Bahasa Indonesia - Last Chapt...

By Cyrena0819

34.1K 4.3K 427

Character : Krist/Singto Genre : Crime/Drugs Deskripsi: Krist bertemu dengan seorang pria yang merupakan pen... More

Chapter One - His Name
Chapter Two - Sandwich Day
Chapter Four - Special Lunch
Chapter Five - The Banana's Story
Chapter Six - The first Chapter
Chapter Seven - Falling With You
Chapter Eight - The Bad Day
Chapter Nine - The Promise
Chapter Ten - Unplanned Date
Chapter Eleven - One Step Closer
Chapter Twelve - The Second Chapter
Chapter thirteen - An Accident
Chapter Fourteen - Farewell
Chapter Fifteen - Love Sign
Chapter Sixteen - Rescue Plan
Chapter Seventeen - Interrogation Part
Chapter Eighteen - Jail of Love
Chapter Nineteen - Jail of Love part 2
Chapter Twenty - The Ship has Sailed
Chapter Twenty One - Full Date
Chapter Twenty Two - Project Plan
Chapter Twenty Three - Treasure Hunt
Chapter Twenty Four - Unfold the Scheme
Chapter Twenty Five - The Witness's Story
Chapter Twenty Six - Final Investigation
Chapter Twenty Seven - Last Chapter of Our Story
Chapter Final - Epilogue

Chapter Three - Secret Shelter

1.3K 197 17
By Cyrena0819

Krist menunggu Singto di tempat biasa sejak sore hingga malam, namun sangat aneh, ini adalah pertama kalinya dalam dua tahun pria itu tidak dapat ditemukan di mana pun di sekitar kampus. Dia juga tidak bisa menemukan anjing-anjing liar yang dipelihara oleh Singto, dia bertanya-tanya apakah mereka telah pindah ke tempat baru atau mungkin terjadi sesuatu.

Krist merasa gelisah dan duduk di lantai, menatap plastik berisi sandwich dan susu sambil bersandar di kursi taman, melihat orang-orang mondar mandir tanpa minat.

Perasaan Krist jadi tidak enak dan berdebar-debar, dia berharap semuanya akan baik-baik saja, mungkin pria itu sakit dan beristirahat di rumah. Namun ia ingat, Singto mengatakan kepadanya bahwa ia tidak punya rumah, jadi ke mana Singto mungkin pergi.

Tanpa sadar Krist memperhatikan beberapa orang yang sepertinya kembali ke taman dua kali hingga tiga kali sejak siang, seolah mereka sedang mencari sesuatu.

Krist merasa curiga dan terus menatap apa yang mereka lakukan dari jauh.

Tiba-tiba salah satu dari mereka menoleh padanya, dan Krist dengan cepat mengalihkan pandangannya, pria yang mencurigakan itu lalu membisikkan sesuatu kepada rekannya dan berdiskusi sambil melihat ke arah Krist.

Berikutnya, dua orang berjalan menuju Krist dengan langkah lebar, namun Krist tidak merasa curiga atau takut. Dia hanya duduk diam di tempat dan bahkan tidak beranjak atau lari, karena dia berpikir bahwa situasinya akan lebih bahaya jika lari, jadi Krist berusaha bersikap normal, walaupun sebenarnya jantungnya berdegup kencang dan berdoa dalam hati agar mereka tidak menargetkannya.

Sayangnya doanya tidak di dengarkan, orang-orang yang mencurigakan itu benar-benar mendekatinya, menariknya bangun dan memaksa untuk membawanya ke sebuah bangunan kosong yang terletak tidak jauh dari kampus yang dulunya adalah bekas gedung sekolah dasar hingga menengah beberapa tahun yang lalu.

Krist sangat ketakutan, dia bahkan tidak bisa berteriak atau bereaksi atas apa yang terjadi, dia hanya mengikuti mereka tanpa perlawanan dan tidak berpikir bahwa mungkin dia akan mati atau lebih buruk. Krist hanya merasa curiga tentang siapa mereka, apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka inginkan dengannya.

Di dalam gedung, tepatnya di salah satu ruangan yang hanya diterangi lampu portabel, mereka melepas semua pakaian Krist dan menggeledah tubuhnya, tetapi pada akhirnya tampak kecewa dan melemparkan pakaiannya kembali ke Krist.

Krist dengan cepat mengenakan pakaiannya kembali dan syok, tetapi dia lega karena mereka tidak melakukan apa pun padanya selain menonton.

"Dia...bersih!" Salah satu dari mereka melaporkan dengan gemetaran, dan langung ditendang oleh seorang pria tampan di sana yang sepertinya adalah bos atau pemimpin mereka, dan semacamnya.

"Bagaimana bisa kau melakukan kesalahan?!"

"K-karena, dia sepertinya memperhatikan kita saat di taman, jadi kupikir..."

Pria besar itu mencengkeram rahangnya dengan kuat dan berkata dengan sinis. "Karena kau bertsikap mencurigakan, itu sebabnya!"

"A-apa maksudmu?"

"Lihatlah dirimu di cermin, dan kau akan tahu apa yang kumaksud!" ia melempar orang itu dengan kasar ke lantai sambil mendengus kesal dan menoleh pada Krist.

"Siapa kau? Siapa namamu?!"

"K-krist..."

"Nama keluargamu!"

"R-rojnapat..." Krist menjawab dengan gugup, dia mencoba menebak siapa pria ini, meskipun ukuran tubuhnya rata-rata dibanding semua orang di sana, tetapi tampaknya ia memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk memerintah semua orang di sana.

Namun dilihat dari penampilannya, dia sepertinya bukan orang jahat.

Dia seharusnya berusia sekitar 30 tahun atau lebih, mengenakan kemeja kasual, memiliki wajah yang cukup tampan, berpendidikan dan berkharisma, pikir Krist.

"Rojnapat?!" serunya.

"Apakah kau tahu prajurit yang bernama Nattakan Rojnapat?"

"Dia adalah ayah dari ayahku...."

Pria itu terkejut kemudian meminta maaf kepada Krist karena telah bersikap tidak sopan padanya sebelumnya.

"Bagaimana kabar orang tuamu? Apakah mereka sehat?"

"Y-ya ..." Krist mengerutkan alisnya dan penasaran. "Apakah kau mengenal mereka?"

"Er...tidak juga...aku hanya kebetulan mendengar tentang almarhum kakekmu..." dia berhenti dan sepertinya sedang memikirkan sesuatu kemudian menambahkan. "Dia adalah seorang prajurit pemberani..."

"Sungguh? Aku bahkan tidak mengenalnya atau ingat kalau punya seorang kakek... "Krist ingin tertawa.

"Tentu saja, dia meninggal dunia...saat kau masih kecil..."

"Aku juga tidak pernah mendengar orang tuaku membicarakannya..."

"Well, itu cerita keluargamu...aku juga tidak tahu tentang itu..." ujar pria itu. "Tapi, aku mendengar kakak iparmu memiliki reputasi yang cukup baik di kepolisian, aku akan senang bertemu dengannya suatu hari nanti..."

"Aku akan memberitahunya, tapi aku tidak berjanji...karena dia sangat sibuk!"

"Aku tahu, aku tidak akan memaksakan..." dia kemudian menyerahkan kartu namanya pada Krist, tanpa diduga pria itu adalah seorang guru sekolah, bernama Tee Kasetsin.

"Baiklah, permisi. Kuharap, kita akan bertemu lagi.." ia mengucapkan selamat tinggal dan hendak pergi.

"Kau benar-benar seorang guru?" Krist mengangkat alisnya sambil bertanya. "Atau itu hanya penyamaranmu?"

"Jaga ucapanmu!" salah satu rekannya mengancam Krist.

Sementara si pria tampan membeku di tempatnya dan membalas tanpa menoleh ke belakang.

"Aku memiliki kenangan yang tidak terlupakan di tempat ini, apakah kau pernah belajar di sini..." ia berbicara tentang status bangunan sebelumnya, lalu melirik sekilas pada Krist.

"Tidak, keluargaku baru saja datang ke Bangkok sekitar lima tahun yang lalu...dan sekolah ini telah ditutup pada waktu itu..."

"Aku mengerti..." dia menghela nafas. "Aku suka mengajar dan aku sudah menjadi guru sejak lulus dan aku ingin mempertahankan pekerjaanku selama sisa hidupku. Baiklah, aku harus pergi...sampai jumpa..."

"By the way, apa yang kau cari dariku?" Tiba-tiba Krist bertanya spontan.

Ia kembali membeku dan menjawab, "Beberapa muridku ditemukan membawa narkoba, jadi aku curiga mereka mendapatkannya dari orang asing..." setelah menjawab ia pergi dengan tergesa – gesa sebelum Krist mengajukan pertanyaan lain.

"Membawa narkoba?! Bukankah itu kejahatan serius?" Krist berusaha memancing topik. "Kau seharusnya berkonsultasi dengan polisi!"

"Mereka masih anak-anak, sebagai guru, aku tidak berharap hidup mereka berakhir di penjara, jadi aku memutuskan untuk menyelidikinya secara pribadi! Kuharap kau mengerti!"

Setelah menyelesaikan kata-katanya, dia segera pergi sebelum Krist mengajukan pertanyaan lain.

Krist ditinggalkan sendirian di ruangan gelap setelah kelompok itu pergi, tiba-tiba ia merinding dan dengan cepat menyeret bokongnya keluar dari gedung tersebut. Dia melupakan tujuannya mencari Singto dan langsung pulang dari sana.

----------------------------------------------------------------------------

Keesokan harinya, Krist berpikir untuk membuat perhitungan dengan Singto karena menyebabkan ia diculik oleh orang asing, ditelanjangi dan ditinggalkan sendirian di gedung hantu. Namun, ia tidak dapat menemukan pria itu di mana pun, Singto tampaknya benar-benar hilang.

Krist menghela nafas dan meletakkan kantong plastik di tanah di bawah pohon pisang tempat Singto biasanya berada, lalu pulang.

Sudah seminggu sejak Singto hilang, Krist mulai merasa khawatir, dia menelusuri semua media untuk menemukan thread yang melaporkan tentang pengemis hilang, tetapi siapa yang akan memperhatikan pengemis, pikirnya.

Dia kemudian menduga mungkin Singto adalah pengedar narkoba yang selama ini dicari oleh kelompok si guru palsu. Namun ia segera membantah pikirannya sendiri, bagaimana mungkin seorang pengedar narkoba menjadi pengemis dan makan belatung pula, pikirnya.

Krist kemudian berpikir mungkin Singto telah meninggal karena kekurangan gizi dan tubuhnya dibuang di suatu tempat oleh pegawai pemerintah karena dia tidak memiliki keluarga atau kerabat.

Krist kemudian pergi membeli dupa, menyusun sandwich, susu dan bunga untuk persembahan di tanah, menyalakan dupa lalu berlutut di depan pohon pisang.

"P'Sing, jika rohmu masih bergentayangan di sini dan bisa mendengarku, aku harap kau segera bereinkarnasi dan lahir di keluarga kaya dan memiliki kehidupan yang lebih baik..."

'Wuff...wuff...'

Tiba-tiba seekor anjing menggonggong padanya dan hampir membuat jiwanya terbang keluar. Krist melempar dupa di tangannya dan jatuh ke belakang karena kaget.

'Wuff...wuff...' anjing tersebut menggonggong lagi dan melarikan diri.

Sejenak kemudian, Krist segera bangkit dan mengejarnya.

Mereka tiba di gedung sekolah lama lagi, tetapi di bagian bangunan yang berbeda dari yang kemarin.

Krist berjalan diam-diam mengikuti jejak anjing sambil memperhatikan sekelilingnya, agar ia tidak jatuh ke dalam perangkap lagi.

Krist tiba di ruangan yang cukup rapi dan melihat Singto berbaring di lantai dengan mata terpejam sembari menekuk tubuhnya dan memegangi perutnya seperti sebelumnya.

Krist segera mendekatinya dan memeriksa kondisinya.

"P'Sing, apakah kau sakit perut?"

Singto tampak terkejut, dia segera bangun dan melemparkan pertanyaan lain alih-alih menjawab pertanyaan Krist. "B-bagaimana...kau menemukanku?"

Seekor anjing menggonggong.

"Jadi kau..." dia menoleh pada si anjing. "Kenapa kau membawanya kemari, sobat?"

Selain menggonggong, anjing tersebut hanya bisa mengayunkan ekornya dan berlari kesana kemari dengan gembira.

"Jangan bilang...kau merindukan ham..." Singto menghela nafas tidak percaya.

Krist tertawa seketika dan membelai kepala anjing itu. 

"Aw, aku meninggalkan sandwich di pohon pisang, ku pikir kau sudah..." dia terdiam dan mengganti topik. "Aku akan menambahkan bonus lain kali!"

Tidak lama kemudian, seekor anjing lain datang sambil membawa barang-barang yang ditinggalkan Krist di pohon pisang bersama dengan dupa dan bunga untuk persembahan, dan menjatuhkannya di tengah.

Ketiganya menatap benda-benda itu dan tercengang sejenak.

"Kau...mengira aku sudah mati?" Tebak Singto.

"Er...tidak...aku hanya..." Krist berkata terbata - bata sambil memelototi anjing itu dan bergumam dengan jengkel. "Kenapa kau tidak membawakan ham nya saja?! Anjing goblok!"

Krist segera mengalihkan topik. "By the way, kau belum menjawab pertanyaanku, apakah kau merasa tidak enak badan? Perutmu sakit lagi?"

"Hah? Tidak!" Jawab Singto. "Kenapa kau berpikir begitu?"

"Aku melihatmu tidur sambil memegang perutmu..."

"Itu...caraku tidur..."

"Hah?! Serius?" Seru Krist dan bingung. "Jadi, saat itu kau tidak sakit perut, tapi hanya tidur?"

"Tidak, saat itu aku memang sakit perut!"

"A-aku tidak bisa membedakannya ..."

'Kriiiuuukk~~~'

Tiba-tiba suara gemuruh perut terdengar.

Krist dan kedua hewan berbulu itu mengangkat kepala memandangi Singto.

Pria itu dengan cepat menekan perutnya mencoba menyembunyikan suara dan rasa laparnya.

Salah satu anjing menggigit sandwich dari plastik dan menjatuhkannya ke pangkuan Singto, lalu duduk manis di depan pria itu menunggu bagiannya. Singto membuka bungkusnya, mengeluarkan ham dan memberikannya kepadanya, dia melakukannya untuk kedua sandwich dan meninggalkan roti kosong untuk dirinya sendiri.

"Kapan terakhir kali kau makan?" Tanya Krist padanya.

"Tiga hari yang lalu..."

"Apa?!" Seru Krist dan berpikir sejenak, lalu penasaran tentang alasan ia menghilang. "Kenapa kau tidak berada di tempat biasa? Apakah kau mencoba bersembunyi dari sesuatu atau seseorang mengancammu lagi? Aku harus mendengarkan alasanmu!"

Singto menundukkan kepalanya dan diam. "Aku merasa tidak enak badan akhir-akhir ini..." suaranya terdengar ragu.

"Jangan bohong!"

"Lebih baik kau...tidak mencampuri urusanku..." potong Singto seketika dan mengangkat kepalanya menatap Krist dengan serius. "Abaikan saja aku seperti yang kau lakukan, sebelum sebulan yang lalu..."

"Apa maksudmu?"

"Aku sangat berterima kasi...untuk sandwichnya..." dia berhenti sejenak. "Tetapi...aku tidak ingin menjadi bebanmu, aku bisa mencari makanan sendiri..."

"Mencari sisa makanan yang terdapat belatung, apakah menurutmu itu bisa disebut makanan?" Krist menatap pria itu dengan emosional. "Dan dengar, kau tidak pernah menjadi beban bagiku, aku senang bisa melakukan sesuatu untuk kalian, dan aku senang berteman denganmu..."

"Tapi, aku bukan temanmu!" tukas Singto. "Maaf..." dia menundukkan kepalanya dan menyesal.

Krist terkejut mendengarnya. "Kau mengatakannya dari hatimu?"

Singto tidak menjawab, ia berpikir sejenak dan berkata. "Aku tidak pantas menjadi temanmu, aku tidak seharusnya menggantungkan hidupku padamu, aku benar-benar merasa malu..."

Krist termangu sejenak dan berpikir bahwa ucapan SIngto masuk akal. Dia adalah pria dewasa dan normal, kecuali tidak ada uang, semua dari dirinya sempurna, pikir Krist.

"Mengapa kau menjadi pengemis pada awalnya?" Tanya Krist. "Dimana keluargamu?"

Singto mengangkat kepalanya perlahan dan menatap Krist lurus. "Ayahku telah meninggal bertahun - tahun yang lalu...dan aku tidak tahu di mana ibuku..."

"Maaf..."

Singto menggelengkan kepalanya dan melanjutkan. "Aku tidak menyelesaikan pendidikan sekolah dasar...dan...tidak ada yang ingin bicara denganku...sebelum kau..."

Namun, Krist masih belum merasa puas karena dia belum mendapatkan jawaban yang ingin ia dengar, karena banyak orang dengan kondisi cacat dan tidak memiliki latar belakang pendidikan juga bisa mendapatkan pekerjaan.

Dia berpikir sejenak dan menambahkan. "Kakak iparku bekerja di departemen kepolisian, mungkin aku bisa meminta bantuannya untuk menemukan ibumu atau mencari pekerjaan untukmu..."

"Tidak perlu!" Singto langsung menolak tanpa berpikir.

"Kenapa?!"

"Aku akan mencari pekerjaan sendiri, tidak perlu repot..."

"Kenapa kau begitu keras kepala?"

"Karena aku tidak ingin berhutang terlalu banyak padamu sehingga aku tidak bisa membayarnya kembali!"

"Baik!" Krist memotong ucapannyaseketika, ia lalu menarik napas panjang dan melanjutkan. "Tetapi, sebelum kau mendapatkan pekerjaan sendiri, kuharap kau tidak menolak bantuanku..."

Krist menambahkan. "Satu hal lagi, jika aku mengharapkan sesuatu sebagai balasannya, maka aku tidak akan membantumu sejak awal! Karena aku tahu kau tidak akan mampu mengembalikannya!"

Ucapan Krist seperti sebuah pisau yang menancap tepat di dada Singto.

Ia terdiam sejenak, lalu mengangguk setuju. "Tapi, tolong jangan beri tahu siapa pun tentang pertemuan kita...hanya kau dan aku..."

"Kenapa?"

"Apakah kau bisa...tidak menanyakan alasannya?"

Krist menyipitkan alisnya dan membuat ekspresi curiga di wajahnya.

"Aku tidak mau...kau dibully...jika temanmu tahu...kau berteman dengan seorang pengemis!"

"Aku tidak peduli!"

"Aku peduli!"

Krist menutup mulutnya seketika dan terkejut.

"Lalu, apakah kau akan kembali ke pos lamamu lagi besok? Atau aku perlu datang kemari?" Krist segera mengalihkan topik.

"Aku akan, tapi jangan datang kemari lagi, ini adalah...tempat rahasiaku, aku tidak ingin...yang lain menemukannya!"

"Maksudmu...ini rumahmu?"

"Tidak...hanya tempat berlindung...dari hujan..."

"Aku mengerti..." Krist menarik sudut bibirnya untuk tersenyum lebar. "Jadi, hanya aku yang tahu di mana tempat perlindungan rahasiamu, kan?"

Singto mengangguk dan mengembalikan senyumnya, kemudian menggigit roti di tangannya dengan canggung. "Terima kasih..." ucapnya di tengah mengunyah.

to be continue.... 

Continue Reading

You'll Also Like

980K 4.1K 9
Kocok terus sampe muncrat!!..
196K 10.7K 106
TERJEMAHAN TIDAK 100% BENAR!! HANYA MENERJEMAHKAN DARI ENGLISH. DON'T REPOST MY TRANSLATION!!! ⚠️⚠️ PERINGATAN ⚠️⚠️ JANGAN SALAH LAPAKK!!! INI BXB H...
911K 9.3K 24
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
11.4K 1.2K 10
Luffy adalah lelaki kecil yang hidup di sebuah pulau kecil bernama Okinawa di bagian selatan jepang. "Kita akan bertemu lagi dan itulah janjiku kepad...