Euphoria✓

By tiwaytrackx

70.9K 9K 335

//Euphoria ( /juːˈfɔːriə/) is the experience (or affect) of pleasure or excitement and intense feelings of we... More

Prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
Epilog : Is it the end of our story?
The Untold Story 1
The Untold Story 2
The Untold Story 3
The Untold Story 4

16

3.3K 425 61
By tiwaytrackx

Seulgi balik ke rumah dengan rasa takut dan bimbang. Haruskah ia kasih ini surat ke orangtuanya? Gak usah kali ya, gak penting juga.

Tapi nanti kalau wali kelasnya nanya, dia jawab apa. Seulgi nyelipin surat itu di buku catatan kimianya lalu ia masukin ke tas. Dia besok bohong aja lagi ke wali kelasnya.

Ia kembali ke ranjangnya, ngantuk.

"Kak," Adiknya masuk ke kamar Seulgi, "Pinjem spidol warna dong," Pintanya. Sedangkan Seulgi sudah terpejam dengan wajah yang ditutupi bantal.

"Cari di meja belajar kakak." Ucapnya keras dari bawah bantal. Cari aja sendiri, Seulgi sudah ngantuk berat.

"Gak ada kak," Lapor Eca, "Aku mau kerjain tugas seni budaya aku,"

"Coba kamu cari di tas kakak, udah ah kakak mau tidur." Setelah itu Seulgi benar-benar tidur.

Sedangkan Eca, tangannya grasak-grusuk di dalam tas Seulgi yang besar. "Ish, bantuin napa," Gerutunya. Ia mengeluarkan semua isi di dalam tas kakaknya. Atensinya teralihkan saat sebuah amplop jatuh dari sebuah buku. Ia melihat-lihat, "Siapa tau surat cinta," Pikirnya, seperti yang ia lihat-lihat di televisi Indonesia. Ia mencari lagi spidol warna itu, lalu keluar dengan membawa surat itu juga. Membiarkan tas Seulgi berantakan. Hanya tunggu kakaknya datang menemuinya dengan muka merah padam kesal.

----

Seulgi bangun dari tidurnya, dan mata menuju ke tas nya serta buku-bukunya yang berserakan.

Astaga.

Dengan marah, ia merapikan kembali buku-bukunya. Tungkainya membawanya keluar kamar, menghampiri kamar adiknya. Dan ternyata tidak ada di situ. Ia berjalan ke ruang depan, matanya berapi-api tak sabar untuk memarahi adiknya itu, tidak peduli ada ayah dan bundanya di situ.

"Ca! Kamu kalo berantakin barang kakak, rapiin lagi dong. Jangan seenaknya, sini balikin spidol kakak," Murkanya, wajahnya sudah tak bersahabat.

"Ca, kamu masuk kamar dulu." Seulgi menoleh ke bundanya. Selalu aja belain adiknya.

"Sini spidol kakak." Seulgi merampas spidolnya dari Eca. Si adik langsung merengek.

"Seul, balikin spidolnya," Perintah bunda Seulgi.

"Tapi bun-" Seulgi mengembalikan spidol itu dengan tak etis, melemparnya. Biarkan, ia kesal soalnya.

"Bunda mau ngomong sama kamu." Ucap bundanya dingin. Euh, kenapa lagi nih?

Eca melangkah menuju kamarnya.

Bunda dan ayahnya yang duduk berdampingan di sofa menatap Seulgi yang masih di tempat semula, berdiri. Ia masih bingung, tumben bundanya mau ngomong serius sama dia.

Bundanya mengambil sebuah amplop yang ternyata bundanya sembunyikan. Seulgi membelalakkan matanya.

Surat panggilannya ada di tangan bundanya.

"Bisa jelasin Seul, kamu buat masalah apa?" Seulgi meneguk ludahnya,mau bohong, tapi ia bohong apalagi. Gak ada bisikan. "Seul.." Panggil bundanya lagi.

"Eum... Bun," Seulgi menjilat bibir bawahnya, "Sebenernya a-aku juga gak tau masalahnya apa. T-tapi kalo bunda mau tau mending dateng aja," Kata Seulgi, otak Seulgi buntu, padahal baru bangun tidur. Kayaknya karena kebanyakan dipakai di sekolah tadi. Yaudah, dia jujur aja.

----

Seulgi masuk ke kamarnya. Kesal, takut.
Siapa yang ngelakuin ini sih. Mau nangis aja Seulgi rasanya. Pikirannya terus berkecamuk, bingung siapa pelakunya. Ia terus menduga bahwa itu Irene, tapi tetap saja hatinya bilang itu bukan Irene.

Dan satu lagi, ada sebuah nomor yang terus-menerus 'meneror'nya secara halus sejak isu lesbiannya terkuak.

Setiap hari nomor itu akan mengirim pesan via WhatsApp, berbunyi,
'Hai, tiwaytrexx.x'
'Gimana perkembangannya sama Irene?'
'Pagi, secret admire nya someone'
Lebih seperti pesan-pesan yang mengejeknya.
----

Irene yang sedang teleponan dengan kekasihnya, terinterupsi dengan notifikasi dari instagramnya.

tiwaytrexx.x?

Ada apa gerangan?

Dengan tetap melanjutkan teleponnya, Irene membalas dm Seulgi.

tiwaytrexx.x

|P

Ya?|

|gua mau nanya sama u

|pasti lu udh tau jg ttg ini

mau tanya ap?|

|siapa yg ngelaporin akun gw ke bk?

|knp smpe dibawa² ke bk, ga ad hubungannya

gak tau gua |

knp nanya gua |

|ya krn lu yg tau akun ini

|dan temen lu yg megang akun lu

|please lah, jujur aja

kurang kerjaan bgt tmn gw ngelapor ke bk|

bkn cuma lu doang yg namanya jelek, mungkin gua jg bakal keseret krn ini |

|nama lu gak bakal sejelek gua

|salahin pelapornya dong

----

Percuma nanya Irene, jawabannya malah bikin Seulgi down. Seperti semua ini salah Seulgi. Atau mungkin itu benar salah Seulgi, kalau saja Seulgi tidak DM Irene saat itu pasti ujungnya gak begini, kalau saja dia gak follow Irene di Instagram pakai akun palsunya pasti gak kayak gini dia sekarang, kalau saja ia tidak menyukai Irene, pasti hidupnya lebih tentram sekarang. Tanpa menerima banyak tatapan hinaan dan orang-orang yang membicarakannya sana-sini.

Seulgi nangis dalam diam lagi malam ini, hari-harinya semakin sulit ia jalani. Seperti tidak ada yang berpihak padanya. Seulgi takut akan hari esok, takut kejadian beberapa hari ini terulang terus. Seulgi benci tatapan mereka-mereka yang menganggap hina Seulgi.

Apa salahnya menyukai seseorang, hanya karena sama-sama wanita, kenapa ini semua jadi tabu? Memangnya Seulgi melakukan pelanggaran HAM? Memangnya Seulgi melakukan pelecehan seksual? Tidak. Dia hanya menyukai, hanya mencintai seorang wanita.

Menurut pandangan orang ;
    Cinta Seulgi tuh tabu. Hina. Jijik.

----

Kembali seperti kemarin, ayah dan bundanya ngajak Seulgi bicara, serius. Seulgi bisa lihat tatapan mereka antara marah dan kecewa. "Seul," Panggil bundanya halus, halus banget.

Seulgi mendongakkan kepalanya yang sedari tadi tertunduk, menatap mata bundanya seakan membalas panggilan tersebut. "Itu bener Seul?" Tanya bundanya, ekspresinya dingin.

Seulgi menggelengkan kepalanya.
"Jawab Seulgi." Suara berat ayahnya masuk ke pendengarannya, membuat ia semakin takut.

"G-gak, Bun."

"Jujur Seul,"

"Enggak Bun, cuma karena percakapan biasa gitu, kenapa orang-orang nyimpulin Seulgi itu l-lesbi," Suaranya mengecil diakhir kalimat, untuk mengatakan kata 'lesbi' itu saja Seulgi malu.

"Terus gunanya kamu ngechat orang begitu untuk apa, Seulgi?" Seulgi takut sama ayahnya kalau sudah tegas gini.

"A-aku, aku cuma mau temenan doang,"

"Seulgi, jujur."

Seulgi diam, gak berani ngomong apa-apa. Matanya memanas, tenggorokannya sakit menahan isakan yang ingin keluar, kepalanya pening. "Aku jujur Yah!"

"Ayah gak ngelihat kejujuran di mata kamu," Tegasnya lagi.

Seulgi akhirnya menangis di depan kedua orangtuanya, mengeluarkan sisi lemahnya yang selama ini ia sembunyikan dari banyak orang. "Maaf," Katanya.

"Maafin Seulgi Yah,"

"Maafin Seulgi Bun,"

"Seulgi memang suka sama suka perempuan itu,"

Tak berani mendongakkan kepalanya, tapi Seulgi bisa merasakan seseorang mendekat. Membawanya ke dekapan hangat yang selama ini Seulgi dambakan. Dan detik itu juga, tangisnya semakin pecah di dekapan ayahnya.

----

Banyak hari yang Seulgi lewati sejak isunya menyebar dengan tidak bergairah. Hidupnya semakin tak bergairah, semakin tak tertata, semakin berjalan ke depan hanya kegelapan yang Seulgi jumpai.

Dia lelah menjadi bahan tertawaan siswa-siswi di sekolahnya, menjadi bahan gosip, jadi bahan ejekan. Bahkan temannya yang dulu sangat dekat tak sedekat dulu lagi sekarang.

Ia bertemu Irene kali ini, berpapasan. Dan mata mereka untuk kesekian kalinya bertemu. Mata kosong Seulgi dengan mata bercahaya Irene. Seulgi tersenyum tipis, setidaknya dia bisa melihat cahaya di hidupnya walau sementara.

----

"Min, sadis banget sih lu," Murka Irene pada lelaki di hadapannya. Sedangkan si lelaki hanya diam, tak merasa bersalah.

"Apa? Bukannya lu risih sama dia?" Tanggapnya santai.

"Ya gua risih, tapi gua gak pernah minta lu buat ngelakuin itu ke dekel itu. Gua cuma minta bantuan lu untuk cari tahu siapa secret admire gua!" Irene merasa bersalah, setelah melihat Seulgi yang seperti tidak bernyawa, bahkan Irene baru melihat senyum terpatri kembali di wajah Seulgi barusan, belakangan ini Seulgi terus muram.

"Salah gua dimana? Daripada lu terganggu sama anak itu? Ya kan." Irene menggebrak meja di hadapannya.

"Gak gitu Mino! Lu ngehancurin hidup seseorang tau ga!? Dan jelas lu salah," Irene menghela nafasnya, "Ngapain lu sebar itu chat ke yang lain, dan lu lebih-lebih kan dengan ku sebut dia 'lesbi' , belum tentu dia lesbi Min!"

"Kenapa lu malah belain dia sih?" Kesal Mino, merasa tertolak kembali oleh pujaan hatinya.

"Masalah emangnya buat lu?" Jawab Irene menantang lelaki di hadapannya.

"Atau lu mulai tertarik sama anak itu? Ha!?"

Mino menyesap kopi di hadapannya. Ia tahu  jawaban Irene, tentu saja tid-

"Kalau iya, kenapa?"

-----

Seulgi balik ke rumah sama seperti hari-hari belakangan ini. Namun sekarang ia tak ingin langsung ke kamarnya dan tidur. Ia ingin berbicaralah empat mata dengan bundanya.

"Bun," Panggil Seulgi pada bundanya yang sedang menyiram tanaman di halaman depan. "Boleh ngomong gak?"

Bundanya menoleh kebelakang, menatap Seulgi sebentar. "Ya, tunggu di ruang depan."

Seulgi tungguin sampai bundanya datang. Dan bundanya sekarang sudah duduk di sampingnya. "Kenapa Gi?"

"Aku boleh pindah sekolah gak?"

----

Seminggu Irene tidak melihat eksistensi Seulgi. Irene kasihan dengan anak itu, tapi masih ada rasa tidak suka juga dengan anak itu. Ya karena benar, nama dia terseret sekarang. Sedangkan Seulgi entah dimana. Orang-orang jadi tahu bahwa Seulgi menyukai dirinya, dan Irene jadi sering di ledekin walaupun itu hanya becandaan.

Irene dengan sembarang manggil salah satu teman dekat Seulgi, "Eum, Seulginya kemana ya?" Tau gak, dia nanya itu tuh harus ngumpulin keberanian besar, nahan malu juga.

"Udah pindah kak,"

Pindah, Irene sedikit kaget, "O-oh makasih."

Sudah terlambat, harusnya Mino tidak melakukan itu sama Seulgi. Irene jadi merasa bersalah. Ia juga memeriksa Instagramnya. Akun dengan username tiwaytrexx.x pun juga tak ada.

Seulgi menghilang dari hidupnya.

Seulgi menghilang karena dihilangkan.

Dan menyisakan Irene, yang hatinya diselimuti rasa bersalah bercampur aduk dengan benci terhadap Seulgi.

Dan mungkin jika Tuhan mentakdirkan semesta untuk mempertemukan mereka kembali, Irene berharap Seulgi baik-baik saja.











Euphoria - End.





















Akhirnya end jugaaaaa
tapi kok skrg aku gak rela ini end,sayangnya terlambat :"""

Makasih banget buat reader yang udah support cerita ini, yang sudah kasih vote dan komen kalian, yang udah luangin waktu untuk baca cerita ini.💞💞💞💞

Makasih untuk 6,78k viewers dan 1,54k votenya dan komen-komen kalian💞💞💞

Mian kalau ada kurangnya, kalau gak puas atau byk typo. Aku gak tau mau ngomong apalagi, intinya MAKASIH BANGET, TERIMAKASIH.

btw, jgn lupa streaming 'Umpah-Umpah'

Luv u guys.

Continue Reading

You'll Also Like

84.1K 8.7K 11
high school romance, always bad to make good summary, ini gak sebagus yang kalian bayangkan, tapi kalo suka, boleh kasih bintang :D
77.5K 11.6K 28
➳ Maharta : Mahasiswa domisili Meikarta. ©tiegurl, 2020.
142K 17.9K 23
deket sama Irene itu gak baik untuk seulgi, tapi seulgi gak bisa jauh dari irene. "beda gi, dia cowok, kamu cewek."
50.2K 7.7K 78
"naksir kok sama istri orang?"