesak itu sampai terbawa sekarang setelah aku bangun dari mimpi." Lanjut Rina.
"Terus lo ingat gak siapa diri lo sebenarnya?" Melia bertanya sambil mengaduk-aduk minumannya menggunakan sedotan.
Rina menggeleng. "Aku berusaha mengingatnya tetapi itu bikin kepala ku sakit."
"Hai kalian.." Suara itu membuat mereka terkejut dan kembali menampilkan wajah santai.
"Hallo Adesya." Sapa balik dari Vera.
"Boleh gabung gak nih?" Tanya Milka
Lia dkk mengangguk. Kemudian Adesya dan Milka bergabung bersama mereka.
"Mau gak kita nonton bareng. Tapi di rumah antara kita ber enam." Ajak Milka.
"Rumah siapa?" Tanya Lia.
Adesya dan Milka tersenyum penuh arti. "Gimana kalau rumah lo aja?" Kata Adesya.
Lia mengangguk sebagai jawaban.
"Beneran nih Li?" Tanya Milka meyakinkan.
Lia lagi-lagi mengangguk.
"Okeh.. Malam minggu ini ya." Senang Milka kemudian sekilas warna pupil matanya bersinar merah yang di lihat langsung oleh Vera.
_____________________________
Yuk pencet bintang yang ada di bawahh( ╹▽╹ )
||Amelia