Be Loyal With Me

By Yssed13

9K 1.3K 276

Cinta tidak memandang dari rendah atau tingginya derajat seseorang. Tetapi, cinta akan datang sendirinya meng... More

Perkenalan
1
3
4
5
6
7
8
9
10
Rangkuman Ending

2

691 152 19
By Yssed13

Publish Ulang!

****

Jam istirahat tiba sekitar sepuluh menit yang lalu. Namun, Yonghwa baru saja selesai dari pekerjaannya. Restaurant hari ini sangat ramai sehingga mau tidak mau ia harus melewatkan sebagian waktu istirahatnya. Yonghwa sedang membersihkan baju seragamnya sambil mencuci tangannya yang kotor.

Setelah di rasa bersih ia bergegas keluar menuju taman yang berada di samping halaman tempat kerjanya.

Ia memelankan langkahnya tersenyum mendapati Shinhye sudah tiba disana. Shinhye duduk di bangku dengan sebuah kotak makan yang di bawanya untuk bekal makan siang Yonghwa.

Ah mungkin gadis itu sudah lama menunggunya. Yonghwa menyesal karena datang terlambat. Ia segera melangkahkan kakinya cepat tidak ingin membuat Shinhye lebih lama lagi menunggunya.

"Kau sudah datang?"

Gadis itu menoleh ke sisi wajahnya melihat Yonghwa sudah duduk di sampingnya.

"Eoh, bagaimana pekerjaanmu hari ini?"

"Hari ini pengunjung sangat ramai aku sedikit kerepotan dengan pekerjaanku. Maka itu aku terlambat menemuimu. Mian kau pasti menungguku dengan kesal?"

"Aniyo. Aku baru saja datang sekitar.. Lima menit yang lalu mungkin" jawabnya ceria tidak ingin membuat Yonghwa merasa bersalah padanya.

"Oh kau pasti sangat lapar? Ayo kita makan. Hari ini aku memasak makanan kesukaanmu" lanjut Shinhye.

Ia segera membuka kotak makan tersebut. Menatanya di atas bangku. Aroma wangi masakan yang di bawa Shinhye seketika langsung membuat Yonghwa terpaku menatapnya terdiam.

Puas menatap bekal siangnya. Kini ia menaikkan pandangannya menatap wajah Shinhye dengan wajah sedikit bingung.

"Bulgogi?"

"Mmm.. Terkhusus hari ini aku memasakan makanan kesukaanmu. Kau pasti suka, kan?"

"Sayang, bukan aku tidak suka dengan masakanmu. Hanya saja.. Berapa uang yang kau gunakan untuk memasak makanan ini hmm?"

Shinhye yang tengah sibuk menyiapkan makanan untuk Yonghwa seketika ia langsung terdiam mendengar ucapan Yonghwa. Ia masih menunduk seakan tidak berani mengangkat wajahnya, apalagi mendengar nada bicara Yonghwa yang dingin seakan membuat dirinya takut. Yonghwa seakan tidak suka dengan apa yang di lakukannya kali ini.

"Mianhae, jika kau tidak suka dengan apa yang aku lakukan. Tapi, aku hanya ingin membuatmu sedikit senang, Yong-ah. Setiap hari kau harus makan dengan nasi dan telur gulung rasanya membuat dadaku terasa sesak. Hari ini kedai kedatangan banyak pengunjung, aku pikir hari ini aku mendapat keuntungan yang lumayan. Maka itu.. Aku berpikir ingin memberikanmu makanan yang lebih layak dan sehat.."

"Geundae, aku tidak pernah tahu bahwa kau akan kecewa dengan apa yang aku lakukan. Mianhae.."

Yonghwa diam membisu mendengar penjelasan Istrinya. Ia menyesal telah bertanya seperti itu pada Shinhye. Bukan ia tidak suka dengan masakan yang Shinhye buat. Hanya saja, ia tidak ingin Shinhye terlalu memanjakannya. Apalagi hanya ingin membuat ia senang sampai-sampai Shinhye harus menghabiskan semua uangnya. Yonghwa tidak ingin hal itu terjadi. Yonghwa pikir uang yang Shinhye dapatkan dari hasil jualannya, sebaiknya di tabung untuk memenuhi kehidupan mereka di masa mendatang. Biarlah semua kebutuhan sehari-hari biar ia sendiri yang menanggungnya.

Kedua tangannya segera memeluk tubuh mungil Shinhye. Menenangkan gadis itu supaya tidak menangis. Apalagi menangis karena perbuatannya, Yonghwa sangat membenci hal itu.

"Jeongmal mianhae. Aku tidak bermaksud berucap kasar seperti padamu. Aku menyesal.. Sungguh.."

"Aku mengerti. Mungkin kau hanya terkejut saja. Aku bisa memahamimu"

Pelukan mereka melepas. Namun, kedua tangan Yonghwa sibuk menyeka sisa-sisa air mata di pipi Shinhye lalu mengecupnya dengan sebuah ciuman sebagai gantinya.

"Uljima eoh? Untuk ke depannya aku tidak ingin membuatmu menangis lagi"

"Mmm..."

"Ayo kita makan perutku sudah sangat lapar hehe.."

"Geurae. Geurau. Aku akan menyiapakannya untukmu"

"Makan yang banyak eoh?" tukas Shinhye mengusap bahu Yonghwa.

"Ne. Gomawo, rasanya sangat enak" jawab Yonghwa dengan mulut yang di penuhi makanan.

"Ne. Makan yang lebih banyak lagi, kau harus mengisi energimu supaya lebih kuat saat bekerja nanti"

"Ne, arrasseo.."

Rasanya sangat bahagia melihat Yonghwa menyantap makanannya dengan begitu lahap. Ia bisa tersenyum senang jika Yonghwa menyukai masakannya. Ah ia lupa jika sedari dulu saat mereka berpacaran sampai mereka menikah pun Yonghwa selalu memuji masakan Shinhye. Ia tidak pernah pilih-pilih makanan. Apapun yang Shinhye buat pasti Yonghwa menerimanya dengan suka rela.

Begitu pun dengan kehidupan sehari-harinya, telur gulung, japchae, dan kimchi selalu menjadi menu utama setiap harinya. Tidak ada makanan enak dan mahal seperti yang biasanya dulu Yonghwa rasakan. Tetapi, bagi Yonghwa makanan sederhana yang di buat khusus oleh Shinhye merupakan makanan paling terlezat yang pernah ia rasakan. Ia tidak peduli jika kehidupannya berubah drastis serba kekurangan. Yang terpenting baginya hidup bersama Shinhye sudah menjadi berkah yang luar biasa dalam kehidupannya.

Yonghwa tidak pernah menyesal dengan keputusan yang ia ambil saat ini.

****

Tepat hari ini dua pasangan Suami-Istri sudah menginjakan kaki kembali di tanah kelahirannya setelah empat tahun mereka tinggalkan. Sekitar empat jam yang lalu pesawat yang mereka tumpangi mendarat dengan selamat. Rencananya Seojoon beserta Istrinya akan tinggal di sebuah rumah yang sebelumnya sudah ia beli sekitar satu bulan yang lalu sebelum mereka kembali ke Korea.

Kembalinya Seojoon berakhir dengan kontrak kerjanya di Sidney. Dan kepulangannya juga ia berencana akan membangun usaha dan melanjutkan bisnisnya dengan keuntungan yang ia dapatkan selama ini. Tak peduli meski nanti Perusahaan yang di bangunnya masih terbilang kecil, yang terpenting setidaknya ia bisa mempunyai Perusahaan sendiri hasil dari jerih payahnya selama ini.

Sedangkan, Ji Won sudah memiliki usahanya sendiri. Ia akan meneruskan bisnisnya dalam bidang Fashion seperti yang selama ini Ji Won pelajari. Ia membuka sebuah Butik yang terletak di Pusat Seoul.

"Oppa.. Bisakah kita mampir terlebih dulu disana? Perutku rasanya sangat lapar"

"Geurae. Aku juga perlu istirahat sejenak. Tanganku sedikit kebal terlalu lama menyetir.."

"Saat kita tiba di rumah, aku akan memijat tanganmu, Oppa. Ah kita behenti disana saja. Palli. Palli. Cacing-Cacing di perutku sudah memberontak minta di isi" gerutunya tak sabaran.

Sang Suami hanya terkekeh pelan melihat kelakuan Ji Won yang tak pernah berubah dari dulu. "Kajja kita keluar"

Ji Won melangkah terlebih dulu di ikuti Seojoon yang mengekori di belakangnya. Mereka menuju salah satu kedai di pinggiran jalan yang kebetulan mereka lewati.

"Annyonghaseyo.. Silahkan duduk Tuan dan Nyonya.." tukas Shinhye tersenyum ramah.

"Ghamshamnida. Agasshi bisakah anda buatkan kami dua porsi Tteokbokki dan dua porsi Daechu Tea?"

"Ne. Saya akan segera buatkan untuk anda, Nyonya. Silahkan di tunggu.."

"Ye. Ghamshamnida"

****

"Agasshi.. Masakan anda sangat lezat" ujar Ji Won memuji masakan Shinhye.

"Ghamshamnida, Nyonya. Saya sedikit lega jika anda menyukai masakan saya"

"Eiii.. Jangan panggil saya Nyonya. Itu sedikit berlebihan. Panggil saya Ji Won! Nan Kim Ji Won imnida. Dan Pria di sebelah saya ini, dia Suami saya namanya Park Seo Joon"

"Oh.. Senang bertemu dengan anda, Ji Won-ssi dan Seojoon-ssi. Nan Jung Shin Hye imnida. Kalian bisa memanggil saya dengan Shinhye"

"Wah nama yang sangat indah seperti orangnya"

"Ah tidak begitu juga. Anda terlalu berlebihan Ji Won-ssi"

"Dia memang pandai memuji orang, Shinhye-ssi" ujar Seojoon membuat kedua wanita itu terkekeh di buatnya.

"Jung Shin Hye? Saya merasa tidak asing dengan nama itu"

"Ehh?"

"Tidak. Bukan apa-apa. Margamu sama dengan marga sahabatku"

Shinhye hanya tersenyum. "Sebenarnya aku mamakai marga Suamiku. Nama asliku Park Shin Hye. Setelah menikah saat itu aku memilih memakai marga Suamiku, Jung Shin Hye.."

"Jadi, kau sudah mempunyai Suami?"

"Ne. Kami menikah sejak dua tahun yang lalu. Ahh mian.. Aku banyak bercerita pada kalian"

"Gwaenchana. Anggap saja awal perkenalan kita, Shinhye-ssi" jawab Ji Won.

"Lalu, dimana Suamimu? Apa dia sedang bekerja?"

"Ne. Suamiku bekerja di Restaurant. Mungkin sebentar lagi dia pulang"

"Arrasseo. Lalu, siapa nama Suamimu?" tanya Seojoon yang entah mengapa ia begitu penasaran dengan sosok Suami Shinhye. Tidak peduli jika ia bertanya yang lebih jauh lagi. Ia hanya ingin memastikan apakah mungkin seseorang tersebut seseorang yang selama ini ia cari.

"Namanya Jung Yo...."

Dret... Dret... Dret...

"Ah mianhae ponselku berbunyi.."

"Ne, gwaenchana. Sebaiknya kau jawab siapa tahu itu panggilan penting"

Shinhye mengangguk lantas melihat layar ponselnya yang tertera nama Le Hong Ki disana. Ia menekan tombol hijau di layarnya, menempelkan benda persegi itu di samping telinganya.

"Wae?"

"YYah!! Noona kenapa lama sekali menjawab panggilanku?"

"Eoddiseo?"

"Noona.. Bisakah Noona menjemputku kesini? Aku sedang mentraktir temanku di Kedai. Geundae.."

"Geundae, wae?"

"Geundae... Masalahnya aku lupa tidak membawa dompetku, Noona ottokhe? Jika aku kabur dari sini bisa-bisa pemilik Kedai ini memukuliku sampai mati!! Ottokhe?!! Noona? Bisakah Noona menolongku? Jebal!! Aku pasti mengganti uangmu, Noona?!!"

"Aishh... Geurae, dimana posisimu sekarang? Aku akan segera kesana"

"Aku akan mengirim alamatnya lewat pesan. Gomawo Noona.."

"Eoh, aku tutup panggilannya neh? Tunggu aku akan segera kesana"

Klikkk....

"Aishh.. Bocah ini selalu merepotkanku?" dumel Shinhye sembari menatap ponselnya.

"Apa ada masalah? Wajahmu langsung berubah seperti itu?" tukas Ji Won yang menyadari perubahan Shinhye.

"Ani. Tadi hanya Dongsaengku"

"Ah Ji Won-ssi, Seojoon-ssi, mianhae aku harus segera menutup kedaiku. Dongsaengku memintaku untuk menjemputnya di suatu tempat. Aku harus segera kesana"

"Oh arrasseo. Perlukah kami mengantarmu kesana, Shin?"

Shinhye langsung menggeleng mengibaskan kedua tangannya. "Tidak perlu. Aku akan pergi sendiri. Kalian tidak perlu khawatir jaraknya tak jauh dari sini" tolak Shinhye dengan halus.

"Baiklah kalau begitu kami pergi dulu. Senang bertemu denganmu, Shin. Kapan-Kapan aku akan mampir kesini lagi"

"Dan pastikan Suamimu ada disini. Aku ingin sekali bertemu dengannya" tambah Seojoon yang tak menyembunyikan rasa penasarannya. Sebenarnya ia hampir mengetahui nama Suami Shinhye. Namun, pembicaraan mereka terputus saat ponsel Shinhye berdering. Meski ia sedikit kecewa, tak apalah kapan-kapan jika ia mempunyai waktu luang ia berjanji akan kembali kesini.

"Aku tidak janji. Karena ia terlalu sibuk di tempat kerjanya"

"Geurae. Sampaikan salamku untuk Suamimu"

"Ne. Aku pasti akan menyampaikannya"

Shinhye bergegas saat mobil Seojoon menghilang jauh dari pandangannya. Ia harus segera menemui bocah tengil itu jika tidak ingin terjadi apa-apa dengannya.

Sekitar dua puluh menit Shinhye menempuh perjalanan dengan berjalan kaki. Uang yang di punyanya hanya cukup untuk membayar tagihan Hongki sehingga ia tidak punya pilihan lain merelakan dirinya menempuh jarak yang lumayan jauh.

Sesampainya disana Hongki terlihat sudah berdiri di luar kedai. Shinhye mendekatinya dengan napas yang tersenggal karena tubuhnya yang kelelahan. Meski begitu ia tidak peduli dengan tubuhnya yang lelah, yang terpenting melihat dan memastikan sendiri kondisi Hongki baik-baik saja sudah membuat hatinya merasa lega. Hongki memang bukan Adik kandungnya. Tetapi, Shinhye sudah menganggap Hongki sebagai Adiknya sendiri. Tak heran juga jika Hongki sudah terbiasa meminta tolong padanya.

"Noona?!! Aku pikir Noona tidak akan datang.." ujarnya senang langsung memeluk Shinhye kegirangan.

"Aku senang Noona bisa datang kesini.."

Pletak...

"YYah!! Bocah nakal! Jika kau tidak mempunyai uang jangan coba-coba untuk mentraktir temanmu huh? Aishh.. Kau selalu saja membuatku kesal!!" dumel Shinhye sembari menjitak kepala Hongki membuat Pria itu mengaduh kesakitan.

"Kau selalu saja memukul kepalaku, Noona?!!"

"Kau pantas mendapatkannya!!"

"Eii.. Rupanya Noona sangat menyeramkan.."

Shinhye menghiraukan ucapannya. Ia lebih memilih membuka isi tasnya mengambil beberapa lembar uang lalu menyerahkannya pada Hongki.

"Ini ambilah. Segera bayar semua tagihanmu itu"

Hongki menerimanya lantas terkekeh memasang wajah cerianya kembali memeluk Shinhye. "Gomawo Noona. Jeongmall gomawo, aku pasti akan menggantinya. Noona memang malaikat penolongku" tuturnya perlahan melangkah kembali memasuki Kedai membayar semua tagihannya.

"Bayarkan segera eoh? Aku akan meunggu disini. Lalu, kita pulang bersama?!!" teriak Shinhye saat Hongki sudah menghilang di balik pintu.

"Ckck.. Dasar bocah nakal jika saja Yonghwa mengetahui semua ini, sudah di pastikan ia mendapatkan beberapa pukulan darinya.." gumamnya terkekeh pelan.

****

Sebuah mobil berwarna putih berhenti di depan halaman rumah Yonghwa. Sang pengemudi lantas membuka jendela sedikit supaya bisa leluasa memandang rumah kecil kumuh itu. Dua orang wanita di dalam memofukaskan pandangannya sambil tersenyum meremehkan.

"Jadi selama beberapa tahun ini Yonghwa tinggal di rumah kumuh itu?" tanya seorang wanita di balik kemudinya.

"Ya, benar. Sudah lebih dua tahun pria keras kepala itu memilih tinggal bersama wanita miskin itu" tukas wanita paruh baya di sampingnya.

Sedangkan, wanita muda itu lebih memilih menyandarkan punggungnya di jok mobil dengan kedua mata sesekali masih menatap ke arah sana. Hanya tersenyum miris saat membayangkan jika Pria setampan dan sekaya Jung Yong Hwa memilih hidup dengan cara serba kekurangan. Apa dia sudah gila? Atau dia sudah gila karena wanita itu?

"Aku masih tidak percaya bagaimana ia bertahan dengan hidup miskin seperti ini, Bibi?"

Wanita paruh baya yang di ketahui Bibi Yonghwa hanya menghela napas berat. Memasang wajahnya sedih seakan menyayangkan kehidupan yang di pilih keponakan satu-satunya itu. Jung Hana merupakan anggota satu-satunya yang di miliki Yonghwa. Ia merupakan adik kandung Jung Seung Mi yang tak lain adalah Eomma Yonghwa.

"Bibi juga tidak tahu bagaimana dia bisa bertahan untuk hidup? Geundae, percayalah pada Bibi sebentar lagi Bibi pastikan Yonghwa akan menyerah dengan kehidupannya saat ini. Dan Bibi pastikan sebentar lagi Yonghwa akan kembali pada kita.."

"Aku berharap akan seperti itu. Setelah dia kembali, dan meninggalkan wanita miskin itu. Aku bersedia akan menggantikan wanita itu di hati Yonghwa.."

Keduanya saling bertatapan dengan wajah penuh kegembiraan. Lantas tertawa dengan kencang membayangkan jika rencananya akan berjalan lancar.

"Kau sangat pintar, Sayang. Bibi tak salah memilihmu sebagai pendamping untuk Yonghwa"

"Bibi lupa eoh? Seo Yi Ahn tidak akan pernah menyerah, dan tidak akan pernah terkalahkan.."

"Jadi apapun penghalang kita saat ini. Aku pasti bisa mengatasinya. Asalkan Bibi Hana selalu berada di sampingku.."

"Kau tenang saja, Bibi selalu memihakmu.."

TBC

Part ini votenya harus sampe 100 yah? Soalnya yang baca lumayan banyak sampe dua ratusan lebih.

Jadilah pembaca yang baik, Sayang.
Vote dan komennya sangat di tunggu.

Thanks buat Kalian yang sudah vote di part sebelumnya.

Continue Reading

You'll Also Like

61.9K 5.6K 47
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
50.8K 8K 49
Rahasia dibalik semuanya
46.7K 6.3K 38
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
1M 84.7K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...