ARYAN

By aaj_writingproject

8.7K 707 78

Dia begitu tangguh Dia begitu kuat Mungkin bisa dibilang, dia tidak terkalahkan. Itulah Ravindra Aryan Pranaj... More

Prologue
Dua

Satu

2.2K 219 26
By aaj_writingproject

Assalamu'alaikum. Maaf baru update lagi setelah sekian lama, karena jujur, untuk buat teenfict benar benar out of comfort zone aku yg biasanya nulis marriage life (padahal belum merasakan wkwk).

Mungkin, karena ridho ortu juga. Saat itu, ortu nggak izinin buat cerita yg pacar-pacaran. Dan itulah kenapa cerita Ra yang ya, rata2 menuju halal atau pas udh halalnya.

Makanya, rohani yang ada teenfict kayak gini, sulit aja gitu dapet idenya.

Tapi, semoga kalian selalu bersabar menunggu Aryan.

Terima kasih atas pengertiannya.

Selamat membaca dan jangan lupa jejak cinta untuk komandan kita, Aryan❤💋

***

Kalau sudah jatuh cinta, terkadang kita tak lagi memikirkan alasan mendasar di balik rasa cintanya. Karena baik buruknya seolah tertutupi lantaran debaran menggebu dalam hati.

***

Bruuum ....

Motor ninja milik Aryan terparkir asal di parkiran. Ia buru-buru melepas helm dan memantau keadaan sekitar sebelum memulai aksi panjat memanjat gerbang belakang.

"Mau lari ke mana kamu?"

Langkah Aryan terhenti ketika mendengar suara tegas milik wali kelasnya yang kini sedang bersedekap.

Wanita itu tidak sendiri karena di belakangnya sudah ada pak Atmo, satpam sekolah yang sudah angkat tangan atas kelakuannya.

Lihat saja, pak Atmo bahkan tersenyum penuh kemenangan karena beliau tahu, di bawah bu Santi, Aryan tidak bisa berkutik.

"Mau belajarlah, bu. Saya ke sekolah kan buat belajar," jawab Aryan lalu mencium punggung tangan wali kelasnya. "Saya ke kelas dulu, ya, bu."

"Siapa yang bolehin kamu langsung ke kelas? Ikut ibu."

Aryan menghela napas kasar, "kok ibu gitu sih sekarang sama saya? Saya kan anak ibu, bu. Ibu nggak tega kan kalau anak ibu sendiri dikasih hukuman?"

"Udah, ikutin aja perintah wali kelas kamu," celetuk pak Atmo kesal.

"Siapa yang ngajak ngobrol bapak? Orang saya lagi ngomong sama bu Santi."

"Aryan! Yang sopan!" Perintah bu Santi membuat Aryan bungkam dan menurut saja ketika tangannya sudah dibawa menuju ruang BK.

***

"Sudah lama nggak ketemu, Aryan. Anak hebat kamu, bisa lolos dari pencarian tim ibu," kata bu Rosa dengan senyum manis yang tidak sinkron dengan ucapan menyindirnya.

"Saya kangen sama ibu, makanya bu Santi bawa saya ke sini, bu," jawab Aryan.

Bu Rosa bergumam kesal melihat siswa tersebut masih saja menjawab jika dibilangin. Beruntung sekali sikap Aryan kali ini lebih tenang, mungkin karena di bawah binaan bu Santi yang stok sabarnya lebih banyak daripada wali kelasnya dahulu.

"Pak Atmo, saya minta tolong panggilkan anak-anak yang kemarin ikut tawuran bersama Aryan. Ini nama-nama dan kelasnya," ujar bu Rosa memberikan selembar kertas kepada pak Atmo.

"Biar lebih cepat, saya aja bu Ros yang panggilin mereka. Saya udah hafal di luar kepala."

"Duduk di situ dengan tenang, Aryan. Lebih baik saya minta tolong sama pak Atmo daripada kamu yang berujung kabur lagi. Paham kamu?!"

"Dicari jalan yang mudah, ibu malah berburuk sangka sama saya. Inget, bu, yang namanya berburuk sangka itu dosa dan tidak ba—"

"Mau saya sita hpmu dan uninstal seluruh game atau kamu diam sekarang?"

Setelahnya Aryan benar benar terdiam daripada ia tidak bisa lagi bermain Plants vs Zombie kesayangannya.

"Kalau dibilangin orang tua ada aja jawabannya. Kamu tau itu tidak sopan kan?" kali ini bu Santi yang angkat suara. "Kalau begitu saya permisi dulu, bu Ros. Saya titip anak saya, ya."

"Mau ke mana bu?" tanya Aryan.

"Mau urus anaknya yang lainlah, yang sopan dan tidak suka berulah. Kamu pikir anak didik bu Santi itu hanya kamu saja, Aryan?" jawab bu Rosa sebal.

"Marah-marah mulu cepat tua, bu. Apalagi marahin saya, bisa sekalian jatuh cinta."

"ARYAN!"

***

Di bawah teriknya sinar matahari, Aryan bersama sebelas orang lainnya berdiri menghadap tiang bendera dengan posisi istirahat di tempat.

Siswa siswi yang saat ini tengah beristirahat sesekali melihat ke arah mereka yang memang asik untuk ditonton atau menjadi bahan pembicaraan hari ini.

Banyak juga gerombolan siswi yang rela menghabiskan waktu di koridor kelas hanya untuk bertopang dagu sembari melihat Aryan yang menarik mata.

Aryan yang paling menonjol di antara dua belas orang tersebut. Walaupun banyak juga yang ganteng dari kalangan pemuda yang suka tawuran, tetap saja nama Aryan yang dielukan karena dia seolah leader bagi mereka. Dan hanya Aryan pula dengan sejuta pesona yang dimilikinya, tidak ada satu gadis pun yang berhasil menaklukan hati bekunya.

"Gila, Gabby hari ini cantik banget euy. Makin seksi aja kalo chubby gitu pipinya."

"Yeee, cuci dulu sana otak lo. Dia seksi juga nggak bakal mau sama lo."

Tangan Aryan menempeleng pipi Jordi yang mesem-mesem sendiri melihat Gabby beserta gerombolan sahabatnya sedang menonton mereka dari koridor lantai dua.

"Pesona gue boleh di bawah lo, tapi berani taruhan. Gue tembak, tuh anak pasti bakal nerima gue juga."

"Ngimpi aja mulu lo!"

"ARYAN! ODI! SIAPA YANG SURUH KALIAN MENGOBROL SEPERTI ITU?!"

Suara menggelegar milik pak Fais membuat kedua orang tersebut berhasil merapatkan mulutnya kembali. Sebelum itu, Aryan bahkan sempat terkikik kecil, karena panggilan 'Odi' yang disemat pada Jordi membuat kesan garangnya luntur hanya karena panggilan namanya.

"Sudah bagus saya ringankan hukuman kalian atas permintaan bu Santi. Kalau saya lihat ada lagi yang melanggar sampai batas waktu yang sudah ditentukan, bapak tidak segan segan menambahi hukuman. Mengerti kalian?"

"Siap, mengerti, Pak!"

Pak Fais kembali berlalu bersama seorang siswi yang tadi juga sempat terdiam saat pria tua itu menegur dua belas siswa yang terlibat tawuran.

Dirasa pak Fais tak lagi mengawasi, Aryan diam-diam mencuri pandang pada siswi tersebut yang terasa asing di lingkungan sekolah.

Siapa dia? Apa mungkin dia dari kalangan siswa baru jadi Aryan baru pertama kali melihat wajah teduhnya?

***

"Lo liat nggak tadi cewek yang bareng sama pak Fais?" tanya Aryan langsung begitu hukuman telah selesai dilaksanakan.

"Yang mana? Gue nggak liat."

Jordi menenggak air putih dingin hingga habisa dan sesekali mengelap keringat dengan lengannya. "Yang gue liat ya cuman si Gabby. Betah banget ya dia liatin kita dari istirahat sampai bel masuk. AW! SAKIT BEGO!"

"Baru gue tonjok lengan. Belom aja gue kasih sianida biar bukan pikiran lo tentang Gabby aja yang ilang, tapi nyawa lo juga melayang." Aryan berlalu, masih menyisakan Jordi yang meringis sakit akibat tonjokan pada lengannya.

"Sialan lo! Mau jadi titisan Jessica ya lo?!"

Aryan tertawa dan terus berjalan meninggalkan kantin.

"Woi! Mau ke mana lo sekarang?" tanya Jordi berteriak.

"Kelas."

"Anak kesayangan bu Santi. Santai aja woi, baru juga kelar hukuman udah rindu belajar. Kesambet setan apaan lo, Yan?"

"Berisik! Pikirin aja sana Gabby-lo!"

Aryan benar-benar menuju kelas karena ia sudah penasaran untuk menanyakan siswi tersebut pada wali kelasnya. Beruntung saat ini adalah jadwal bu Santi masuk kelas, jadi ia tidak perlu repot-repot ke ruang guru dan mendapat ceramah tambahan di sana.

"Seger yang abis dihukum." Lola, ketua kelas yang sudah paham anggota satu ini bandelnya minta ampun tersenyum menyambut Aryan. "Nggak sabar ketemu bu Santi ya, lo, Yan?"

"Yoi," sahut Aryan.

"Anak kesayangan bu Santi mah beda. Udah kerjain PRnya belum?"

"Bego! Gue lupa! La, pinjem buku latihan lo."

Tanpa perlu persetujuan Lola, nyatanya laki-laki itu langsung saja membuka tasnya dan mengobrak-abrik mencari buku latihan biologi.

Yang namanya pelajaran biologi, pantang bagi Aryan untuk tidak mengerjakan PR. Hanya pelajaran biologi yang ia selalu kerjakan PRnya karena tidak ingin wali kelasnya mengadakan khutbah dadakan di dalam kelas dengan wajah tegar dan sabarnya.

Sialnya, baru saja Aryan membuka buku latihan milik ketua kelas, bel masuk berbunyi diiringi suara sepatu hak yang anggun khas dengan pemiliknya, bu Santi.

Alih alih mengucap salam terlebih dahulu, bu Santi justru langsung menuju tempat Aryan berada dan mengambil buku latihan Lola.

"Kerjakan dengan usahamu sendiri, Nak. Ibu nggak masalah kalau kamu baru mengerjakan sekarang, tapi tolong sesuai dengan kemampuan kamu," ucapnya sebelum berdiri di depan kelas dan memberi salam yang tertunda.

"Mati gue! Buku latihan gue ada di bu Santi, Yan. Ih, bisa bisa nilai gue dikurangin," protes Lola dengan kesal pada Aryan.

Aryan balas menatap dengan wajah santai. "La, nilai biologi lo itu udah bagus bagus. Kalo di latihan nilainya dikurangin, di rapot juga tetep bagus. Santai aja sama wakel lo, tau sendiri kan bu Santi hatinya hati malaikat."

***

Usai pelajaran berakhir dan siswa siswi boleh kembali ke rumah masing-masing, Aryan justru mendapat tugas membawa buku latihan biologi teman sekelasnya ke ruang guru. Tentu ini menjadi kesempatan bagi Aryan yang sedari tadi sudah gatal ingin bertanya perihal siswi yang bersama dengan suami bu Santi tadi. Siapa tau wali kelasnya itu tau, kan.

"Loh, Fia, udah lama kamu di sini?" tanya bu Santi begitu masuk ke ruang guru.

Mendengar suara bu Santi yang mengajak seseorang bicara, membuat fokus mata Aryan hilang dan beralih pada wali kelasnya.

Astaga. Panjang umur, baru juga dipikirin, batin Aryan tersenyum senang.

Ia segera menaruh buku latihan pada meja bu Santi dan menghampiri beliau yang mengobrol dengan siswi cantik itu.

"Ibu," panggil Aryan yang membuat kedua orang itu menoleh.

"Udah, Yan?"

"Sama saya mah beres, bu," jawab Aryan sambil tersenyum. "Ada lagi yang mau saya bantu nggak bu?"

"Tumben kamu jadi baik gini," kata bu Santi heran dan terkekeh pelan. "Besok-besok, jangan mangkir lagi kalau dipanggil bu Ros dan tim. Kamu juga udah kelas 12 jangan tawuran terus. Aryan, kamu ini laki-laki. Masa depan kamu harus cerah, karena kamu juga punya tanggung jawab besar nantinya. Kamu mau jadi pengangguran? Atau lebih parah lagi ngemis di tengah jalan?"

Aryan menggeleng cepat, "ya nggaklah bu. Do'ain yang baik-baik dong bu buat saya."

"Ya sudah, jangan lupa perbannya diganti. Lusa baru boleh nggak diperbanin lagi."

"Di rumah ibu kan, bu?" tanya Aryan semangat. "Saya nggak bisa ganti perban sendiri bu. Ibu tau kan saya di rumah nggak punya ibu."

"Hush, kamu itu." Bu Santi menjewer telinga Aryan hingga ia mengaduh kesakitan. "Ya sudah, kalau mau ke rumah ibu duluan sana. Ibu bareng sama Fia dan suami ibu naik mobil."

"Fia ini anak ibu, bu?" tanya Aryan sembari menatap bola mata Fia. Namun yang ditatap justru kini menundukkan kepalanya. "Cantik banget bu. Anaknya anak baru ya, bu?"

"Jangan sekali kali kamu godain anak ibu, ya," kelakar bu Santi dan menjewer kembali telinnga Aryan hingga laki-laki itu pergi dari ruang guru.

Sayup sayup saat keluar, Aryan sempat mendengar siswi itu bertanya pada wali kelasnya, "siapa bun?"

"Anak didik bunda. Nggak usah dipikirin, anaknya emang begitu. Tapi baru kali ini dia godain perempuan."

Mungkin kalau cinta pada pandangan pertama memang mustahil rasanya. Tapi kalau suka pada pandangan pertama wajar, kan? Sepertinya Aryan sedang merasakan hal tersebut karena mendadak wajah teduh sang gadis tidak bisa hilang dari pikirannya.

Oke, tidak mungkin Aryan si komandan tawuran bisa suka seorang gadis yang baru pertama kali ia lihat.

Ini sih gila namanya.

TIN TIIIIN

Lihat saja, ia bahkan sampai harus diklakson lantaran sepeda motornya tidak juga melaju saat lampu merah sudah berubah warna menjadi hijau.
Sebegitu kuatkah efek gadis tersebut dalam menguasai pikirannya saat ini?

"Ke mana bu Santi dan pak Fais ngumpetin anak ceweknya sampe baru kelihatan sekarang?"

***

Bagaimana bab 'satu'nya? Semoga suka dan ikuti terus cerita Aryan, ya😊

Terima kasih bagi yang sudah mampir untuk baca, voment, dan kritik-sarannya. Jangan lupa jadikan al-qur'an sebagai bacaan utama. Laff ❤

Instagram : im.hyera

21 Juli 2019

Continue Reading

You'll Also Like

58.2K 2.7K 29
"Wanita itu suci, bagaikan sajadah. Karna, diatas wanita lah lelaki akan beribadah." Fatimah mengerutkan keningnya. "Maksudnya? Perempuan dijadikan s...
215K 7.5K 70
Bagaimana perasaan kalian kalau tau dipinang oleh habib tampan yang banyak digandrungi oleh kaum hawa. Senang? sudah pasti. Mari kita ikuti perjalana...
Hakim By ul

Spiritual

1.3M 77.2K 51
[Revisi] Kalian percaya cinta pada pandangan pertama? Hakim tidak, awalnya tidak. Bahkan saat hatinya berdesir melihat gadis berisik yang duduk satu...
6.9M 962K 52
[SEQUEL OF A DAN Z] Tumbuh dewasa tanpa kedua orang tua dan memiliki tanggung jawab yang sangat besar, terlebih harus menjadi sosok orang tua untuk k...