Be a Princess

By captcheese

196K 12.4K 124

Keira Hanirasya adalah gadis Jakarta yang cukup berandalan di sekolahnya. Ketika seorang temannya mengatakan... More

Prolog.
Satu.
Dua.
Tiga.
Empat.
Lima.
Enam.
Tujuh.
Delapan.
Sepuluh.
Sebelas.
Dua Belas.
Tiga Belas.
Empat Belas.
Lima Belas.
Enam Belas.
Tujuh Belas.
Epilog.

Sembilan.

7.8K 619 6
By captcheese

Farand menepikan mobilnya ke pinggir jalan. Ia turun dari mobil dan melepaskan kacamata hitamnya. Setelah mendesak Mr. Adair untuk memberitahu dimana Keira, akhirnya Mr. Adair memberitahunya. Keira berada di The Royal Mile. Nah, sekarang Keira dimananya? The Royal Mile sangatlah luas.

Segera Farand menyusuri jalan yang merupakan sudut tercantik Edinburgh. Ia melewati beberapa toko suvernir dan lapak-lapak penjual. Ia juga melewati pengamen-pengamen dengan Tartan Kilt.

Farand mengeluarkan ponselnya dan mencoba untuk menghubungi Keira. Terhubung, tapi Keira tidak mengangkat. Ah, mungkin saja gadis itu masih marah padanya.

Untungnya Edinburgh tidak sebesar London. Farand entah berjalan berapa lama menyusuri jalanan. Sambil berjalan, Farand celinguk mencari Keira. Dimana Keira?

Hingga akhirnya, Farand berhenti di Princes Street. Ia mengedarkan pandang lalu pandangannya berhenti saat melihat sebuah monument bergaya Gothic yang tinggi menjulang. Dan monument itu berada di sebuah taman yang penuh dengan bunga-bunga indah. Ah, Princes Street Garden. Mungkin saja Keira berada disana, mengingat jika Keira menyukai bunga-bunga indah dan berada di taman.

Benar saja. Farand menemukan seorang gadis yang sedang mengamati monument tinggi itu. Farand memasukkan ponselnya ke saku celana dan berjalan mendekati Keira.

Keira sedang memperhatikan monumen itu. Ia mengeluarkan kamera dan memotret monumen itu.

"Ternyata kau menyukai patung juga," ujar Farand berdiri di samping Keira.

Keira tidak menolehkan kepalanya. Farand bisa mendengar jika gadis itu mendengus. Farand tersenyum geli. Keira masih memperhatikan monumen yang ada di depan mereka.

"Namanya Scott Monument. Dibangun untuk mengenang Sir Walter Scott. Kau tahu siapa beliau? Seorang sastrawan terkemuka di Edinburgh," Farand menjelaskan sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

Keira menghela napas. Ia menolehkan kepala pada Farand dan melipat tangan di depan dada. "Kau mendesak Mr. Adair untuk memberitahu dimana aku berada?"

Farand mengangkat bahunya. Keira mendesis pelan sambil memutar tubuhnya untuk pergi berjalan. Farand mengekor Keira. Keira berhenti berjalan dan memutar tubuhnya ke hadapan Farand.

"Apa?" tanya Keira kesal.

Farand hanya tersenyum.

"Kenapa kau mengikutiku?" tanya Keira.

"Kau tidak tahu Edinburgh. Nanti kau akan tersesat," jawab Farand dengan entengnya.

"Jika aku tersesat, aku akan menghubungi Mr. Adair," sahut Keira. Ia berjalan melewati Farand. Farand menghela napas dan mengejar Keira. Ia berdiri di depan Keira dan menghalangi gadis itu.

"Oke. Aku minta maaf. Aku tahu aku salah," ucap Farand sedikit tersenyum.

Keira mengangkat alisnya. Ia menunjuk Farand dengan telunjuknya. "Kau. Jangan pernah lagi memaksaku. Ingat itu."

Farand mengangguk. "Dan kau jangan pernah pergi tanpa izin dariku atau Grace. Kau tahu, kau sedang menjadi Hannah. Orang-orang mengenalmu. Siapa tahu kau nantinya diculik. Bagaimana?"

"Oke. Oke. Lain kali aku akan minta izin," kata Keira. "Sekarang, jangan halangi jalanku."

Farand bergeser ke samping dan membiarkan Keira melewatinya. Ia memutar tubuhnya untuk memandang Keira dari belakang sambil tersenyum kecil.

*

Keira menarik tangan Farand menuju sebuah lapak penjual barang-barang khas Skotlandia. Ia tersenyum melihat barang-barang yang unik itu. Ia meraih Tartan Kilt-rok khas Skotlandia itu. Segera ia serahkan pada Farand.

"Apa?" tanya Farand kebingungan.

"Ambil ini. Kau coba dulu. Aku mau melihatmu memakai ini," jawab Keira tersenyum lebar sambil menyerahkan rok Skotlandia itu pada Farand.

"Apa maksudmu? Kau mengerjaiku?" tanya Farand mengerutkan kening.

"Tidak. Oh, ayolah. Sekali saja. Aku mau melihatmu," desak Keira.

Farand menggeleng. "Tidak. Aku tidak mau."

"Lihat! Mereka memakai itu. Kenapa kau tidak mau?" tanya Keira menunjuk pengamen-pengamen yang sedang bernyanyi disana yang menggunakan rok Skotlandia itu.

"Itu mereka, Sayang. Bukan aku," sahut Farand memutar bolamatanya.

Keira mengerutkan kening. Apa? Tadi Farand bilang apa? Mungkin saja Keira salah dengar. Ya, Keira, kau salah dengar, ucap Keira dalam hati.

Keira hanya diam. Segera Farand mengambil rok itu dan menaruh di tempat asal. Farand menatap Keira yang daritadi terdiam. Ia melambaikan tangannya di depan wajah Keira. "Hei, kau melamun?"

Keira mengerjap. "Ah, tidak. Farand, apa kau lapar?"

"Kenapa memangnya?" tanya balik Farand.

"Aku lapar," sahut Keira menyengir.

"Jadi, kau mau makan apa?"

"Sesuatu yang enak, pastinya. Tidak ribet juga."

Farand mengedarkan pandangnya. Lalu pandangannya berhenti di suatu tempat. Langsung saja ia menarik tangan Keira menuju tempat itu.

"Hei, kita mau kemana?" tanya Keira menurut saja saat ditarik.

Mereka berhenti di sebuah lapak penjual makanan. Keira mundur dan mendongakkan kepalanya. Ia menyipitkan mata dan membaca tulisan di atas. "Fisn n' Chips?"

"Ya. Kau pernah mencoba itu?" tanya Farand.

Keira menggeleng. "Tidak. Tidak pernah. Bagaimana rasanya?"

"Nanti kau akan mencobanya," jawab Farand tersenyum. Ia berbicara pad si penjual sambil mengangkat telunjuk dan jari tengahnya. Mereka menunggu pesanan sambil berbicara.

"Bagaimana kau bisa menemukanku yang ada di taman?" tanya Keira.

"Hmm mudah saja. Kau menyukai taman dan bunga yang indah. Aku langsung menuju Princes Street Garden untuk menemukanmu. Dan ya, kau ada disana," jawab Farand.

"Bagaimana kau tahu jika aku menyukai bunga dan taman?"

"Mudah sekali. Tiap hari kau selalu berada di taman. Kau berbicara dengan bunga-bunga disana. Lalu kau tersenyum. Kau menyukai taman dan bunga, Keira. Orang-orang yang memperhatikanmu juga pasti bisa melihat jika kau menyukai itu."

Keira memiringkan kepalanya. "Kau memperhatikanku?"

Farand terdiam sejenak. Ia mengangkat bahu. Pesanan mereka sudah selesai. Farand membayar dan mengambil dua makanan yang dibalut kertas itu. Diberikannya satu pada Keira.

"Kita ke taman?" usul Farand.

Keira mengangguk. Mereka berjalan menuju taman yang terdekat sambil berbicara dan kadang tertawa. Tak lama kemudian, mereka tiba di taman dan menduduki kursi panjang.

"Cobalah," kata Farand.

Keira menggigit ujung Fish n' Chips. "Hmm... enak. Gurih." Keira kembali memakai makanannya.

Farand ikut memakan. Ia tersenyum melihat Keira melahap makanan dengan cepat. "Kau sangat lapar?"

"Tentu saja. Di istana, jatah makananku dibatasi. Bagaimana aku bisa kenyang?"

Farand menggeleng pelan. Mereka selesai makan. Farand terdiam melihat langit jingga yang merah dan sangat indah. "Lihatlah," katanya menunjuk langit.

Keira mengikuti arah pandang Farand dan tersenyum. "Indah sekali."

"Seperti kau," gumam Farand.

"Apa?" Keira menoleh. Ia tidak terlalu mendengar tadi.

"Oh, tidak. Tidak ada," jawab Farand dengan cepat. Farand memandang langit lagi. "Kau tahu, aku sangat menyukai langit senja. Kebanyakan lukisanku melukiskan langit senja. Terkadang bersama siluet orang dan lainnya."

Keira menganggukkan kepalanya. "Bisakah kau melukisku?" tanya Keira.

Farand menoleh. "Melukismu?" ulang Farand dan Keira segera mengangguk. "Untuk apa?"

"Hanya sebagai pajangan di kamarku saja," jawab Keira mengangkat bahunya. "Bisa tidak?"

"Hmm... sepertinya tidak. Sekarang ini, aku banyak pekerjaan," jawab Farand.

Keira mengerucutkan bibir. "Hah, sok sibuk. Baiklah. Baiklah. Lain kali aku akan memintamu melukisku."

Farand tersenyum. Mereka kembali menatap langit jingga dan terdiam selama beberapa menit. Saat Farand akan menoleh pada Keira untuk melihat kenapa Keira hanya diam sedaritadi, kepala Keira terkulai ke bahu Farand. Sejenak, Farand terdiam dan kebingungan. Ia memajukan kepala dan melihat Keira yang tertidur di bahunya.

Farand tersenyum lagi. Segera ia rangkul dan mengusap pelan bahu Keira. Ia tidak akan melupakan hari ini. Di bawah langit senja Edinburgh yang indah, dengan Keira yang bersandar di bahunya.

*

Continue Reading

You'll Also Like

68K 8.5K 31
"Aku menawarkan pekerjaan padamu." "Pekerjaan?" Alis tebal Louisa bertaut. "Ya, pekerjaan. Pekerjaan yang sangat cocok untukmu, kau tak perlu kemana...
38.8K 7.2K 24
Aria mencurahkan segala penderitaannya dalam guratan pena di atas buku yang baru dibelinya. Tapi kalimat pertama yang seperti permohonan itu justru...
69.7K 9.8K 31
Nina tertimpa kesialan bertubi-tubi: dari bangun telat sehingga terlambat masuk kelas saat ujian; harus menaiki tangga menuju lantai empat alih-alih...
16.4K 3.6K 31
Blurb: Florence dan Axel terpaksa masuk ke sekolah asrama karena kesalahan yang mereka lakukan, sehingga membuat orang tua mereka marah besar. Saat p...