Cerita Kita

By salsaalfn

655K 41.4K 2K

Mungkin cerita kita hanyalah salah satu dari banyaknya cerita tentang diam-diam menyayangi sahabat sendiri le... More

cerita kita - bagian 01
cerita kita - bagian 02
cerita kita - bagian 03
cerita kita - bagian 04
cerita kita - bagian 05
cerita kita - bagian 06
cerita kita - bagian 07
cerita kita - bagian 08
cerita kita - bagian 09
cerita kita - bagian 10
cerita kita - bagian 11
cerita kita - bagian 12
cerita kita - bagian 13
cerita kita - bagian 14
cerita kita - bagian 15
cerita kita - bagian 16
cerita kita - bagian 17
cerita kita - bagian 18
cerita kita - bagian 19
cerita kita - bagian 20
cerita kita - bagian 21
cerita kita - bagian 22
cerita kita - bagian 23
cerita kita - bagian 24
cerita kita - bagian 25
cerita kita - bagian 26
cerita kita - bagian 27
cerita kita - bagian 28
cerita kita - bagian 29
cerita kita - bagian 30
cerita kita - bagian 31
cerita kita - bagian 32
cerita kita - bagian 33
cerita kita - bagian 34
cerita kita - bagian 35
cerita kita - bagian 36
cerita kita - bagian 37
cerita kita - bagian 38
cerita kita - bagian 39
cerita kita - bagian 40
cerita kita - bagian 41
cerita kita - bagian 42
cerita kita - bagian 43
cerita kita - bagian 44
cerita kita - bagian 45
cerita kita - bagian 47
cerita kita - bagian 48
cerita kita - epilog
cerita kita x joylada

cerita kita - bagian 46

10.2K 681 77
By salsaalfn

"sampai kapanpun, kamu tetap anak Mama, kamu tetap bagian dari diri Mama."

Vanka dibantu Bi Juju memasukkan dua koper besar yang sudah terpenuhi oleh barang-barang Aileen itu ke dalam mobil.

Aileen masih di dalam kamar bersama Leta. Aileen masih ingin berada disini, menikmati menit-menit terakhirnya berada di kamar ini, dirumah ini.

Leta menghapus air matanya, dia mendekati Aileen, mengelus bahu Aileen lalu tersenyum.

"Aileen, jujur Mama belum siap kalo Vanka mau bawa kamu dari sini." Leta terdiam sejenak "tapi Mama nggak bisa menghalangi Vanka. Dan memang sesuai janji Vanka dia akan menjemput kamu."

Aileen mulai meneteskan airmata lagi.

"Mama tau, kita udah terbiasa disini. Bertiga ditambah Bi Juju. Kita udah terbiasa sarapan bersama, bercanda bersama, makan bersama. Dan udah terlalu banyak kenangan manis yang kita buat disini." Leta menutup mata, membiarkan air matanya mengalir begitu saja.

Aileen memeluk Leta.

Leta memeluk erat Aileen.

"Tapi ini memang yang seharusnya kamu dapatkan. Vanka punya hak lebih besar untuk membawa kamu daripada Mama."

Aileen mengeratkan pelukannya.

Leta mengusap kepala Aileen.

"Kamu nggak boleh sedih sayang, Mama juga seharusnya nggak sedih. Karena walaupun kamu udah nggak tinggal disini. Kamu tetap anak Mama, kamu tetap bagian dari diri Mama. Dan sayang Mama nggak akan berkurang untuk kamu Nak,"

Tangisan Aileen semakin menjadi ketika mendengar apa yang baru saja Leta ucapkan. Hatinya berhasil disentuh oleh kata-kata Leta.

Kalau saja Aileen bisa menolak. Aileen ingin tetap disini. Bersama Leta, seseorang yang mengenalkan figur seorang Ibu kepadanya, dan bersama Darren yang mengenalkan figur seorang Ayah kepadanya.

"Makasih Ma, makasih udah ada untuk Aileen. Makasih karena Mama udah jaga Aileen dan sayang sama Aileen seperti anak sendiri. Aileen bersyukur banget Tante Vanka titip Aileen ke Mama. Aileen sayang sama Mama. Aileen sayang Mama." ucap Aileen terisak.

Leta menangis, lalu tak lama datang Vanka, berdiri didepan pintu kamar Aileen seraya tersenyum haru melihat keduanya.

Leta yang melihat itu, perlahan menghapus air matanya. Dia melepas pelukannya, memegang bahu Aileen, lalu tangan kanannya tergerak untuk menghapus air mata Aileen.

"Kita turun, Mama anter. Ya?" ucap Leta.

Aileen terdiam sejenak. Menatap Leta, kemudian mengangguk bersamaan dengan satu tetes air mata yang kembali mengalir ke pipinya.

Kemudian setelah itu, Leta merangkul Aileen. Turun bersama menuruni tangga dengan Vanka dibelakang mereka.

Aileen dan semua berhenti di depan rumah.

Leta memeluk Vanka "Jaga Aileen sebagaimana kamu menjaga diri kamu sendiri ya Van. Aku titip Aileen." ucapnya lalu melepas pelukan.

Vanka mengangguk lalu tersenyum "Pasti Kak."

Aileen menghampiri Bi Juju yang sedang menghapus air mata. Aileen membawa Bi Juju ke dalam pelukan.

"Aileen pamit ya Bi. Aileen makasih udah jagain Aileen, Aileen sayang banget sama Bibi," ucap Aileen. Berhasil membuat Bi Juju semakin menangis.

Aileen melepas pelukannya lalu tersenyum.

Setelah itu Aileen menatap Leta. Kembali memeluk Leta dengan sangat erat.

"Aileen jaga diri baik-baik ya sayang. Jangan lupa solat, makan yang banyak. Dan jangan lupa kabarin Mama dan sering-sering main kesini yaa," ucap Leta.

Aileen melepas pelukannya, lalu tersenyum seraya menghapus airmata, kemudian mengangguk.

"Mama sama Darren, Bi Juju, sehat-sehat ya, Aileen pamit." sahut Aileen.

Kemudian Vanka merangkulnya.

"Kita pamit Kak, aku sangat berterimakasih atas semuanya, terimakasih Kakak udah mau jaga Aileen bertahun-tahun. Aku sangat berterimakasih Kak." ucap Vanka seraya mengusap lengan Aileen yang sedang dirangkulnya.

Leta tersenyum mengusap lengan Vanka "Aku yang justru berterimakasih karena kamu udah percaya menitipkan Aileen ke aku." sahutnya. Lalu menatap Aileen dengan senyuman.

Aileen ikut tersenyum dalam tangisan.

Vanka menatap Aileen lalu Leta.

"Kalau begitu kita berangkat dulu. Assalamualaikum," ucap Vanka.

Leta menelan saliva, menahan tangis. "Waalaikumsalam," sahut Leta dan Bi Juju bersamaan.

Perlahan mereka melangkah, Aileen menoleh menatap Leta, Bi Juju, kemudian rumah ini.

"Aileen ayuk, masuk." ucap Vanka setelah membukakan pintu untuk Aileen.

Aileen terdiam sejenak. Dia menatap Leta dan Bi Juju lagi.

Lalu perlahan tersenyum seraya melambaikan tangannya.

Leta yang melihat itu langsung menangis seraya berusaha untuk tersenyum dengan tangan yang membalas lambaian tangan Aileen.

Kemudian Aileen masuk ke dalam mobil, mematung karena pikirannya terlalu bercampur.

Aileen menoleh ke pagar, berharap Darren datang sebelum dia keluar dari rumah ini. Berharap Darren meminta Vanka dan Leta agar dirinya tetap tinggal disini.

Namun harapan itu tak pernah terwujud, Aileen sudah keluar dari rumah ini. Melewati pintu gerbang rumah ini, rumah yang sudah membesarkannya dengan penuh kasih sayang.

Aileen kembali menangis lagi.

"Udah Non, jangan nangis," ucap Bi Juju, berusaha menenangkan Leta dengan mengusap-usap lengannya. Meminta Leta untuk tidak menangis, padahal dirinya sendiri juga sedang menangis.

Leta menghapus airmatanya setelah melihat figur Darren yang baru saja masuk ke dalam rumah dengan vespanya.

Bi Juju berhenti menenangkan Leta. Dia menghapus air matanya juga.

Darren memicingkan matanya. Kemudian memberhentikan vespanya, lalu turun dari sana setelah memasang standar dan membuka helmnya.

Darren menatap Leta dan Bi Juju sejenak kemudian bertanya "Kenapa pada nangis? Ada apa?" tanyanya.

Leta terdiam sejenak menatap Darren.

"Maa? Bi? ada apa? kok pada nangis? terus Aileen mana? Ai, Aileen..." Darren menoleh ke pintu lalu kembali ke Leta dan Bi Juju "Aileen belum pulang?"

Leta menggelengkan kepala.

Darren mulai khawatir.

"Terus Aileen kemana? yaampun aku pikir dia udah dirumah daritadi. Kalo tau gitu tadi aku nggak—" Darren terdiam. Dia tidak mungkin bilang kalau tadi dia pergi untuk menenangkan diri karena kejadian disekolah tadi.

Leta menelan saliva "Aileen udah nggak tinggal disini Ar. Tadi Tante Vanka pergi jemput Aileen." ucapnya.

Darren menatap Leta "Loh kok main pergi aja? kenapa nggak nunggu Darren? Ma Aileen itu sahabat Darren, harusnya Aileen pamit dulu sama Darren," ucapnya. Hatinya sesak. Kenapa perginya Aileen dari rumah ini harus bersamaan dengan pengungkapan perasaanya pada Aileen. Darren bahkan belum mendapatkan penjelasan apa-apa dari Aileen.

"Darren Vanka itu Tantenya Aileen. Dia punya hak untuk membawa Aileen tanpa menunggu kamu,"

"Iyaa tapikan tetep aja Ma, harusnya Aileen itu jangan pergi dulu!"

"Ar," Leta menatap Darren serius "kamu nggak boleh kaya gini. Mama tau kamu masih belum siap Aileen meninggalkan rumah ini. Tapi kamu nggak boleh kaya gini,"

Darren menghembuskan nafasnya panjang. Berusaha agar air matanya tidak mengalir karena memang benar apa yang Leta ucapkan. Dia belum siap kalau pada kenyataannya Aileen sudah tidak tinggal disini bersamanya. Bahkan dia masih belum siap membayangkan betapa sepinya rumah ini kalau Aileen tidak ada.

Darren benar-benar menyesal tidak langsung pulang kerumah. Harusnya tadi dia bisa mencegah Aileen dan meminta Vanka untuk tidak membawa Aileen. Walaupun tipis kemungkinan Vanka akan mewujudkan itu, setidaknya Darren sudah mencoba agar Aileen, seseorang yang disayangnya itu tetap tinggal disini bersamanya.

Leta mengusap lengan Darren "Mama masuk dulu yaa, kamu jangan lupa ganti baju, terus mandi. Abis itu makan, nanti pasti Aileen kabarin kamu." ucapnya lembut. Lalu masuk ke dalam rumah bersama Bi Juju.

Darren masih terdiam ditempat memikirkan Aileen, memikirkan hatinya.

××××


Vanka memarkirkan mobilnya di tempat parkir mobil para penghuni apartemen tingkat ini.

Aileen melepas seatbelt, lalu turun dari mobil, kemudian membantu Vanka membawa salah satu koper.

Mereka kemudian masuk ke dalam setelah disambut ramah oleh security penjaga.

Aileen berdiri di samping Vanka ketika berada didalam lift. Lalu keluar dari sana setelah sampai dilantai empat.

Vanka melirik Aileen lalu tersenyum. Rasanya bahagia sekali bisa bersama kembali dengan Aileen setelah terpisah bertahun-tahun.

Vanka bahkan sudah tidak sabar untuk mendengar semua cerita Aileen mulai dari manapun.

"Nah ini, kita tinggal disini." ucap Vanka, setelah sampai didepan kamar nomor 117.

Aileen hanya tersenyum tipis, lalu Vanka membuka kunci.

"Assalamualaikum," ucap Vanka setelah membuka pintu. Mereka masuk. Aileen melihat ke sekitar.

Apartemen ini lumayan besar. Ada dua kamar lalu ruang tamu yang terdapat televisi dan juga sebuah sofa berwarna abu-abu.

Aileen duduk disana.

"Kamu mau kamar yang ini atau ini?" tanya Vanka seraya menunjuk kedua kamar.

Aileen menoleh "Yang mana aja Tante," sahutnya.

Vanka mengangguk, lalu membawa koper-koper Aileen masuk ke dalam kamar yang ada disebelah kanan.

Aileen dibelakang mengikuti Vanka.

Lalu melihat ke sekitar kamarnya.

"Kita mau rapihin barang-barang kamu sekarang, atau mau makan dulu?" tanya Vanka.

Aileen menoleh "Mmm... aku sih belum terlalu laper, jadi beresin dulu aja. Tapi kalo Tante laper, Tante makan aja dulu nggak kenapa-napa, aku beresin sendiri dulu aja," sahutnya.

"Eh enggak dong, masa kamu beresin sendiri, ini banyak. Yaudah kita beresin dulu baru abis itu makan yah?"

Aileen tersenyum "Iyaa, Tante," sahutnya.

Kemudian Vanka membuka salah satu koper Aileen yang berisi baju-baju.

Aileen membuka koper satunya yang berisi barang-barang.

Vanka membuka lemari, lalu mulai menyusun rapi baju-baju Aileen di dalam sana.

Aileen sendiri sedang fokus menata buku-buku dan juga barang-barang yang lainnya.

Vanka menoleh "Kamu udah punya pacar?" tanya Vanka.

Aileen menoleh "Belum,"

"Ha? Masa sih, kamu cantik gitu,"

"Tante bisa aja,"

"Mmm... tapi kalo cowok yang deketin banyak kann, yakan?"

Aileen tertawa kecil "Enggak juga," sahutnya lalu mengambil sebuah bingkai foto yang menampakkan figurnya dengan Darren.

"Oh iya, tadi Tante nggak liat Darren. Terus kita nggak pamitan deh sama dia. Darren marah nggak ya? duh Tante jadi nggak enak,"

Aileen melirik Vanka "Eng—enggak kok Tante tenang aja, Darren biar aku aja yang urus. Lagian juga pasti Mama udah jelasin ke Darren,"

Vanka akhirnya tersenyum, lalu kembali merapikan baju Aileen.

Aileen menatap foto itu. Kemudian tak lama ponselnya berdering. Aileen menoleh ke arah dimana ponselnya berada. Bisa dia lihat nama Darren yang terpampang nyata dilayar ponselnya.

Aileen terdiam. Tidak tahu harus mengangkat panggilan itu atau tidak. Hingga beberapa detik panggilan itu hilang.

"Kok nggak diangkat Ai?" tanya Vanka.

Aileen menoleh "Mmm... enggak itu salah sambung kaya—"

Nama Darren kembali terpampang dilayar ponselnya.

"Tuh kan nelfon lagi, coba aja diangkat mungkin temen kamu atau siapa gitu ganti nomor,"

Aileen menggaruk tengkuknya kemudian meraih ponselnya.

"Aku jawab di depan ya," ucap Aileen lalu keluar dari kamar setelah Vanka menganggukan kepala.

Aileen terdiam masih tidak mengangkat panggilan itu.

Hingga beberapa menit panggilan itu terhenti.

Aileen menutup matanya, dia terus memandangi ponselnya. Berharap besar Darren kembali menghubunginya. Menunggu, hingga bermenit-menit lamanya. Panggilan dari Darren tak lagi dia temukan.

Continue Reading

You'll Also Like

6K 233 21
Quotes random buat anak farmasi Highest rank 9 #farmasi 2 #pharmacy 70 #quotes 716 #bucin
4M 38.9K 6
GENRE : GENERAL FICTION, DRAMA [Story 1] "Ini gila, bagaimana bisa gue harus menikahi seorang gadis bisu hanya karena taruhan konyol yang gue buat sa...
2.6M 130K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
Mantan By 23

Teen Fiction

304K 9.7K 25
Hanya karena ingin menguji perasaan sang pacar, Aga iseng mengakhiri hubungan lewat chat sesaat sebelum kencan, dan malah berakhir penyesalan. *** Ma...